Share

Selamat Datang Di Neraka

Waktu yang dinanti-nanti oleh Oma Sean akhirnya tiba juga. Gedung pertemuan disulap semewah mungkin sesuai keinginan Oma. Bunga dekorasi pada pintu sebanyak ratusan ribu tangkai, telah terpasang rapi kian mempercantik gedung. Tak main-main dana yang rela Oma keluarkan demi cucu kandung semata wayangnya.

Tak hanya bunga dekorasi pada pintu hingga menyentuh sembilan digit juta. Langit-langit gedung dihiasi oleh juntaian berlian yang juga Oma pilih sendiri. Hand bouquet dari bunga peony berhasil wedding organizer dapatkan walau dengan perasaan cemas. Beruntung para wedding organizer berhasil mewujudkan seluruh keinginan Oma tanpa terlewat.

Bukan dengan parcel, kardus berukuran sedang, apalagi kecil, tempat yang menutupi aneka souvernir bahkan tergolong cukup besar. Bagaimana tak besar apabila kotak tersebut berisikan : emas antam seberat 250 gr dengan harga kisaran ratusan juta, dua tas untuk pria dan wanita dari brand ternama tepatnya berinisial LV, dengan harga sama-sama puluhan juta lebih juta tipe PM OnTheGo women bag, dan untuk tipe Nano Alpha men bag .

Ikat pinggang bagi lelaki seharga tujuh juta, sedangkan perempuan dengan harga harga enam juta. Tak selesai hingga ikat pinggang dan tas untuk dua gender serta emas antam. Karena Oma juga meminta untuk diselipkan parfum perempuan Dior J'adore I'or 50 mililiter. Lagi-lagi isi sekotak souvernir tak selesai hingga di sana, karena parfum pria Dior Sauvage 200 mililiter juga menghias sekardus souvernir pernikahan.

Wanita berusia 85 tahun mendorong mandiri kursi rodanya untuk hari ini. Pengawal yang biasa membantu dan menjaganya, dia tugaskan menjaga keseluruhan gedung agar benar-benar aman. Wanita tersebut menatap kagum dan suka hasil pilihannya. "Apakah semuanya sudah siap semua, Mbak?"

Penanggung jawab acara yang semula asyik berkacak pinggang, mengamati tiap inchi hasil jerih beserta para anak buah seketika menegakkan postur tubuh. "Selamat siang, Oma. Semua sudah siap dan aman sesuai yang Oma inginkan. Saya harap Oma tak kecewa dan tak ada yang tertinggal."

Oma mengangguk-anggukkan kepala paham. Netranya mengedar menatap seluruh penjuru ruang lagi. "Kerja bagus," puji Oma merasa puas berpadu tulus. Penuturan Oma dibalas hangat dengan bungkukan sopan, sebagai ucapan terimakasih. Akhirnya mereka mampu menghela nafas lega, tinggal menanti mempelai memasuki ruang saja.

Para tamu yang dipilih oleh Oma mulai berdatangan, menempati kursi yang dituntun oleh wedding organizer. Lonceng telah dibunyikan tepat kala pengguna gaun pengantin berhiaskan berlian melintas. Tak sebatas sepasang mata saja, melainkan hampir seluruh mata menatap penuh hinaan Theresia. Gadis tersebut hingga dibuat tak berani mengangkat kepala.

Netra-netra itu serasa pedang yang menghunus tubuh gempalnya. Netra itu pula membuat gaun mewah berharga ratusan juta, yang dibuat oleh salah satu desainer ternama di negeri terasa tak berguna. Theresia terasa ditelanjangi oleh netra para tamu. Wajahnya ayu Theresia, keindahan gaun, kerapian tatanan rambut dan make up seakan bak sampah telah dibuang. Ya, setidak berarti itu.

"Para hadirin sekalian dimohon untuk berdiri dikarenakan mempelai pria akan menyusul masuk!" perintah sang pembawa acara pernikahan

Tak seperti kala menatap Theresia, para tamu undangan menatap kagum Sean. Bak melihat dewa yang tiba, lalu siap memberkati jemaatnya. Sean menyunggingkan senyum paksa, setidaknya demi nama baiknya, orang tua, dan sang Oma.

"Mengenaskan sekali nasib Sean mendapatkan istri bertubuh gempal."

"Saya saja yang melihat tak akan nafsu menjamah wanita seperti itu."

"Tapi bukankah kekasih Sean adalah Nona Laura?"

"Tampaknya gadis di depan sana menggunakan guna-guna kemungkinan. Secara siapa yang tak ingin mendapatkan cucu konglomerat harta tak habis tujuh keturunan?"

Sang pembawa acara meneguk ludah secara kasar. Cibiran-cibiran yang dilantunkan tamu bukanlah dengan berbisik, melainkan disuarakan sekeras mungkin. Selaku makhluk yang memiliki sisi kemanusiaan, dia menatap iba Theresia yang dimatanya tampak menahan tangis. Sang pembawa acara berdeham sekeras mungkin, berharap keadaan lebih baik.

"Dimohon harap tenang para hadirin sekalian. Acara akan dimulai tepat setelah kembali kondusif."

Kesal dan kecewa kian terpupuk tebal di hari Sean. Dia menatap penuh permusuhan Theresia. Tatapan yang akan berbeda kala gadis di sampingnya adalah Laura. Bukan si gempal dan buruk rupa ini.

Ucapan selamat terlalu biasa dan pasaran bagi pernikahan dadakan serta dipaksakan ini. Bukan ucapan selamat berbahagia dan harapan menua bersama. Melainkan para tamu mengucapkan turut berduka dan memberi kekuatan Sean, agar tak malu memiliki istri layaknya Theresia. Beberapa hanya mengucapkan kalimat selamat, walau tetap diselingi hinaa.

Theresia mungkin memang belum mengisi perutnya. Tetapi kalimat demi kalimat yang didengar, membuat hatinya kenyang hingga tak memiliki nafsu makan. Apakah serendah itu orang buruk rupa, bertumbuh gempal, dan tak mampu? Apakah kalimat-kalimat itu berubah kala dirinya rupawan, langsing, dan menjadi nona muda?

"Kau sudah jelek jangan kian merusak riasan mahal!" tegur Mami Sean.

"Wajahmu sudah mengalahkan air selokan walau telah ditutupi bedak tebal!" Tak kalah kejam dari sang istri, Papa Sean juga berujar kian membuat Theresia ingin menghilang.

Tawa puas Sean mengguar walau tanpa suara. Sedang asyik-asyiknya mengucapkan selamat datang di keluarga. Oma Sean menghampiri dengan dibantu salah satu pelayan. Karena harus menaiki panggung pengantin yang cukup tinggi, membuat wanita tersebut menunda ucapan selamat untuk sang cucu menantu.

Wanita 85 tahun tersebut menatap lekat-lekat Theresia, lalu beralih menatap putranya, menantu, dan sang cucu kandung. Perasaan tak mengenakan muncul tiba-tiba. Oma mengode Theresia agar menunduk dan mendekat. Wanita tersebut langsung mendekap sang cucu menantu.

"Selamat datang, Nak. Sekarang kau juga cucu saya. Semoga kau selalu berbahagia, berkat Pencipta menyertai selalu, dan hubungan bersama Sean diberkati pula."

Cukup sudah Theresia menahan aliran air matanya. Kini bulir-bulir air mata dengan berani siap merusak riasan. Theresia mengendurkan dekapan Oma lalu menjauh, dia cukup sadar kemungkinan isi bisikan orang-orang. Pasti lagi dan lagi orang-orang menyalahkan kegempalannya.

"Te--terima kasih Nyonya," balas Theresia.

Para tamu undangan melebarkan mata karena terkejut. Nyonya? Apakah gadis gempal itu adalah wanita temuan yang rendah? Untuk apa Oma Sean memungut dan memilah wanita gempal, demi si cantik, kaya, dan seksi tak lain Laura? Apakah pengaruh netra di usia senja sehingga bagi Oma, Theresia lebih sangat unggul dibanding Laura?

Oma Sean memamerkan rentetan gigi palsunya, lalu menepuk-nepuk gaun Theresia. Dia tersenyum hangat kian membuat otak para tamu terjungkir balik, yang dibarengi para anak, menantu, dan cucu Oma yang lain ikut kesal dan memanas. "Rere, panggil saya Oma saja layaknya yang lain kala memanggil saya."

Theresia tersenyum kikuk disertai anggukan kepala. Kepalan tangan, tatapan berang, rahang yang mengetat kompak terjadi hanya dikarenakan Theresia. Dalam hati mereka kompak berteriak 'Selamat datang di neraka wahai makhluk buruk rupa'.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status