Share

Lima

"Duduk Bu," titah Vina seraya menggeser kursi makan yang terdapat di dapur mereka.

"Minum dulu," lanjutnya dengan mengulurkan segelas teh hangat pada ibunya.

"Vina, maafkan ibu, Nak," ucap Marni tak mampu menahan gejolak rasa bersalah pada putrinya.

"Selama ini kamu ibu sisihkan karena di anggap pembangkang. Tahukah kamu Vina? Dulu ibu berpikiran bahwa Dara adalah kebanggaan karena selalu menuruti ibu dan tak pernah banyak permintaan, sedangkan kamu ..., selalu ingin sekolah, banyak mengikuti kegiatan belajar, mengaji masih berjalan, menjadikan kamu jarang di rumah dan bantu ibu merapihkan isinya. Dara hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan membantu ibu berjualan di pasar. Ternyata dia bermain dengan dunianya yang ibu pikir baik-baik saja itu," ucapnya penuh penyesalan.

Vina hanya menunduk lesu tak seperti biasanya, dia akan lantang bersuara dan selalu menyergah ibunya.

"Sudah, Bu, lupakan dulu penyesalan itu. Kita harus pikirkan bagaimana cara mengetahui bapak dari bayinya Dara?" jawab Vina dengan tenang.

"Kita harus kuat dan bersatu dalam mengambil tindakan tuk Dara kedepan, Mar," sela Teh Sari.

Marni pun mengangguk dan mencoba tuk baik-baik saja. Marni lihat Danu--suaminya tengah duduk di tepi pintu keluar dengan sebatang rokok di tangan. Pandangannya menerawang tak tentu arah.

"Mas, Dara 'kan selalu pulang duluan sebelum aku, dan Mas yang antar. Apa selama ini Mas tak pernah melihat dan menemukan hal aneh  pada Dara?" tanya Marni pada suaminya.

Mas Danu melirik Vina dengan tatapan aneh. 

Lalu menarik napas kasar dan menghembuskannya. Dia membuang puntung rokoknya yang telah pendek tak bisa disesap kembali, lalu menghampirinya, vina, juga Teh Sari di meja makan.

"Dara selalu menolak untuk kujemput saat di pasar. Dia pura-pura saja turun dari gedung pasar dan menemuiku di parkiran, padahal dia selalu memilih jalan kaki dan menyuruhku untuk mengojeg saja. Awalnya kurasa baik-baik saja Marni, karena watak dara yang memang selalu berhemat, bahkan sekolahpun dia tak mau 'kan? Dengan alasan takut membebani kita." Danu menjeda kalimatnya sejenak lalu melanjutkannya.

"Namun, belakangan,... sebelum Dara bertemu Ivan, aku pernah memergoki Dara tengah bermesraan di belakang pasar dengan lelaki yang tak kukenal. Dan aku tak pernah berpikir bahwa Dara melangkah sejauh itu dari kita. Saat telah bersama Ivan, aku pernah memergoki Vina yang tengah memarahi Dara dengan Ivan di kamarnya. Vina waktu itu bilang hanya memergoki Dara tengah berciuman dan aku percaya saja," lanjutnya penuh sesal.

"Sekarang jelaskan pada kami tentang hari itu, Vin!" tatapan Danu beralih pada putrinya.

Vina menunduk seperti ketakutan lalu dengan segera ia menguasai diri dan berkata.

"Gak ada yang aku tutupi kok, Pak. Memang cuma itu yang kudapati waktu itu."

Vina ini memang pintar berbicara, bahkan dia terkesan kuat walau harus berdebat dengan orang tuanya jika sudah punya kemauan atau pendapat ... dia akan lantang membela dirinya. Berbeda dengan Dara yang selalu bilang 'iya' dan 'maaf' saat diberi tahu oleh orang tuanya.

"Vin, bapak mohon jangan tutupi apapun lagi yang kamu ketahui tentang Dara!" teriak Danu mulai lantang.

"Pak-Bu, sekarang, lebih baik Ibu hampiri dan rebut ponsel Dara yang dari tadi dia mainkan. Vina rasa dia tengah mengabari Bapak dari bayi itu, bahwa dia telah melahirkan," sergah Vina mengalihkan pembicaraan.

"Benar Mar, dari tadi Dara terus memaikan ponselnya seperti sibuk berbalas pesan," sela Teh Sari kemudian.

"Vina, bapak rasa kamu tahu rahasia Dara yang lain tolong bicara Bapak tunggu!" Danu bersikukuh.

Namun Vina tetap pada pendiriannya bahwa dia tak tahu menahu tentang Ayah bayinya Dara.

"Ah aku pusing Mar, setelah mengubur ari-ari aku ingin istirahat dulu sebentar!" seru Danu. Kemudian dia bergegas menyambar ari-ari yang telah siap dikubur di dalam sebuah kendi.

Vina dan Teh Sari pun pergi hendak menemani Dara di ruang tengah. Marni sendiri dan pikirannya kembali ramai dengan pertanyaan. 

Tunggu, Danu bilang pernah memergoki Dara dengan seorang pria tak ia kenal di belakang pasar? Apa dia pelakunya? Mencoba mengingat semua langganannya yang memang suka mengganggu Dara walau dia tak pernah menanggapi, bisa saja salah satunya itu yang menghamili Dara. Ivan ... lagi-lagi Marni merasa Ivan tahu ....

Gegas Marni bangkit dan menghampiri Vina. 

"Vin sini Ibu ingin bicara lagi," bisiknya dan menuntun tangan Vina.

"Bu ...!" seru Dara dengan sendu. Tak ia hiraukan dan melewatinya begitu saja. Entahlah Marni tengah tak karuan hendak memperlakukannya seperti apa sekarang.

"Vin, panggil Ivan sekarang suruh kesini!" titahnya.

"Bu, apa kita sudah siap jika Ivan tahu Dara melahirkan?" 

"Panggil! Ibu mau bicara sekarang juga tak ada waktu, cepat atau lambat dia akan tahu juga 'kan?" sergahnya.

"Baiklah, Bu, akan Vina hubungi sekarang," jawab Vina dengan terpaksa.

Hari sudah menjelang siang. Belum ada satupun makanan yang melewati kerongkongan tuk memenuhi perutnya. Bahkan Marni lupa pada Mak Eem. Namun ada Teh Sari yang mengurusi ini semua. Para tetangga yang datang tak ia temui satupun. 

"Marni," Sapa seseorang memecah lamunan. 

"Emak ...." 

"Emak karek ngadenge bieu, nat meuni poho ka indung ker kapapaitan teh," (Emak baru denger barusan, kok bisa lupa sama ibu sedang dapat musibah gini,) ucap Emak dengan suara serak di usia senjanya.

Ah ... iya bahkan Marni lupa pada Emak yang setiap pagi selalu Dara urusi di rumahnya yang terhalang lima rumah dari kediamannya ini. Emak sudah tua renta dia hidup sendiri di rumahnya dan tak mau diajak satupun anaknya tuk menetap bersama. Hanya mengandalkan cucu-cucunya yang bergiliran menemainya menginap dan mengurusinya setiap pagi. Dan yang paling rajin adalah Dara. Setiap pulang dari pasar ba'da zuhur, Dara akan merapihkan rumah hingga sore, lalu malamnya menemani neneknya itu. 

Tapi semenjak berpacaran dengan Ivan. Dara jarang sekali menemani Emak dan selalu di gantikan Tanti anak Teh Tuti kakak tertua Marni yang rumahnya berbeda RT. 

Tanti? Apakah dia tahu ... ah dia ada di ruang tengah tadi menemani Dara. Akan Marni panggil dan menyecarnya dengan banyak pertanyaan. Mengingat dia seusia dengan Dara, Bisa saja mereka sering curhat berdua.

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status