Share

Bab 2. Harus menikah hari ini juga

Bunda tersenyum dengan lembut sambil mengusap airmatanya sendiri. Memang inilah takdir yang harus kujalani sebagai anak gadis satu-satunya milik keluarga ini.

Selama ini aku selalu dimanjakan dengan semua kebutuhan. Memang hidup kami tidak termasuk mewah. Tapi keluarga Sanjaya, tempat papaku bekerja memang selalu memenuhi semua yang kami perlukan.

Uang sekolahku tidak pernah terlambat. Buku sekolah dan tas sekolahku selalu baru setiap tahunnya karena diberikan oleh Emma Sanjaya-Istri majikan, tempat papaku mengabdi.

"Istirahatlah, Nak. Siapkan dirimu! Pernikahan akan dilaksanakan besok!" Perkataan Bunda begitu lembut namun terkesan menyedihkan. Bunda melangkah lesu keluar dari kamarku. Kulihat ia masih mengusap airmatanya. Bila keluarga kita cukup kaya, maka kita tidak akan terhina seperti ini.

Kedua orangtuaku juga bisa melarikan diri, tapi mereka memilih untuk membalas jasa majikannya.

"A-Apa? Besok?" Kepalaku terasa berdengung sejenak. Oh iya ... ya, mayat akan semakin bau bila berlama-lama.

"Oh Shit, menjijikkan sekali!" pekikku di dalam kamarku sendiri. Membayangkan saja aku sudah bergidik.

"Ah, malangnya nasib!" seruku sembari melampiaskan kekesalan pada bantal dan ranjang kembali.

...

Hari masih pukul lima pagi dan pintu kamarku sudah digedor dengan kasar. Aku tahu, pasti papa yang mengedornya. Mengapa ia sangat marah padaku? Aku mencoba duduk di tepi ranjang dengan malas.

"Tunggu, Pa. Biarkan Mama yang memanggilnya." Terdengar perkataan bunda di depan kamar.

Aku masih merasa lelah dan kurang tidur. Butuh waktu yang cukup lama untuk menetralisir keadaan hatiku sampai akhirnya tertidur pukul tiga dini hari semalam.

Terdengar pintu masih diketuk pelan.

"Nak, bangun! Angel!"

Dengan malas aku melangkah dan membuka pintu.

"Nak, kita harus berangkat!" ucap bunda setelah pintu dibuka. Kulihat ada garis hitam di bawah kedua manik hitamnya.

"Dia juga menangis semalaman," gumamku dalam hati.

"Tapi, ini masih pukul lima pagi!" Aku merengut dengan manja, kepalaku terasa pusing dan masih terasa mengantuk sekali.

Bunda tidak memperdulikan ocehanku, malah memasukkan beberapa kotak dan meletakkannya ke ranjangku.

"Apa ini?"

"Pakaian pengantin, mandilah!" seru bunda sembari mendorongku ke kamar mandi.

***

Pakaian pengantin yang polos namun terlihat elegan saat melekat di tubuhku. Aku melihat tampilan di cerminku. Seorang gadis yang cantik dan menjadi primadona di sekolah, aku terlihat cantik sekali dengan gaun yang polos berwarna putih bersih ini.

"Kamu cantik sekali, Nak," ucap bunda dengan matanya yang nanar.

Terlihat sekali ia berusaha tabah atas kejadian yang menimpaku. Aku menjual masa depanku untuk dua milyar dan untuk membalas budi dari keluarga aneh itu.

Apakah masih akan ada pria yang mau menikah denganku apabila mengetahui bahwa aku-wanita yang sudah pernah menikah dengan mayat?

Tak mampu lagi aku bermonolog terlalu banyak saat melihat ayahku sudah berdiri di depan pintu, menatapku dengan sendu namun berpura-pura tegar.  Kulihat ayah sudah siap dengan stelan kemeja hitamnya dan memakai dasinya dengan rapi.

Kedua matanya juga sembab, mungkin mereka sama sepertiku, tidak mampu untuk tidur dengan nyenyak.

"Mari kita berangkat," ucapnya singkat.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam sudah menunggu di depan rumah kami. Ayah membukakan pintu mobil. Matanya seolah memerintahkan agar aku tidak banyak bicara dan hanya masuk ke dalam mobil.

Mobil dikemudikan oleh seorang supir yang diam dan serius menatap ke depan. Tidak ada yang berbicara sepanjang perjalanan.

Begitu kaku dan membuatku mengantuk.

Perjalanan rupanya agak jauh, sudah satu jam aku berada di mobil. Aku melirik kaca jendela.

"Mengapa aku melihat gunung?" tanyaku dengan heran.

Ibundaku memberikan isyarat diam dengan meletakkan telunjuknya ke bibirku.

Aku pun terdiam dan melanjutkan tidurku, mudah-mudahan semua ini hanyalah mimpi. Semoga saat bangun nanti. Aku sudah kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Bangun dan kuliah serta bercerita dengan semua anggota sablengku di kampus.

Mobil dihentikan di depan sebuah rumah yang mewah. Aku melihat sekitarku, membaca palang yang berada tidak jauh dari pandangan.

"Perumahan Tandean."

"Wah, ini adalah perumahan paling elit di kota super padat ini!" seruku dengan mata berbinar.

"Turunlah," ucap ayahku sembari membuka pintu.

Aku mengenggam seikat bunga mawar berwarna merah jambu.

Aku sungguh terpesona dengan rumah mewah yang kita masuki sampai langkahku terhenti.

"Oh, tidak," pekikku. Kedua mataku membulat.

Kembali aku tercengang saat melangkah menuju pintu masuk ke lokasi acara, dimana pernikahan akan dilangsungkan. Itu bukan ruang ibadah, juga bukan ruang pesta. Ruangan itu adalah sebuah taman kaca.

Terdapat beberapa kursi disusun dengan rapi menyisakan sebuah tapak sebagai tempat jalan pengantin.

Dekorasi pernikahan semua dominan  hitam seperti  balai persemayaman jenazah.

"I-Ini adalah acara pemakaman atau pernikahan?" Bathinku mulai kacau dan ragu. Suasana terasa menyeramkan.

Aku digandeng ayahku, melangkah masuk dengan perlahan. Beberapa tamu terlihat berdiri menyambut. Di depan sudah ada peti mati berisi calon suamiku. 

Kembali langkahku terhenti, mematung di tempat. Ketakutan teramat besar melandaku sehingga sekujur tubuhku terasa membeku. Kakiku susah sekali digerakkan.

"Ayo-lah, Nak," ucap ayahku. Pria paruh baya itu memandangku, kedua matanya sudah mulai nanar juga.

"Bolehkah aku membatalkannya?" tanyaku pelan setengah berbisik.

"Tidak" jawabnya dengan tegas dan singkat, sambil langsung menarikku melanjutkan langkah perlahan menuju pelaminan.

Begitulah pernikahan terkutuk itu terjadi.

Tanpa ada alunan lagu pernikahan.

Tanpa iringan pengantin kecil yang menari di depan.

Tanpa tepuk tangan tamu yang hadir.

Tanpa senyum yang mengucapkan selamat, melainkan wajah–wajah tamu yang mencibir. Aku percaya, mereka adalah kerabat yang tidak menyetujui pernikahan ini.

"Oohh, aku sungguh pusing, serasa mau pingsan saja," gumamku dalam hati sambil mengatur nafas yang tidak teratur didadaku.

Langkahku tepat berada di samping peti mati di sebelahku. Seorang pria berdiri di depan kami berdua. Pria berusia sekitar setengah abad itu sepertinya adalah penghulu atau pembawa acara.

"Dengan ini, saya mewakili tamu-tamu yang hadir, untuk menjadi saksi atas pernikahan Saudara Zacky Sanjaya dengan Saudari Angel Adhinatha.”

“Berhubung karena pengantin laki-laki sudah meninggal dunia, maka perjanjian pernikahan hanya akan ditandatangani secara sepihak oleh pengantin perempuan tanpa perlu mengucapkan janji pernikahan."

Dengan kedua manik nanar dan tangan gemetar aku tandatangani surat pernikahan itu. Setelahnya, kulirik sekilas pasanganku yang terbujur kaku di dalam peti mati.

"Mayat itu ... ihhh jijik sekali," kubayangkan sambil merinding.  "Wajahnya pasti hancur karena itu mereka tutupi dengan kain putih."

Kembali kutundukkan kepalaku, menahan rasa mual dan ingin muntah.

***

Prosesi berakhir, tidak ada acara apapun selain penandatangan yang aneh.

Aku digiring bunda untuk masuk ke kamar pengantin. Sementara di luar mereka melanjutkan acara makan-makan dan ramah tamah keluarga.

Peti mati kayu itu juga diangkat oleh beberapa orang mengikuti langkahku untuk masuk ke dalam kamar pengantin.

Aku tidak diijinkan untuk ikut meramaikan acara ramah tamah tersebut, mungkin mereka takut aku salah ucap sehingga membongkar perjanjian nikah yang tidak masuk akal ini. Padahal aku lapar sekali dan belum makan dari pagi , tapi aku juga sedang tidak berselera.

“Tapi, apa yang harus kulakukan disini?" Aku bergumam sendiri. Berduaan dengan jenazah yang mulai membusuk. Rasanya ingin ke kamar mandi, tapi kutahan. Aku benar – benar ketakutan.

Ceklek!

Terdengar suara kunci pintu dari luar. Aku terkunci di dalam kamar ini. "Bersama dengan mayat!"

Leherku terasa dingin, seperti aku sedang berada di kuburan.

"Mama, papa! Tolong aku! Angel tidak mau berada di sini!"

Aku mengedor pintu dengan sekuat tenaga-juga melakukan beberapa panggilan melalui handphoneku.

Degh! Lampu kamar mati secara tiba-tiba.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Arianto Kogoya
aku baca ini langsung mengerikan sekali ka
goodnovel comment avatar
Alwa 021
kaga bisa ngebayangin aku bagaimana bisa seperti itu dmi uang ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status