Zacky tertawa sembari memegang perutnya-pria itu merasa puas sekali melihat gadis mainannya menangis dan terduduk di depan daun pintu.
"Arrgh, sakit sekali," rintih Zacky. Akibat perkelahian kecil yang dilakukannya dengan Angel semalam, tubuhnya mendapatkan cakaran, serta luka di beberapa tempat. Dilirik tangannya sendiri-pertengahan antara jari jempol dan telunjuk. Bekas gigitan itu masih meninggalkan d*rah kering.
Lututnya juga sakit akibat terhantam ke lantai dengan keras saat ingin menangkap gadis kecil itu.
"Dia lincah sekali seperti ular, liar dan gesit. Dasar gadis barbar!" umpat Zacky sembari bergerak ke kamar mandi.
Zacky membuka pakaiannya dan melihat pantulan tubuhnya di cermin. Wajah yang ganteng, rahang yang keras dan tubuh berotot dengan enam kotak teratur di bagian perut yang rata tapi, sekarang ditambahi tiga garis bekas cakaran.
"Wanita si*lan!" Kembali terdengar umpatan Zacky.
Postur pria itu sangat sempurna. Dengan tinggi 180 cm, lengan kekar dan dada bidang serta pinggang yang ramping, menjadikan ia pria yang sangat menawan.
"Aku akan membalas semua ini!" lanjutnya sambil membalikkan tubuhnya, melihat dari cermin. Pantulan atas punggungnya juga memiliki cakaran yang banyak.
"Itu cewek atau serigala!" geramnya.
Zacky membuka shower, "Arrghh!" pekiknya. Air shower yang hangat malah membuat kulitnya terasa perih. Bekas cakaran Angel ternyata cukup dalam.
"Aku harus suntik rabies! Mana tahu gadis barbar itu membawa virus!" geramnya sembari menyelesaikan acara mandi.
Selesai mandi, Zacky hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya. Matanya melirik sekilas wanita penghibur yang masih tertidur di ranjang miliknya saat ini.
"Belum bangun juga!" teriak Zacky dengan kasar dan langsung menendang wanita itu hingga terjatuh ke lantai.
"Aowwh!" pekik wanita itu terkejut. Ia membungkus dirinya dengan selimut, kedua matanya menyorotkan ketakutan.
"Sudah kubilang, kamu harus pergi pagi-pagi sebelum aku bangun! Pergi sekarang juga!" teriak Zacky dengan marah.
"I-iya," ucap wanita itu segera beringsut dan lari kecil ke kamar mandi. Semalam pria itu menghajarnya habis-habisan sehingga tubuhnya kesakitan saat ini. Gadis penghibur yang malang itu tidak tahu mengapa pria yang begitu ganteng tapi kelakuannya sangat kasar terhadap wanita.
Begitulah Zacky. Pria dingin itu memang selalu ditemani dan dihibur wanita yang tidak sama setiap harinya. Menyiksa wanita setiap malam sudah menjadi rutinitas baginya dan bukan hal yang aneh.
Zacky kembali duduk di kursi besarnya dan memperhatikan layar tv. Bibirnya dinaikkan sedikit ke atas karena sosok gadis bodoh itu masih terduduk di lantai.
Sekilas diliriknya kembali wanita penghibur itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi.
Dilemparnya sebuah amplop coklat ke wajah wanita itu. "Kamu tidak pernah melihatku dan tidak pernah kemari!" ucapnya lantang.
Wanita itu memungut amplop berisi uang yang dilemparkan kepadanya kemudian bergegas keluar dari kamar. Ia tentu saja tidak berani berbicara terlalu banyak karena wanita penghibur itu memang sudah diperingatkan-jauh hari sebelum diantar untuk melayani Zacky.
Zacky melakukan panggilan melalui handphonenya, "Tom, Panggil Dokter Jack kemari! Aku terluka! Pesankan kepadanya juga untuk membawa Vaksin Rabies, juga Tetanus!" ucap Zacky kemudian menutup panggilan tanpa menunggu jawaban dari asistennya itu.
Tom-asisten pribadi yang sudah mengikuti Zacky selama hampir sepuluh tahun, menggelengkan kepalanya. "Apakah aku mengirim wanita penghibur yang salah semalam? Apakah Tuan Zacky digigitnya? Rabies?" Tom bermonolog dengan bingung.
Tapi, tentu saja Tom tidak berani menghabiskan waktu. Ia segera mencari Dokter Jack.
Zacky masih menatap layar tv di depannya, "Gadis barbar itu seperti mainan hamster yang lucu!" ucap Zacky sambil berpakaian.
Pria itu kemudian memencet tombol panggilan kepada bawahannya, "Berikan gadis barbar itu makan. Suruh dia mandi. Kemudian singkirkan mayat palsu itu. Kuburkan! Ha ha ha!"
"Tapi,Tuan. Besan Anda baru saja sampai," jawab suara di seberang panggilan.
"Besan? Orangtua Angel? Baiklah. Biarkan mereka menunggu dua jam di ruang tamu! Antar sarapanku ke kamar," ucap Zacky sembari membuka lemari penyimpanan uang yang berada di belakang sebuah lukisan besar untuk mengambil uang sebesar dua milyar.
Dua orang pelayan masuk dan mengantarkan makanan kepada Zacky. Salah seorangnya adalah kepala pelayan-Martha namanya. Wanita yang berumur lima puluhan dan sudah melayani keluarga Sanjaya selama dua puluh tahun itu melirik layar tv yang berada di meja Zacky. Kemudian melirik sejumlah uang yang sudah disediakan Zacky di meja yang sama."Bukankah dia akan dilepaskan hari ini?" Martha memberanikan diri bertanya.Zacky membalas dengan tatapan dingin.Martha segera mengundurkan diri-keluar dari kamar itu dalam diam. Wanita tua itu tahu, Zacky tidak suka bila kesenangannya terganggu apalagi dikomentari.Zacky melahap sarapan sembari melihat pergerakkan dari Angel-mainan barunya.***Aku buru-buru mundur karena terdengar suara anak kunci yang memutar-pertanda pintu akan dibuka!Dua orang pelayan masuk, membawakan makanan kemudian menyajikannya ke meja kecil di sudut kamar.Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berlari keluar. Tapi, naas sekali k
"Apakah ini berarti kalian akan melawan hukum?" Zacky memandang kedua orang itu dengan tatapan datar. Aura dingin mulai ditunjukkannya."H-hukum? Hukum apa?" Irsan dan Maya duduk kembali di sofa nan empuk di ruangan tamu itu.Tom-asisten Zacky berdiri di samping Zacky. Pria itu sudah siap dengan dokumen perjanjian di tangannya."Bukankah kamu sudah menandatangani semua perjanjian dan aku membayar dua milyar sesuai harga yang tercatat?"Irsan dan Maya saling memandang, "A-apa yang kita tanda tangani?" ucap Maya, melayangkan pandangan ke arah suaminya dengan bingung.Irsan menaikkan bahunya, sementara sebuah dokumen dilempar ke meja oleh Tom."Bacalah sendiri," ucap Zacky sambil menguap."Pergilah sesudah mengerti, aku mengantuk sekali!" lanjut Zacky kemudian pria itu berdiri, meninggalkan kedua orang tua itu yang sibuk membaca dokumen yang sudah ditandatangani oleh mereka tanpa sadar."Eh, tapi aku hanya tanda tangan
"Apa yang harus kulakukan dengan uang ini," ucap Irsan kepada istrinya. Mereka sudah sampai di rumah kecil yang mereka sewa pertahun.Maya terdiam sembari menatap tas yang terisi penuh itu. Uang asli. Satu-satunya putri yang ia cintai dijualnya tanpa sadar. Airmata menetes dari kedua netranya."Marilah pergi membeli sebuah rumah dan berlayar seperti yang dikatakan Tom," ucap Maya dengan lirih.Mereka hanya bisa mempercayai bahwa Nyonya Emma akan menjaga Angel dengan baik. "Anak gadis pasti akan menikah suatu saat. Sebagai orang tua, kita juga sudah tidak mampu menentang apa pun tanpa kekuasaan," ucap Irsan dengan lirih."Marilah pergi membeli sebuah rumah, kemudian kita berlayar, menikmati masa tua kita," lanjutnya yang kemudian mendapat persetujuan dari istrinya.Kedua pasangan yang sudah berumur itu saling berpelukan dengan sedih. Mereka hanya bisa mendoakan semoga Angel diperlakukan dengan baik.***"Lepaskan aku! Mengapa Mama dan Papa belum juga datang untuk menjemputku?" Isak ta
Kedua mata Zacky menatap tanpa berkedip. Layar tv di depannya merekam bagaimana Angel dengan santai membuka pakaiannya kemudian menukarnya dengan lingerie yang baru saja diberikan oleh kepala pelayan."Setidaknya pakaian ini pas di tubuhku, hhmm ... kemeja jelek kebesaran saja pelit sekali dipinjamkan. Sudah meninggal masih juga pelit. Apakah enggak sekalian dikuburkan saja pakaiannya?" Terdengar suara gadis barbar itu mengomel sembari mematut dirinya di cermin.Zacky memperbesar hasil tangkapan layar. Memperhatikan dengan detail lekuk-lekuk tubuh yang ditampilkan layar. Zacky menelan liurnya sendiri."D-dia sungguh cantik dan seksi. Menarik sekali!" ucap Zacky sambil tersenyum. Ia sudah tidak sanggup menahan gairah akibat halusinasinya sendiri.Dua wanita penghibur segera dibawa Tom untuk menghadap Zacky yang menghubunginya saat itu juga.Kedua wanita itu tertunduk dengan gemetaran, menunggu Zacky memberikan instruksi. Zacky menenguk minuman beralkohol untuk meredam rasa sakitnya aki
Zacky membaringkan dirinya di samping Angel. Memeluk si gadis barbar dari belakang. Menhirup aroma wangi menguar dari kisi-kisi rambutnya. Tak ada niat sedikit pun bagi pria itu untuk melecehkan gadis tersebut. Ia malah menyelimuti tubuh Angel. Walaupun dalam hati, pria itu menahan gairah alami yang sudah membuat kepalanya mulai berdenyut. Tapi, ia tidak ingin gadis barbar itu tiba-tiba bangun dan berkelahi dengannya lagi. "Aku tidak akan menganggap gadis polos sepertimu sebagai penghibur. Lagipula, bagian feminim-mu ternyata kecil," ucap Zacky sambil meraba beberapa bagian tubuh Angel. Meremasnya dengan pelan. "Hmmm, lembut, tapi tidak cukup untuk menaikkan seleraku," bisik Zacky di telinga Angel. Gadis polos itu sudah tertidur dengan nyenyak. Tidak merasakan apapun. Kalau Angel sudah tertidur memang seperti itu. Semua otak dan pikirannya benar-benar istirahat total. Tapi, tiba-tiba gadis itu memutar tubuhnya, memeluk Zacky seperti sedang memeluk boneka besar. Kaki kecilnya dile
"Bagaimana aku bisa memikirkan pertanyaan hanya dalam waktu setengah jam?" tanyaku dengan mulut yang terisi penuh."Sambil makan pula!" gerutuku, masih sambil menyuap sesendok bubur ke mulutku.Kepala pelayan itu hanya tersenyum dengan penuh arti. Sesekali ia melirik jam di dinding."Pertanyaan pertama," ucap bu Martha. Aku berpikir sejenak. "Uhm, mengapa Ayah dan Ibuku belum menjemputku?" Bu Martha segera mencatat pertanyaanku kemudian berkata, "Pertanyaan kedua." Aku melirik wajah kepala pelayan yang datar itu. Bu Martha hanya menatapku tanpa ekspresi."Mengapa kalian masih menahanku?" Sekali lagi kulihat, kepala pelayan itu mencatat dengan serius."Pertanyaan ketiga," ucapnya ketus. Aku memasukkan sesuap bubur ke mulutku sambil berpikir."Apa tugasku yang tadi kamu bilang?" Kepala pelayan itu menganggukkan kepalanya masih sambil menulis. Sesekali ia melirik jam di dinding."Pertanyaan keempat, silahkan! Tersisa 5 menit lagi" "Hah?" Aku tersedak makananku. Wanita paruh baya itu sam
"Aku benar-benar bosan di ruangan ini!" teriakku dengan keras sembari mengedor pintu. "Ahhh, sia-sia," ucapku sambil memijit tanganku yang sakit akibat mengedor pintu terus.Aku melirik jam di dinding. "Pukul 11 siang," ucapku sambil kembali merenggangkan tubuhku yang kaku.Tak lama kemudian, pintu terdengar dibuka dari luar. Dua orang pelayan yang sama masuk ke kamar. Bu Martha menenteng dua kantong bungkusan dari kertas yang kelihatannya mewah. Pelayan satunya lagi membawa makanan di atas nampan.Kepala pelayan menyerahkan dua bungkusan besar untukku, sementara pelayan satunya mulai menyusun makanan di meja untuk makan siangku."Silahkan menikmati makan siang, Nyonya muda. Aku akan membantu Nyonya memakai bantal perut palsu, Nyonya akan kami bawa keluar jalan-jalan," ucap bu Martha sambil tetap menunjukkan wajahnya yang datar.Aku segera melahap makan siangku. Aku tidak bertanya terlalu banyak lagi karena aku sudah sangat bosan terkurung di sini. Kulihat bu Martha mengeluarkan baran
Bu Martha masuk ke dalam mobil hitam yang mewah, aku merasa senang sekali dapat keluar dari kamar si*lan itu. "Ughh," ucapku sambil menarik nafas dalam-dalam. Aku membentangkan kedua tanganku ke samping kiri dan kanan sehingga perut kecilku nampak jelas membuncit kecil walaupun dari jarak lima meter.Aku duduk di dalam mobil, seorang pria kekar duduk di depan samping supir. Sepertinya pria tinggi itu adalah pengawal yang diutus untuk menjagaku. Kulihat pria itu memakai masker hitam dan kaca mata hitam serta memakai topi hitam. Semua pakaiannya berwarna hitam."Hmmm, sok bodyguard," gumamku dengan suara kecil.Mobil dijalankan perlahan. Aku menatap keluar kaca jendela mobil dengan pandangan kosong. Gedung-gedung yang mencakar langit sama sekali tidak menarik bagiku.Hiruk pikuk kota Jakarta menjadi santapan sehari-hari. Tapi, aku tidak peduli dengan hal itu semua. Aku memandang kartu hitam yang diberikan tadi, membolak-balik kartu tipis itu."Kamu boleh membeli apapun yang kamu inginka