Share

GARA-GARA TUKANG PENTOL part 4

Aku, Risma dan Nina pun kaget mendengar teriakan dari si Abang tukang pentol. Lebih kaget lagi saat mengetahui kalau yang ada di hadapanku saat ini adalah orang kurang waras.

Seketika aku langsung mundur beberapa langkah dan bersembunyi di balik punggung Nina. Kini orang kurang waras itu beralih kepada Risma masih dengan jemari berbentuk simbol hati.

"I love you," ucapnya lagi mendekati Risma.

"Ahhh! Mama!" teriak Risma.

"Hussst, sana, sana!" usir tukang pentol itu seperti sedang mengusir ayam.

"Senangnya dalam hati, kalau beristri tiga. Oh ... seperti, dunia, ana yang punya."

Ebuseh malah dia nanya. Apakah dia pikir kita bertiga ini istrinya tukang pentol, hih.

"Sudah sana pergi!" teriak Risma mengusir.

"Besok-besok jadi istriku ya," ucap orang waras tersebut.

Aku dan Nina bergidik ngeri, namun ada rasa menggelitik di hati karena mempunyai pengalaman digoda orang kurang waras. Haha.

"Makasih sudah mau menjaga gerobakku," ucap tukang pentol. Ia menarik kursi plastik dan ikut duduk.

"Oiya, tadi banyak yang beli pentolnya setelah si Abang minggat," imbuhku.

Aku memberikan uang hasil berjualan pentol miliknya yang kutaruh di dalam plastik berwarna hitam.

"Ini, tadi ada banyak yang nggak mau diambil kembaliannya," kataku.

"Diambil saja buat mbaknya, makasih sudah bantu saya berdagang."

"Nggak mau, saya cuma nolong doang sebentar. Memangnya tadi sedang mengejar siapa?" tanyaku sedikit kepo.

"Mantan," jawabnya singkat.

"Lah, dagang pentol sambil mengawasi mantan pacar gitu? bawa HT juga? Kereen," celetuk Nina.

"Woaaah, abangnya gagal move on pasti nih. Sampai mantan pacar saja diawasi kaya gitu. Sudahlah, Bang, mending cari saja yang baru," sahut Risma.

Aku mencubit pelan lengan mereka berdua. Mulut mereka masya Allah sekali kalau berbicara. Risma dan Nina mengaduh kesakitan dan memanyunkan bibirnya.

Saat ini aku baru benar-benar memperhatikan penampilan si Abang tukang pentol. Untuk ukuran tukang pentol memang terlihat sangat tampan dan gayanya juga keren. Jadi tidak yakin kalau dia tukang pentol beneran.

Tubuhnya tinggi serta tegap dan gagah, kulitnya bersih, mempunyai rahang yang tegas serta sorot mata yang tajam. Eh, ternyata ada lesung pipinya juga di sebelah kanan saat ia mengulum senyum.

Eh, tunggu! Kenapa dia mengulum senyum? Apa mungkin lucu baginya saat kita bertiga digoda orang kurang waras tadi ya, entahlah.

"Bang Adrian, masih ada pentolnya nggak? Anak saya dari tadi mau beli pentol tapi nggak jadi. Katanya antriannya penuh mulu. Terus tadi yang jaga cewek, apa dagangnya ditemanin sama pacarnya?" tanya seorang Bapak.

Nah, 'kan disangka pacarnya tukang pentol. Risma dan Nina membekap mulutnya menahan tawa. 

"Bang, ini duitnya tadi. Aku nggak usah dikasih, ikhlas nolongin." Kembali aku memberikan uang itu.

"Oh, ini pacarnya. Cocoklah, cantik sama ganteng," ujar si Bapak tersenyum ramah.

Ebuseeeehh, gara-gara tukang pentol nih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status