"Apakah ini berarti kalian akan melawan hukum?" Zacky memandang kedua orang itu dengan tatapan datar. Aura dingin mulai ditunjukkannya.
"H-hukum? Hukum apa?" Irsan dan Maya duduk kembali di sofa nan empuk di ruangan tamu itu.
Tom-asisten Zacky berdiri di samping Zacky. Pria itu sudah siap dengan dokumen perjanjian di tangannya.
"Bukankah kamu sudah menandatangani semua perjanjian dan aku membayar dua milyar sesuai harga yang tercatat?"
Irsan dan Maya saling memandang, "A-apa yang kita tanda tangani?" ucap Maya, melayangkan pandangan ke arah suaminya dengan bingung.
Irsan menaikkan bahunya, sementara sebuah dokumen dilempar ke meja oleh Tom.
"Bacalah sendiri," ucap Zacky sambil menguap.
"Pergilah sesudah mengerti, aku mengantuk sekali!" lanjut Zacky kemudian pria itu berdiri, meninggalkan kedua orang tua itu yang sibuk membaca dokumen yang sudah ditandatangani oleh mereka tanpa sadar.
"Eh, tapi aku hanya tanda tangan
"Apa yang harus kulakukan dengan uang ini," ucap Irsan kepada istrinya. Mereka sudah sampai di rumah kecil yang mereka sewa pertahun.Maya terdiam sembari menatap tas yang terisi penuh itu. Uang asli. Satu-satunya putri yang ia cintai dijualnya tanpa sadar. Airmata menetes dari kedua netranya."Marilah pergi membeli sebuah rumah dan berlayar seperti yang dikatakan Tom," ucap Maya dengan lirih.Mereka hanya bisa mempercayai bahwa Nyonya Emma akan menjaga Angel dengan baik. "Anak gadis pasti akan menikah suatu saat. Sebagai orang tua, kita juga sudah tidak mampu menentang apa pun tanpa kekuasaan," ucap Irsan dengan lirih."Marilah pergi membeli sebuah rumah, kemudian kita berlayar, menikmati masa tua kita," lanjutnya yang kemudian mendapat persetujuan dari istrinya.Kedua pasangan yang sudah berumur itu saling berpelukan dengan sedih. Mereka hanya bisa mendoakan semoga Angel diperlakukan dengan baik.***"Lepaskan aku! Mengapa Mama dan Papa belum juga datang untuk menjemputku?" Isak ta
Kedua mata Zacky menatap tanpa berkedip. Layar tv di depannya merekam bagaimana Angel dengan santai membuka pakaiannya kemudian menukarnya dengan lingerie yang baru saja diberikan oleh kepala pelayan."Setidaknya pakaian ini pas di tubuhku, hhmm ... kemeja jelek kebesaran saja pelit sekali dipinjamkan. Sudah meninggal masih juga pelit. Apakah enggak sekalian dikuburkan saja pakaiannya?" Terdengar suara gadis barbar itu mengomel sembari mematut dirinya di cermin.Zacky memperbesar hasil tangkapan layar. Memperhatikan dengan detail lekuk-lekuk tubuh yang ditampilkan layar. Zacky menelan liurnya sendiri."D-dia sungguh cantik dan seksi. Menarik sekali!" ucap Zacky sambil tersenyum. Ia sudah tidak sanggup menahan gairah akibat halusinasinya sendiri.Dua wanita penghibur segera dibawa Tom untuk menghadap Zacky yang menghubunginya saat itu juga.Kedua wanita itu tertunduk dengan gemetaran, menunggu Zacky memberikan instruksi. Zacky menenguk minuman beralkohol untuk meredam rasa sakitnya aki
Zacky membaringkan dirinya di samping Angel. Memeluk si gadis barbar dari belakang. Menhirup aroma wangi menguar dari kisi-kisi rambutnya. Tak ada niat sedikit pun bagi pria itu untuk melecehkan gadis tersebut. Ia malah menyelimuti tubuh Angel. Walaupun dalam hati, pria itu menahan gairah alami yang sudah membuat kepalanya mulai berdenyut. Tapi, ia tidak ingin gadis barbar itu tiba-tiba bangun dan berkelahi dengannya lagi. "Aku tidak akan menganggap gadis polos sepertimu sebagai penghibur. Lagipula, bagian feminim-mu ternyata kecil," ucap Zacky sambil meraba beberapa bagian tubuh Angel. Meremasnya dengan pelan. "Hmmm, lembut, tapi tidak cukup untuk menaikkan seleraku," bisik Zacky di telinga Angel. Gadis polos itu sudah tertidur dengan nyenyak. Tidak merasakan apapun. Kalau Angel sudah tertidur memang seperti itu. Semua otak dan pikirannya benar-benar istirahat total. Tapi, tiba-tiba gadis itu memutar tubuhnya, memeluk Zacky seperti sedang memeluk boneka besar. Kaki kecilnya dile
"Bagaimana aku bisa memikirkan pertanyaan hanya dalam waktu setengah jam?" tanyaku dengan mulut yang terisi penuh."Sambil makan pula!" gerutuku, masih sambil menyuap sesendok bubur ke mulutku.Kepala pelayan itu hanya tersenyum dengan penuh arti. Sesekali ia melirik jam di dinding."Pertanyaan pertama," ucap bu Martha. Aku berpikir sejenak. "Uhm, mengapa Ayah dan Ibuku belum menjemputku?" Bu Martha segera mencatat pertanyaanku kemudian berkata, "Pertanyaan kedua." Aku melirik wajah kepala pelayan yang datar itu. Bu Martha hanya menatapku tanpa ekspresi."Mengapa kalian masih menahanku?" Sekali lagi kulihat, kepala pelayan itu mencatat dengan serius."Pertanyaan ketiga," ucapnya ketus. Aku memasukkan sesuap bubur ke mulutku sambil berpikir."Apa tugasku yang tadi kamu bilang?" Kepala pelayan itu menganggukkan kepalanya masih sambil menulis. Sesekali ia melirik jam di dinding."Pertanyaan keempat, silahkan! Tersisa 5 menit lagi" "Hah?" Aku tersedak makananku. Wanita paruh baya itu sam
"Aku benar-benar bosan di ruangan ini!" teriakku dengan keras sembari mengedor pintu. "Ahhh, sia-sia," ucapku sambil memijit tanganku yang sakit akibat mengedor pintu terus.Aku melirik jam di dinding. "Pukul 11 siang," ucapku sambil kembali merenggangkan tubuhku yang kaku.Tak lama kemudian, pintu terdengar dibuka dari luar. Dua orang pelayan yang sama masuk ke kamar. Bu Martha menenteng dua kantong bungkusan dari kertas yang kelihatannya mewah. Pelayan satunya lagi membawa makanan di atas nampan.Kepala pelayan menyerahkan dua bungkusan besar untukku, sementara pelayan satunya mulai menyusun makanan di meja untuk makan siangku."Silahkan menikmati makan siang, Nyonya muda. Aku akan membantu Nyonya memakai bantal perut palsu, Nyonya akan kami bawa keluar jalan-jalan," ucap bu Martha sambil tetap menunjukkan wajahnya yang datar.Aku segera melahap makan siangku. Aku tidak bertanya terlalu banyak lagi karena aku sudah sangat bosan terkurung di sini. Kulihat bu Martha mengeluarkan baran
Bu Martha masuk ke dalam mobil hitam yang mewah, aku merasa senang sekali dapat keluar dari kamar si*lan itu. "Ughh," ucapku sambil menarik nafas dalam-dalam. Aku membentangkan kedua tanganku ke samping kiri dan kanan sehingga perut kecilku nampak jelas membuncit kecil walaupun dari jarak lima meter.Aku duduk di dalam mobil, seorang pria kekar duduk di depan samping supir. Sepertinya pria tinggi itu adalah pengawal yang diutus untuk menjagaku. Kulihat pria itu memakai masker hitam dan kaca mata hitam serta memakai topi hitam. Semua pakaiannya berwarna hitam."Hmmm, sok bodyguard," gumamku dengan suara kecil.Mobil dijalankan perlahan. Aku menatap keluar kaca jendela mobil dengan pandangan kosong. Gedung-gedung yang mencakar langit sama sekali tidak menarik bagiku.Hiruk pikuk kota Jakarta menjadi santapan sehari-hari. Tapi, aku tidak peduli dengan hal itu semua. Aku memandang kartu hitam yang diberikan tadi, membolak-balik kartu tipis itu."Kamu boleh membeli apapun yang kamu inginka
Kulihat pria tinggi itu melirik ke kiri dan ke kanan dengan buru-buru. Mencari butik yang menjual pakaian hamil."Di sana!" seru Bram sambil menunjuk ke sebuah butik di ujung pusat perbelanjaan itu. Kami bertiga mengikuti langkahnya yang memang cepat, mungkin karena kakinya yang panjang.Sosok tinggi itu cepat sekali masuk ke dalam butik, berbicara kepada penjaga butik kemudian mulai menunjuk berbagai rak."Ahh, kemarilah," ucap Bram dengan nafas menderu.Aku memandangnya dengan bingung kemudian beralih memandang petugas butik yang tersenyum ramah kepadaku."Rak di sini untuk usia kehamilah 3 bulan, di sebelahnya untuk usia kehamilan 6 bulan. Kemudian rak paling samping adalah untuk usia kehamilan 9 bulan," ucap penjaga butik dengan ramah.Aku mengelilingi rak yang ditunjukkan tadi, memilah-milah mana yang ingin kucoba. "Semuanya bagus-bagus," ucapku kepada penjaga butik sambil melirik ke arah Bram yang melihat jam tangannya dengan gelisah."Apakah dia sudah mau pulang kerja? Apakah d
"Arrgh ... ampun, Tuan. Tolong lepaskan aku!" teriak seorang wanita penghibur yang dibawa Tom kepada Zacky, sementara satu teman lainnya sudah pingsan di lantai.Zacky melepaskan wanita itu dan menamparnya dengan keras. Bibir wanita itu langsung robek. Wanita dengan tubuh polos itu terduduk di lantai berkarpet indah itu sambil menangis kesakitan.Zacky memperlakukan mereka dengan kasar. Zacky kesal karena hasrat terdalam dari diri Zacky tidak terselesaikan, walaupun wanita penghibur yang dicarikan oleh Tom sudah mirip-mirip dengan Angel."Pergi kalian semua!" teriak Zacky sembari bergerak ke kamar mandi. Wanita itu segera memungut pakaiannya dan menarik temannya dalam rangkulan, melangkah dengan tertatih-tatih meninggalkan kamar yang sudah penuh dengan aura dingin Zacky.Sekali lagi pria itu tidak sanggup menuntaskan gairahnya. Dia begitu bingung dengan keadaan yang dialami olehnya."Apakah aku sudah mulai melemah?" gumamnya dalam hati sembari membenamkan dirinya ke dalam bathtub beri