"Eh lo , disini juga ?" Tanya nya basa basi.Aira mengangguk, "kamu suka baca juga ?" "Engga juga." Jawabnya singkat.Byan reflek bersikap jual mahal, dia tidak mau terlihat seperti orang bodoh di hadapan Aira. Byan meyakini sikap dinginnya akan membuat Aira menjadi tertarik, dan di mata Aira, Byan seperti laki laki yang berkualitas. Tapi itu menurut Byan ... lain lagi dengan pemikiran Aira.Aira menganggap Byan merasa risih karena sudah di sapa dan di tanya oleh Aira soal aktifitasnya di toko buku. Wanita itu merasa tidak enak karna sikap Byan yang tidak welcome."Oh ya, Silahkan di lanjut." Aira meninggalkan Byan dan kembali ke rak novel bersama Widya yang masih fokus dengan bacaannya."Ng ... " Tangan Byan sedikit terangkat beberapa cm, ingin sekali menahan Aira untuk pergi meninggalkannya, Tapi rasa gengsinya terlalu besar, lalu dia lebih memilih meninggalkan toko buku, dengan tujuan menetralkan perasaannya yang naik turun akibat
"Bapak ... " Panggil Aira, saat Alfian akan mengemudikan mobilnya."Ya Ai, kenapa ?""Mm .. maaf pak panggilnya Aira aja atau Ra, jangan ai. Bapak udah punya pacar ? Alfian tersenyum mendengar pertanyaan Aira, "Kebetulan engga punya Ai." "Pak, jangan panggil aku ai ... " Rengek Aira."Kamu juga manggil saya bapak, saya ga suka." Sahut Alfian tersenyum jail."Ya kan bapak dosen saya," Sanggah Aira."Kamu juga Aira Hanindya ... Gak salah dong panggilnya Ai." Aira memejamkan matanya rapat, rasanya sulit berdebat kecil dengan dosennya ini, padahal hanya perkara nama panggilan saja."Yasudah pak, senyaman nya bapak aja." "Iya Ai ... Yang." Alfian terus menggoda Aira yang wajahnya memerahHah? Aira memandang tajam dosennya."Yang aus , Yang aus ... Itu maksudku."Aira tak bisa menahan tawanya, dosen nya di kampus dan di luar sangatlah berbeda. Saat mengajar Alfian menjadi sosok yang dingin
"Ng ... Iya Byan, maaf ga fokus," ucap Aira sambil tertawa kecil.Byan duduk di samping Aira, tapi dengan jarak lumayan jauh, tidak berdekatan."Kamu sudah ngobrol sama Alfi?"Aira mengangguk, " Sudah, Oh ya Byan ... rasanya tidak sopan kalau manggil kamu dengan nama saja, sepertinya kamu lebih tua di atas aku." Ucap Aira polos.Byan tersenyum, ini pertama kalinya Aira melihat pria itu melengkungkan bibirnya, biasanya Byan berekspresi datar bila bertemu dengannya."Saya sama Alfian seumuran." "Oh berarti bedanya denganku sekitar 5 tahun ya, oke aku panggil kamu kakak." "B- Boleh." Ucap Byan."Gimana kak? bisa minta tolong di jelaskan, kenapa aku harus kesini? apa Kakak juga bagian dari team usaha yang Pak Alfian rencanakan?" "Enggak, Kakak cuman support menghubungkan tempat usaha kamu nanti, dengan aplikasi go running, agar cakupan lebih luas. tidak hanya mengandalkan customer yang datang langsung, t
(Aira ) : Taman tengah kota kak.Pandangan Byan mengelilingi sekitar taman, mencari keberadaan Aira yang tidak jelas menyebutkan letaknya pastinya dimana. Matanya berhenti pada wanita menggunakan rok hitam dengan sweater rajut, sedang menjilat es krim di bangku taman sambil menggoyang kedua kakinya yang menggantung.Byan mengembangkan senyumnya, melihat Aira dari jauh saja bisa semenyenangkan itu.Tanpa buang waktu pria itu melangkahkan kakinya mendekati Aira yang tengah duduk di taman.Aira melihat seseorang yang berjalan ke arahnya langsung melambaikan tangannya dengan wajah ceria." Kakak ga sibuk? kok bisa keluar kantor? ini kan belum jam makan siang." Byan tersenyum mendengar pertanyaan Aira, jelas bisa saja Byan melakukan apapun, toh Byan yang mempunyai kendali."Iya bisa aja Ra, kamu hari ini libur kuliah?" Aira mengangguk sambil menjilat es krimnya, "Tapi tetap masuk kerja." Jawabnya sambil tersen
Alfian terkejut dan langsung memandang Byan Tak bersahabat, "Ada nyamuk tadi," Ucap Byan datar."Yuk aku ambilin makanan favorite aku disana." Ajak Alfian sambil merangkul Aira.Widya kembali dengan beberapa dessert di tangannya, "Airaaaa, kemana sih dia?" Byan mengekori Aira dan Alfian dengan berjalan sangat lambat, "Ada apa sih By? Gue kok berasa lagi di intai ya." Ucap Alfian yang menyadari Byan ada di belakangnya."G-gue mau itu juga, yang di pegang Aira." Menunjuk dimsum yang Aira pegang. "Habis belum di refil lagi." Jawab Alfian."Ini aku ambil beberapa kok, buka mulutnya kak, tusukannya cuman satu lagi." Aira tidak sadar bahwa perlakuannya pada Byan membuat hati Alfian membara, sedangkan Byan tentu saja perasannya semakin di buat melayang.Byan menikmati dimsum yang berasal dari suapan Aira, dimsum yang rasanya tidak seberapa itu sangat lain ketika masuk di mulut Byan, rasanya mungkin seperti makan dimsum l
Alfian dan Widya tercengang melihat adegan itu, sedangkan sang pelaku bersikap seolah itu perilaku yang sudah biasa.Aira memegang jarinya yang sudah tidak mengeluarkan darah, ingin mengucapkan terimakasih pun rasanya berat sekali, berat karna terlalu gugup menerima perlakuan Byan tadi."Semangat Ra, sebentar lagi kita sampai puncak." Ucap Byan memecahkan keheningan di antara mereka."Paaak, kita kayaknya jadi nyamuk kebon disini." Bisik Widya pada Alfian.Alfian menghiraukan itu, pria itu berjalan cepat meninggalkan tiga orang di belakangnya.Byan menyadari Alfian merasa kesal, pria itu menyunggingkan senyum kemenangannya. "Akhirnya setelah beberapa drama kita sampai juga di puncak, gak sabar liat sunsetnya." Ucap Aira sambil merentangkan kedua tangannya.Alfian mendekati Aira sambil membawa 2 kursi lipat, untuknya dan juga Aira.Widya yang melihat itu mendengus sebal, baru saja dia merasa lega karna melihat B
CHAT.(Kak Byan) : Ra, kakak ingin bertemu sepulang kuliah, Alfian ingin usahanya cepat di jalankan, karena kakak cerita bahwa kamu sudah tidak lagi bekerja di tempat yang lama.*Ga seharusnya aku jauhin kak Byan, ini kan bukan salahnya dia. aku aja yang di bawa perasaan sama komentar fans nya kak Byan, Batin Aira.(Aira) : Oke kak. aku tunggu di taman yang waktu itu ya, jam 13.00 siang.Byan mengembangkan senyumnya, pria itu fikir Aira tidak akan membalas chatnya, ternyata Aira masih bersikap sama seperti kemarin.Widya dan Aira hendak pulang saat selesai kelas, namun Alfian dengan sigap menahan keduanya. "Tunggu Ra, hmm ... Kamu udah dapet kabar dari Byan belum?" "Oh iya sudah kak." "Oke, sorry ya gak bisa ikut ngobrol, kerjaan saya masih banyak, semoga kamu setuju ya." Aira mengangguk lalu pamit untuk pulang lebih dulu dengan Widya."Kabar apaan sih Ra?" Tanya Widya saat sudah menjauh dari Alfian.
"Byan sudah di jodohkan dengan wanita pilihan keluarga kami, saya harap kamu mengerti." Aira tersenyum sambil mendorong amplop coklat di tangan Tyas."Maaf ibu, saya tidak bisa menerima ini. Sebagai informasi untuk ibu, saya dan kak Byan hanya berhubungan sebatas teman dan partner usaha, tidak lebih." Tyas berdecak, raut wajahnya terlihat sangat meremehkan Aira."Masih kurang uang yang saya berikan? saya bisa belikan kamu penthouse, asalkan kamu benar benar tidak bertemu lagi dengan anak saya, dengan alasan apapun.""Maaf sebesar-besarnya Bu, pintu keluar ada di sebelah sana." Aira menunjuk pintunya dengan ibu jarinya, tetap sopan tapi penuh penekanan.Tyas dengan sombongnya berjalan melewati Aira, dan dengan sengaja menabrakan bahunya pada tubuh Aira.***Besok nya Aira sudah bersiap untuk kuliah, wanita itu sudah memesan ojek online pagi ini. Di dekat apartemennya Halte bis cukup jauh, jadi Nadya beralih ke transporta