Share

BAB 2. Top Model

Cahaya dari lighting memenuhi ruang pemotretan. Gadis itu mengganti gaya photoshoot lagi. Wajah yang terlukis sempurna dipadukan dengan pakaian dari desainer ternama. Kali ini, wajah cantiknya akan tertera lagi di cover  majalah fashion. Gadis itu menghela napas lega, pemotretan hari itu selesai.

Dia menerima air mineral dan segera meneguknya. Matanya sedikit perih karena cahaya dari lighting.

“Diva!” panggil seseorang. Tanpa menoleh pun, dia sudah tau siapa pelakunya.

“Kenapa menerima tawaran photoshot tanpa memberitaku aku dulu?” cecar wanita itu. Diva memutar bola matanya. Sangat malas menghadapi manajer yang terkadang melewati batas.  Arinda sering sekali mengurusi hidupnya, membuat Diva kadang muak.

“Memangnya ada yang salah?” tanya gadis itu setelah meletakkan minumannya. Arinda membulatkan matanya. Diva tertawa kecil, sudah menebak penyebab sang manajer marah.

“Kamu tau kalau pemilik desainer brand  ini adalah musuh lama kamu, kenapa masih kukuh menerima tawarannya? Kamu tau kan kalau tawaran yang mereka berikan di bawah standar kamu sebagai top model,” dumelnya.

Diva terheyak sejenak, memperhatikan raut kesal di wajah Arinda. Sekilsh manajernya itu terlihat peduli dan memikirkannya. Namun, setelah mengetahui kebenarannya, Diva justru merasa lucu dengan reaksi yang Arinda pertunjukkan.

“Begitukah? Kenapa tidak memberitahuku?”

Diva ingin melihat sejauh mana dia bisa mengikuti drama yang sedang simainkan oleh Arinda.

“Itulah kenapa kamu harus izin dulu sama aku, Div. Kita harus diskusikan apa pun terkait karier kamu sebagai model. Untuk sampai di titik ini gak mudah, jadi jangan asal mengambil keputusan, Div,”

“Ya sih, tapi yang melalui tahap untuk sampai ke titik ini kan aku, Rin! Kamu hanya pendamping dan gak tau rasanya berjuang mati-matian dari nol,” sahut Diva blak-blakan. Dia tersenyum ramah.

“Kok kamu ngomong gitu sih, Div? Kamu gak menghargai aku sebagai manajer kamu lagi?” tanyanya dengan wajah sendu. Diva memutar tutup botol minumannya. Setiap kali Diva menjelaskan keluh kesahnya, Arinda pasti akan mengatakan hal yang sama, seolah dia adalah tokoh paling tersakiti.

“Siapa bilang? Tetapi dibandingkan kamu, aku lebih hak atas kontrak yang akan aku terima atau tolak. Aku tau kamu marah, bukan karena dia musuhku atau karena tawarannya yang kecil,” Diva menjeda sejenak.

Sesuai dugaan, Arinda pasti tidak terima saat Diva mulai keluar dari zonanya dan melakukan segalanya sendiri.

“Kamu membencinya! Kamu ingin mereka hancur seperti yang mereka lakukan padamu dulu. Mereka membuangmu dan sekarang kesempatan besar untukmu membalas mereka, melalui aku. Namun, sayang sekali aku bukan robot yang bisa kamu kendalikan sesuka hati, Rin,” sambungnya menohok hati sang manajer. Arinda terheyak, terdiam dan tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.

Diva berdiri.

“Aku akan ganti baju. Tolong atur ulang jadwalnya ya, manajerku yang tercinta. Aku harus ke makam Saka, hari ini hari ulang tahunnya dia,”

“Oh iya, jangan lupa untuk menemui desainer-nya, pastikan dia membuat pakaian sesuai request yang aku buat, dan pastikan juga sesuai ciri khasku. Terima kasih,” ucapnya menepuk bahu Arinda sebelum berlalu.

Awalnya Arinda adalah orang yang sangat dia percaya. Tepatnya setelah dia terjun ke dunia modelling, Arinda yang mendampinginya. Semakin hari mereka semakin dekat, membuat Diva mulai percaya dan terbuka padanya. Namun, Arinda ternyata tidak setulus itu bersahabat dengannya.

Seperti orang di luar sana, Arinda hanya mendekatinya karena dia berguna. Sebagai top model yang tentu memberi nama besar untuk Arinda.

Diva tersenyum kecut.

“Hanya Saka yang tulus menerima aku apa adanya, bahkan saat aku masih jelek,” lirihnya.

..

Dia membatalkan semua jadwal pemotretan dan bahkan mengabaikan panggilan dari semua orang. Sore ini akan dia habiskan untuk sang sahabat. Meski sudah berbeda alam, Diva tetap bisa merasakan kehadiran Saka di sisinya. Pria yang sejak dulu ada untuknya, bahkan hingga akhir hayatnya.

“Selamat ulang tahun, Saka!” uucapnya meletakkan bunga di atas makam.

“Kenapa ya gak ada yang tulus sama aku, Ka? Btw aku datang seperti biasa, tidak terlambat sedikit pun. Aku bahkan membatalkan beberapaa jadwal pemotretan untuk datang ke sini. Aku akan berkunjung ke rumah Bunda nanti,”

Diva menghela napas. Jika Saka masih hidup, cowok itu pasti akan mengoloknya, karena selalu memprioritaskan hari ulang tahun cowok itu. tidak sekali pun Diva melupakannya.

“Kue coklat kesukaan kamu, Ka. Aku tiup lilinnya ya,”

Seolah semesta merestui ikatan keduanya. Diva dan Saka lahir di tanggal dan bulan yang sama. Hari ini, untuk kedua kalinya dia merayakan hari ulang tahun seorang diri.

Gadis itu menutup mata, membuat harapan dan kemudian menutup lilin. Air mata mengalir begitu saja, membasahi pipinya.

“Saka, aku benar-benar merindukanmu,” lirihnya.

Sakit, satu kata yang menggabarkan keadaannya saat ini. Kehilangan seseorang dan tidak lagi bisa melihatnya di dunia adalah duka terbesar. Saat merindukannya, Diva hanya bisa memutar kenangan bersama Saka. Namun, semua berbeda karena wajah yang tidak lagi sama.

“Mungkin jika kamu tiba-tiba muncul, kamu juga gak akan mengenaliku, Ka. Wajahku berbeda, begitupun dengan kemampuan yang aku punya. Aku bukan gadis jenius kebanggan kamu lagi. Sebaliknya, aku adalah gadis cantik yang dulu aku inginkan,”  

Dia selalu mencurahkan isi hatinya.

“Namun, semua gak sebanding dengan apa yang diambil dari aku, Ka. Semesta mengambil kamu, mengambil kemampuan yang aku punya dan yang tersisa hanya gadis cantik yang gak bisa apa-apa. Gadis yang direndahkan karena terlalu polos dan bodoh. Aku bahkan tidak bisa menyelesaikan studiku,” sambungnya sembari terisak.

Ponselnya yang terus berbunyi, mengganggu ketenangan. Gadis itu mematikan suara ponselnya dan kembali fokus membagikan isi hatinya pada Saka. Setiap  butuh tempat bersandar dan berbagi, Diva hanya akan mendatangi tempat peristirahatan sang sahabat.

Iam the top model, now! Kalau ada kamu pasti akan aku angkat jadi manajerku.” Cerita terus mengalir, sampai petang berakhir. Matahari sore itu begitu indah, seolah mendukung persahabatan yang terus bertahan, meski sudah berbeda alam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status