"Aku harus jemput bola, gak bisa kalau ngandelin desa ini terus buat jualan."
Aira bangun pukul 03.00 dini hari, membersihkan diri terlebih dahulu lalu menyiapkan bahan untuk membuat kue.Pukul 05.00 pagi Aira sudah siap untuk berjualan keliling menggunakan box makanan.Tujuannya adalah desa yang bersebrangan dengan tempat tinggalnya, berharap disana banyak peminat untuk membeli kue nya. Waktu tempuh sekitar 1 jam dari rumah ke desa tujuan.Aira berkeliling desa menjajakan kue nya, cerdiknya Aira berjualan di jam sarapan, jadi tidak sedikit peminat yang membeli kuenya. Jika masih ada kue tersisa Aira menunggu pembeli di pinggir jalan raya tepatnya di depan sekolah.Aira menjalani rutinitas seperti ini sudah satu bulan lamanya. Hasil penjualan kue di gunakan untuk makan sehari hari, dengan lauk seadanya. Dan sebagian besarnya di tabung untuk mimpi Aira.Sore itu Aira hendak kembali ke rumah setelah selesai berjualan, karena jalanan licin sehabis hujan ada sepeda motor yang jatuh tergelincir dan motornya tepat menabrak Aira.Aira mengerang kesakitan saat mendapati kakinya tertimpa badan sepada motor.Si pengendara yang jatuh pun tergopoh-gopoh bangun hendak menolong Aira. Beruntungnya sepeda motor itu masih bisa di gunakan, walaupun ada sedikit kerusakan di beberapa bagian akibat terlempar."Mba saya minta maaf, ini di luar kendali saya. Jalanan sangat licin jadi motor saya sulit di kendalikan. Saya akan bertanggung jawab atas semua yang Kaka alami." Kata pria yang menjadi korban juga."Iya mas gak apa apa, tapi saya gak bisa bangun kaki saya terasa kaku. Bagaimana ya ?""Saya bantu berdiri mba, maaf ya saya sentuh badannya ..."Pria itu membopongnya untuk bisa berpegangan di motornya yang sudah berdiri.Di nyalakan motor itu dengan susah payah, setelah beberapa kali percobaan akhirnya mesin menyala.Aira duduk menyamping di motor dengan berpegangan pada baju pria tersebut, dan tangan satunya memegang box kue.Sampai di sebuah klinik Aira di bantu berjalan oleh pria itu untuk di periksa dokter jaga.Aira di beri obat penghilang rasa sakit , dan obat oles untuk kakinya yang tertimpa motor.Untuk sementara dokter klinik menyarankan Aira jangan berjalan dulu, agar kakinya cepat pulih. Aira mengiyakan saran dokter tersebut.Setelah selesai Aira minta untuk di antar sampai rumah , karena keadaannya tidak memungkinkan untuk berjalan sendiri."Mas maaf saya mau merepotkan sekali lagi, minta tolong di antar sampai rumah, kaki saya masih belum bisa di pakai berjalan."Pria itu tersenyum."Tanpa mba minta pun saya pasti mengantar Sampai rumah.""Terimakasih mas untuk niat baiknya," Ucap Aira."Gak usah terimakasih, kan saya yang salah. Pegangan yang kuat ya mba." Ucap pria itu sambil melajukan motornya.Di pertengahan jalan, pria itu menepikan motornya. Aira di minta untuk menunggu sebentar di dekat motornya sambil berpegangan.15 menit kemudian pria itu datang dengan menenteng satu bungkus plastik yang entah isinya apa.Aira dan pria itu melanjutkan perjalanan, sekitar 40 menit mereka sampai di sekitar rumah Aira."Itu rumah saya mas, yang cat nya coklat." Telunjuk Aira menunjuk sebuah rumah."Oh iya siap mba."Aira di bantu berjalan sampai berhasil membuka pintu kunci rumahnya. "Mas maaf saya disini tinggal seorang diri, jadi di antar sampai sini saja, ga enak kalau tetangga lihat."Pria itu memandang sendu Aira , dia memikirkan bagaimana aktivitas Aira setiap harinya dengan keadaan kaki yang sulit berjalan."Di rumah saya ada tongkat bekas Alm kakek saya. kalau mba mau, besok saya antarkan kesini, bisa di gunakan sementara sampai kaki mbak nya pulih."Aira hendak menolak, tapi dia sangat butuh tongkat untuk menopang dirinya."Apa tidak merepotkan jika besok mas nya harus kesini lagi mengantarkan tongkat?" Tanya Aira."Sangat tidak merepotkan mba, justru saya bakal ngerasa bersalah kalau mba menolak tawaran saya."Pria itu mengulurkan sebelah tangannya, "Perkenalkan, saya Galang Pramudya ... Panggil saja Galang."Aira membalas jabatan tangan pria itu, "Saya Aira mas Galang.""Kalau gitu Aira ,saya pamit dulu ya, tidak enak terlalu lama disini kalau di lihat orang. Oh ya ini saya beli makanan buat kamu Aira, di habiskan ya lalu minum obatnya.""Terimakasih mas Galang buat semuanya, Aira terima ya makanannya, hati hati di jalan."Galang melajukan motornya menembus gelapnya jalanan desa itu.**Keesokan 7 Aira bangun sedikit siang , mungkin karena pengaruh obat yang dia minum tadi malam.Kaki nya sudah lumayan membaik, tapi masih belum bisa di gunakan untuk berjalan. Aira menyeret kakinya dan berpegangan pada tembok agar bisa melakukan aktivitas ringan, seperti ke toilet, mencuci piring, makan dan minum.Ada suara ketukan pintu dari luar rumah, Aira perlahan menyeret kakinya menuju pintu."Selamat pagi Aira.""Mas Galang, pagi pagi sekali datang." Aira mempersilahkan Galang untuk duduk di kursi kecil di teras rumahnya."Ini tongkat yang saya bilang semalam, dan ini ada beberapa makanan untuk kamu."Galang memberi banyak sekali makanan, seperti mie instan,telur,susu,roti dan berbagai jenis camilan."Oh iya satu lagi." Galang berjalan menuju sepeda motornya , lalu mengambil bungkusan kecil dan di berikannya pada Aira."Apa ini mas ?""Tadi saya lihat di jalan ada yang jual nasi campur, saya beli dua porsi. Satu untuk saya dan satu untuk kamu." Jawab Galang."Ya ampun mas, ini sudah banyak sekali. Terimakasih."Galang mengangguk sambil tersenyum."Oh iya mas, alamat rumahnya dimana ? Nanti saya kembalikan tongkatnya jika kaki saya sudah sembuh.""Saya minta nomor ponsel kamu saja Aira, biar lebih praktis."Aira menunduk malu, di era modern seperti ini masih ada anak muda yang tidak punya ponsel, yaitu dirinya."Oh iya sebentar ," Aira masuk kembali ke dalam rumah , kali ini sedikit cepat berjalan karena menggunakan bantuan tongkat.Aira datang membawa pulpen dan secarik kertas lalu memberikannya pada Galang."Tulis alamat mas di situ, saya gak punya ponsel." Ucap Aira sedikit menunduk karena malu.Galang terdiam sejenak, masih ada orang yang tidak punya ponsel di zaman sekarang, terlebih lagi Aira masih terbilang Abg yang biasanya wanita seusianya mengikuti trend terkini. Walaupun di desa kecil tapi setiap warga mempunyai ponsel untuk berkomunikasi.Galang menulis alamat , beserta nomor ponselnya."Ini Aira, kalau gitu saya langsung pamit ya. Nanti saya sering berkunjung kesini untuk melihat keadaan kaki kamu. Kamu jangan menolak, karena saya sedang menjalani kewajiban saya untuk bertanggung jawab.""Iya mas , kalau sekedar berkunjung untuk melihat keadaan kaki saya tidak usah membawa makanan sebanyak ini lagi, saya gak enak nerima nya."Galang hanya tersenyum, dia tidak mengiyakan apa yang dikatakan Aira.Keadaan jalanan sekitar rumah Aira terbilang ramai, karena banyak warga yang beraktivitas di pagi hari.Galang sudah menghilang dari pandangan Aira.Seorang tetangga Aira ternyata memperhatikan sedari Galang datang sampai pergi dari rumah Aira."Aira."Aira pun menengok dan berjalan menggunakan tongkat, mengahampiri seorang ibu yang memanggilnya tadi."Ada apa bu?" Tanya Aira."Minta langsung di nikahin aja, nanti malah timbul fitnah."Aira tersenyum, karena dirinya sudah bisa menebak kejadian ini pasti terjadi. Mengingat tetangga Aira kebanyakan suka sekali mencampuri urusan orang lain."Maaf Bu, itu bukan pacar saya . Kemarin saya bertemu dengan pria itu karena sebuah kecelakaan, pria itu kesini untuk bertanggung jawab. Ini kaki saya buktinya, tidak bisa berjalan akibat jatuh kemarin."Ibu itu melirik sinis Aira, melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala Aira lalu pergi tanpa berkata apapun.Hari demi hari Aira jalani dengan ikhlas dan sabar, bantuan dari Galang pun lama lama kian menipis. Aira berencana nekad untung berjualan di depan rumah saja , wanita itu percaya tuhan akan memberikan rezeki selagi manusia itu berusaha. Aira memulai rutinitas seperti awal saat berjualan kue donat, kebetulan masih ada banyak stok bahan kue di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. Kaki Aira sudah mulai membaik, tongkat pun sudah tidak di perlukan lagi tetapi untuk berjalan jauh Aira masih belum bisa. Aira menggeser meja kecil yang ada di dapur nya ke luar rumah, tentu saja untuk tempatnya menjajakan kue buatannya.Hari pertama Aira berjualan di depan rumah hanya ada 10 pembeli, itupun hanya orang yang tidak sengaja lewat depan rumahnya. Sedangkan warga desa sudah tidak percaya pada apa yang Aira jual. Karena gosip yang beredar sebelumnya.Hari hari selanjutnya tidak ada perkembangan, pembeli hanya berjumlah sedikit setiap harinya. Aira mulai ingin menyerah saja rasanya. Seorang pri
Tidak terasa sudah 4 hari Aira bekerja di kedai kecil ini."Aira makan dulu , nanti kamu kecapean ini sudah jam 1 siang.""Iya mba Vina, sebentar saya lap meja dulu." Vina Amora pemilik kedai tersebut sangat perhatian dengan Aira, selalu memperlakukan Aira seperti adik perempuannya.Walaupun di perlakukan seperti itu, Aira tidak besar kepala, dia tetap selalu semangat setiap harinya dan sopan terhadap Vina yang bisa di bilang adalah bos nya."Mamaku buat tongseng ayam, kamu makan dulu sana di dapur. Saya sudah makan duluan barusan." Kata Vina sambil tersenyum."Mba Vina serius loh aku jadi gak enak kalau setiap hari selalu di bawakan bekal seperti ini, saya bisa beli di warteg depan mba. Besok besok gak usah bawain saya lagi ya." "Santai aja Ra , mama saya selalu masak banyak. Dan seringnya mubazir karna anaknya sibuk bekerja dan jarang makan masakan rumah...jadi biar Mama saya ga sedih saya bawain aja ke sini, buat kamu sekalian." Kata Vina menjelaskan.Aira mengangguk pelan. " Yaud
Pelanggan kedai tempat Aira bekerja semakin ramai di siang dan sore hari. Aira sempat kewalahan, begitu juga Vina.Mereka bekerja multitalent, sebagai kasir, barista, mencuci perlengkapan, sekaligus menghandle kebersihan kedai. Pekerjaan Vina dan Aira tidak ada bedanya, Vina tidak bersikap Jemawa sebagai bos, dia tidak malu untuk mengerjakan tugas seperti karyawannya lakukan."Ra, kamu kecapean gak ya kira kira kalau besok aku minta buatin 50 donat. Aku takut kamu dropp, soalnya hari ini kita kerja keras banget." Aira tersenyum mendengar ucapan Vina."Mba, saya seneng ngelakuin ini, mimpi saya memang seperti ini. kerja, dapat uang sekaligus ngembangin kemampuan aku. Jadi aku ga keberatan soal pesanan donat kamu buat besok," Ucap Aira."Hm, mimpinya di ubah ya Ra, kamu harus punya mimpi jadi pengusaha yang sukses, jangan jadi pekerja." Ucap Vina menasehati.Aira tertawa pelan, "Iya mba, aku ubah mimpinya.""Ra Makasi banget ya, udah jadi karyawan, teman sekaligus vendor buat aku," Kat
Aira berjalan beriringan dengan Widya karena sebentar lagi kelas akan di mulai. Widya membimbing Aira di kelas, sebagai mahasiswa baru Aira benar benar tidak tahu apa apa. Aira hanya membawa keberanian dan tekad untuk belajar dikampus ini.Selesai kelas Aira bergegas merapihkan peralatan tulisnya."Buru buru amat Ra," Ucap Widya."Saya harus jaga kedai, duluan ya Widya ... " Aira hendak berjalan keluar kelas, dengan cepat Widya memanggil untuk menahan Aira."Ra ... Tunggu aku bawa kendaraan." Langkah kaki Widya di percepat untuk mengejar Aira."Gausah Ra, kedai aku Deket kok cuman beberapa ratus meter dari sini." Ucap Aira."Udaaaaah ayo ikut aja." Widya menarik tangan Aira.Widya sekarang sudah mengetahui tempat bekerja Aira, teman barunya itu sangat salut terhadap sikap mandiri Aira. Sedangkan dirinya, sampai sekarang masih di fasilitasi oleh orang tuanya."Saya masuk kerja dulu ya Wid, makasih tumpangannya." Kata Aira menutup pintu m
Aira dan Widya sampai di kedai.Widya di minta Aira untuk langsung duduk di meja pelanggan, tanpa memesan terlebih dahulu.Sedangkan Aira, wanita itu masuk ke ruangan karyawan untuk menggunakan rompi kerja nya.Aira menghampiri Widya membawa 1 cangkir capuccino dan 1 donat dengan toping choco scrumble."Wah, jadi aku di traktir nih ceritanya." Ucap Widya sumringah.Aira tersenyum, "Bisa di bilang begitu.""Aira enaaaaak banget donatnya, fluffy banget. Ini kamu buat disini?" "Enggak, aku buatnya di rumah Wid." "Hah? Di rumah? Maksudnya ini kamu yang bikin sendiri?" Tanya Widya tidak percaya.Aira menganggukan kepalanya polos, tidak ada maksud untuk menyombongkan diri. Aira hanya menjawab jujur pertanyaan Widya."Aku bawa kesini dalam bentuk setengah matang, jadi begitu sampe sini langsung di Frozen sama ownerku.""Owner kamu jomblo gak? Tanya Widya iseng."Kayaknya sih iya jomblo.Bersamaan dengan itu Vina datang untuk mengecek mesin kasir, karena kebetulan sedang tidak ada pelanggan
Aira bekali kali membungkukkan badannya dan meminta maaf, karena tidak fokus saat mengantar pesanan."It's oke Ra, gak usah minta maaf terus. temen saya juga gak masalah. Iya kan by?" Tanya Alfian kepada temannya.Abyan Ethan Kaviza adalah teman dari Alfian, dosen nya Aira.secara kebetulan Aira dan Byan di pertemukan di kedai tempat wanita itu bekerja.Byan adalah laki laki idaman para wanita di luar sana, siapa yang bisa menolak visual Byan yang mempesona dan selalu nampak terlihat segar, dari segi finansial sudah tidak di ragukan lagi, Byan adalah pemilik perusahaan PT.GO RUNNING.tbk ,yang bergerak di bidang pelayanan transportasi online.Perusahaan yang didirikan atas perjuangan sendiri menjadi kebanggan untuk Byan, walaupun orang tuanya kaya tapi Byan selalu berusaha sendiri sejak lulus kuliah 7 tahun lalu, sampai sekarang Byan mempunyai semuanya. Tapi soal asmara Byan selalu kalah dari rekan seperjuangannya, sebagian besar temannya sudah menikah dan mempunyai anak. Hanya Alfian d
"Eh lo , disini juga ?" Tanya nya basa basi.Aira mengangguk, "kamu suka baca juga ?" "Engga juga." Jawabnya singkat.Byan reflek bersikap jual mahal, dia tidak mau terlihat seperti orang bodoh di hadapan Aira. Byan meyakini sikap dinginnya akan membuat Aira menjadi tertarik, dan di mata Aira, Byan seperti laki laki yang berkualitas. Tapi itu menurut Byan ... lain lagi dengan pemikiran Aira.Aira menganggap Byan merasa risih karena sudah di sapa dan di tanya oleh Aira soal aktifitasnya di toko buku. Wanita itu merasa tidak enak karna sikap Byan yang tidak welcome."Oh ya, Silahkan di lanjut." Aira meninggalkan Byan dan kembali ke rak novel bersama Widya yang masih fokus dengan bacaannya."Ng ... " Tangan Byan sedikit terangkat beberapa cm, ingin sekali menahan Aira untuk pergi meninggalkannya, Tapi rasa gengsinya terlalu besar, lalu dia lebih memilih meninggalkan toko buku, dengan tujuan menetralkan perasaannya yang naik turun akibat
"Bapak ... " Panggil Aira, saat Alfian akan mengemudikan mobilnya."Ya Ai, kenapa ?""Mm .. maaf pak panggilnya Aira aja atau Ra, jangan ai. Bapak udah punya pacar ? Alfian tersenyum mendengar pertanyaan Aira, "Kebetulan engga punya Ai." "Pak, jangan panggil aku ai ... " Rengek Aira."Kamu juga manggil saya bapak, saya ga suka." Sahut Alfian tersenyum jail."Ya kan bapak dosen saya," Sanggah Aira."Kamu juga Aira Hanindya ... Gak salah dong panggilnya Ai." Aira memejamkan matanya rapat, rasanya sulit berdebat kecil dengan dosennya ini, padahal hanya perkara nama panggilan saja."Yasudah pak, senyaman nya bapak aja." "Iya Ai ... Yang." Alfian terus menggoda Aira yang wajahnya memerahHah? Aira memandang tajam dosennya."Yang aus , Yang aus ... Itu maksudku."Aira tak bisa menahan tawanya, dosen nya di kampus dan di luar sangatlah berbeda. Saat mengajar Alfian menjadi sosok yang dingin