Hari demi hari Aira jalani dengan ikhlas dan sabar, bantuan dari Galang pun lama lama kian menipis. Aira berencana nekad untung berjualan di depan rumah saja , wanita itu percaya tuhan akan memberikan rezeki selagi manusia itu berusaha.
Aira memulai rutinitas seperti awal saat berjualan kue donat, kebetulan masih ada banyak stok bahan kue di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi.Kaki Aira sudah mulai membaik, tongkat pun sudah tidak di perlukan lagi tetapi untuk berjalan jauh Aira masih belum bisa. Aira menggeser meja kecil yang ada di dapur nya ke luar rumah, tentu saja untuk tempatnya menjajakan kue buatannya.Hari pertama Aira berjualan di depan rumah hanya ada 10 pembeli, itupun hanya orang yang tidak sengaja lewat depan rumahnya. Sedangkan warga desa sudah tidak percaya pada apa yang Aira jual. Karena gosip yang beredar sebelumnya.Hari hari selanjutnya tidak ada perkembangan, pembeli hanya berjumlah sedikit setiap harinya. Aira mulai ingin menyerah saja rasanya.Seorang pria memarkirkan sepeda motornya di depan rumah, siapa lagi kalau bukan Galang. Sudah lama pria itu tidak mengunjungi Aira."Kamu jualan Aira ? Kaki kamu bagaimana ? " Tanya Galang sambil melepas helmnya."Silahkan duduk mas," Aira mempersilahkan Galang duduk di bangku terasnya, dan menyajikan beberapa kue di piring kecil."Gak usah Ra, ini kan barang jualan kamu." Tolak Galang."Kue ku memang sering tidak habis, kadang aku bagikan kepada tukang angkut barang yang kebetulan lewat sini.""Semangat ya Aira , kelak kamu pasti akan bahagia. Badai pasti akan berlalu."Aira tersenyum mendengar perkataan Galang. "Terimakasih mas Galang semangatnya. Oh ya mas ini tongkatnya di bawa pulang lagi aja, kaki saya sudah membaik ."Syukurlah kalau kakinya sudah membaik. Saya tenang jadinya. Aira kamu mau beli ponsel tidak ? Saya yang beliin.""Hah ? Engga usah mas , aku belum butuh ponsel.Galang menawarkan itu karena dia ingin terus terhubung dengan Aira, pria itu khawatir dengan Aira yang hidup seorang diri. Rasa ingin melindungi Aira semakin hari semakin besar. Tapi Galang tidak bisa memaksa jika Aira menolak tawarannya itu."Yasudah kalau begitu, itu catatan alamat sama nomor ponsel saya jangan sampai hilang , kamu simpan baik-baik ya Ra."Iya siap mas.""Saya pamit kalau begitu ," ucap Galang sambil merogoh kantongnya mengambil sebuah amplop."Ini untuk kamu , di terima ya.""Ini maksudnya apa mas ? Mas Galang sudah lebih dari bertanggung jawab . Maaf saya gak bisa terima.kalau soal uang saya masih bisa cari untuk diri sendiri, karena saya berjualan."'Harus gimana lagi saya mastiin kamu buat baik baik aja sama keadaan yang lagi kamu jalanin Aira ,semua niat baik saya kamu tolak.' Batin Galang."Mas ?" Aira melambaikan tangan di depan wajah Galang yang sedang melamun."Eh iya Ra, yaudah kalau kamu gak mau terima gak apa apa, saya pamit," ucap Galang."Hati hati mas Galang."Aira masuk ke dalam rumahnya dia cek stok bahan untuk membuat kue esok hari, ternyata 80% sudah habis terpakai. Aira sedikit pesimis mengembangkan usaha di desanya , karena dilihat dari pasar nya tidak memungkinkan.Aira membuka lemari, dan mengambil kotak plastik bergambar kucing dengan gembok kecil disana. Ya ... Itu celengan Aira.Dia menghitung lembar demi lembar uang yang selama ini dia kumpulkan. Untuk keseluruhan totalnya bisa untuk ongkos ke kota dan biaya hidup disana beberapa Minggu ke depan. Aira harus optimis akan mendapatkan pekerjaan di sana, apapun itu asalkan halal akan Aira jalani.3 hari kemudian Aira pagi pagi sekali sudah bersiap dengan koper dan tas ranselnya. Aira sudah memastikan rumahnya bisa di tinggal dalam waktu yang lama.Aira mengundang perhatian warga di sekitar rumahnya karena berjalan sambil menyeret koper dan membawa ransel. Ada salah satu wanita paruh baya yang penasaran dan menanyakan pada Aira,"Mau kemana kamu Ra bawa tas besar besar?""Saya mau mencari peruntungan di kota bu, siapa tau saya bisa mendapat pekerjaan yang lumayan disana dan bisa mewujudkan cita cita saya.""Cita cita apa ? Jadi penjual donat keliling ? Kayak gitu aja di bilang cita cita." Ucapan ibu itu sejujurnya sedikit menyayat hati Aira."Penjual donat keliling adalah usaha yang halal bu, pastinya akan membawa kebaikan.""Trus kamu mau kerja apa disana? Di kota itu kebanyakan mempunyai gelar S1, S2 ... sedangkan kamu cuman lulusan SMA, paling kamu jadi sales yang pakaiannya sexy, apa bedanya dengan menjual tubuh? Gak kasian sama orang tua kamu yang sudah meninggal ?"Aira menghela nafas panjang, perjalan baru akan di mulai tapi rintangan sudah ada di depan mata."Saya permisi bu," Ucap Aira mengabaikan semua perkataan tetangganya tersebut.~Aira Sampai di terminal bis , dia membeli tiket dan beberapa camilan untuk dia bawa dalam perjalanan.Dia harus transit beberapa kali untuk sampai di kota tersebut.Aira merentangkan tangannya saat sampai di kota tujuan.Akhirnya aku bisa sampai di kota ini juga, ayah ibu doakan Aira dari sana ya, semoga Aira bisa sukses. Ucapnya dalam hati.Aira masuk kesebuah warnet yang ada di pinggir jalan, wanita itu menggunakan internet untuk mencari alamat yang bisa menyewakan kost untuknya di sekitar sini. setelah mendapatkan apa yang dia cari, Aira langsung mencatat di secarik kertas yang dia ambil dari buku catatannya. Lalu pergi sambil menyeret kopernya keluar warnet, saat selesai membayar.Sampai di tempat yang dia tuju, Aira langsung bertemu dengan pemilik kost. Dan beruntungnya masih ada kamar yang tersisa untuknya.Setelah Aira membayar uang kost, pemilik langsung mengantar dan memberi kunci kamar yang akan Aira tempati.*BrukkkkAira merebahkan badannya yang cukup lelah di tempat tidur berukuran single.Malam harinya ...Aira mempersiapkan berkas untuknya melamar pekerjaan esok hari, sehingga pagi nanti Aira sudah langsung bersiap berangkat.Pagi pagi sekali Aira menyusuri jalanan yang cukup ramai. Cukup satu kali naik angkutan umum Aira sudah sampai di pusat kota.Dia mendatangi beberapa cafe dan mini resto untuk melamar pekerjaanAira sadar diri tidak melamar pekerjaan di dalam gedung tinggi yang banyak berjejer disana, Karena pendidikan Aira terbilang pas pas an.Satu sampai lima cafe dan juga resto mini menolak lamaran pekerjaan Aira, dengan alasan banyak pengurangan pegawai. Aira tidak putus semangat, sampai dia bertemu 1 kedai cofee di pinggir jalan dengan model food truck. Dia melihat satu orang yang kewalahan melayani beberapa pelanggan di sana. Bergegas Aira mendekati wanita tersebut , "Mba kalau berkenan bolehkah saya melamar pekerjaan disini ? Saya tidak mematok gaji yang terpenting ada pemasukan, saya lihat mbak nya kewalahan karna ramai orang."Wanita pegawai kedai itu ternyata pemiliknya langsung , dia baru membuka kedainya hari ini . Sehingga banyak orang yang datang kesana memburu promonya."Boleh banget mba , kebetulan aku lagi repot." Ucap wanita itu."Ini mba berkas nya," Aira menyerahkan amplop coklat yang di ambil dari dalam tasnya."Duh mba saya ga sempet liat kayak gitu, udah yang penting kamu mau kerja aja. Soal berkas bisa menyusul." Jawab wanita itu sambil tergesa menyiapkan pesanan. "Nih sekarang kamu antar kopi sama croissant ini sama pasangan di sebelah sana, yang menggunakan baju coklat." Ucap wanita itu sambil menunjuk ke arah pelanggannya yang menunggu.Tidak terasa sudah 4 hari Aira bekerja di kedai kecil ini."Aira makan dulu , nanti kamu kecapean ini sudah jam 1 siang.""Iya mba Vina, sebentar saya lap meja dulu." Vina Amora pemilik kedai tersebut sangat perhatian dengan Aira, selalu memperlakukan Aira seperti adik perempuannya.Walaupun di perlakukan seperti itu, Aira tidak besar kepala, dia tetap selalu semangat setiap harinya dan sopan terhadap Vina yang bisa di bilang adalah bos nya."Mamaku buat tongseng ayam, kamu makan dulu sana di dapur. Saya sudah makan duluan barusan." Kata Vina sambil tersenyum."Mba Vina serius loh aku jadi gak enak kalau setiap hari selalu di bawakan bekal seperti ini, saya bisa beli di warteg depan mba. Besok besok gak usah bawain saya lagi ya." "Santai aja Ra , mama saya selalu masak banyak. Dan seringnya mubazir karna anaknya sibuk bekerja dan jarang makan masakan rumah...jadi biar Mama saya ga sedih saya bawain aja ke sini, buat kamu sekalian." Kata Vina menjelaskan.Aira mengangguk pelan. " Yaud
Pelanggan kedai tempat Aira bekerja semakin ramai di siang dan sore hari. Aira sempat kewalahan, begitu juga Vina.Mereka bekerja multitalent, sebagai kasir, barista, mencuci perlengkapan, sekaligus menghandle kebersihan kedai. Pekerjaan Vina dan Aira tidak ada bedanya, Vina tidak bersikap Jemawa sebagai bos, dia tidak malu untuk mengerjakan tugas seperti karyawannya lakukan."Ra, kamu kecapean gak ya kira kira kalau besok aku minta buatin 50 donat. Aku takut kamu dropp, soalnya hari ini kita kerja keras banget." Aira tersenyum mendengar ucapan Vina."Mba, saya seneng ngelakuin ini, mimpi saya memang seperti ini. kerja, dapat uang sekaligus ngembangin kemampuan aku. Jadi aku ga keberatan soal pesanan donat kamu buat besok," Ucap Aira."Hm, mimpinya di ubah ya Ra, kamu harus punya mimpi jadi pengusaha yang sukses, jangan jadi pekerja." Ucap Vina menasehati.Aira tertawa pelan, "Iya mba, aku ubah mimpinya.""Ra Makasi banget ya, udah jadi karyawan, teman sekaligus vendor buat aku," Kat
Aira berjalan beriringan dengan Widya karena sebentar lagi kelas akan di mulai. Widya membimbing Aira di kelas, sebagai mahasiswa baru Aira benar benar tidak tahu apa apa. Aira hanya membawa keberanian dan tekad untuk belajar dikampus ini.Selesai kelas Aira bergegas merapihkan peralatan tulisnya."Buru buru amat Ra," Ucap Widya."Saya harus jaga kedai, duluan ya Widya ... " Aira hendak berjalan keluar kelas, dengan cepat Widya memanggil untuk menahan Aira."Ra ... Tunggu aku bawa kendaraan." Langkah kaki Widya di percepat untuk mengejar Aira."Gausah Ra, kedai aku Deket kok cuman beberapa ratus meter dari sini." Ucap Aira."Udaaaaah ayo ikut aja." Widya menarik tangan Aira.Widya sekarang sudah mengetahui tempat bekerja Aira, teman barunya itu sangat salut terhadap sikap mandiri Aira. Sedangkan dirinya, sampai sekarang masih di fasilitasi oleh orang tuanya."Saya masuk kerja dulu ya Wid, makasih tumpangannya." Kata Aira menutup pintu m
Aira dan Widya sampai di kedai.Widya di minta Aira untuk langsung duduk di meja pelanggan, tanpa memesan terlebih dahulu.Sedangkan Aira, wanita itu masuk ke ruangan karyawan untuk menggunakan rompi kerja nya.Aira menghampiri Widya membawa 1 cangkir capuccino dan 1 donat dengan toping choco scrumble."Wah, jadi aku di traktir nih ceritanya." Ucap Widya sumringah.Aira tersenyum, "Bisa di bilang begitu.""Aira enaaaaak banget donatnya, fluffy banget. Ini kamu buat disini?" "Enggak, aku buatnya di rumah Wid." "Hah? Di rumah? Maksudnya ini kamu yang bikin sendiri?" Tanya Widya tidak percaya.Aira menganggukan kepalanya polos, tidak ada maksud untuk menyombongkan diri. Aira hanya menjawab jujur pertanyaan Widya."Aku bawa kesini dalam bentuk setengah matang, jadi begitu sampe sini langsung di Frozen sama ownerku.""Owner kamu jomblo gak? Tanya Widya iseng."Kayaknya sih iya jomblo.Bersamaan dengan itu Vina datang untuk mengecek mesin kasir, karena kebetulan sedang tidak ada pelanggan
Aira bekali kali membungkukkan badannya dan meminta maaf, karena tidak fokus saat mengantar pesanan."It's oke Ra, gak usah minta maaf terus. temen saya juga gak masalah. Iya kan by?" Tanya Alfian kepada temannya.Abyan Ethan Kaviza adalah teman dari Alfian, dosen nya Aira.secara kebetulan Aira dan Byan di pertemukan di kedai tempat wanita itu bekerja.Byan adalah laki laki idaman para wanita di luar sana, siapa yang bisa menolak visual Byan yang mempesona dan selalu nampak terlihat segar, dari segi finansial sudah tidak di ragukan lagi, Byan adalah pemilik perusahaan PT.GO RUNNING.tbk ,yang bergerak di bidang pelayanan transportasi online.Perusahaan yang didirikan atas perjuangan sendiri menjadi kebanggan untuk Byan, walaupun orang tuanya kaya tapi Byan selalu berusaha sendiri sejak lulus kuliah 7 tahun lalu, sampai sekarang Byan mempunyai semuanya. Tapi soal asmara Byan selalu kalah dari rekan seperjuangannya, sebagian besar temannya sudah menikah dan mempunyai anak. Hanya Alfian d
"Eh lo , disini juga ?" Tanya nya basa basi.Aira mengangguk, "kamu suka baca juga ?" "Engga juga." Jawabnya singkat.Byan reflek bersikap jual mahal, dia tidak mau terlihat seperti orang bodoh di hadapan Aira. Byan meyakini sikap dinginnya akan membuat Aira menjadi tertarik, dan di mata Aira, Byan seperti laki laki yang berkualitas. Tapi itu menurut Byan ... lain lagi dengan pemikiran Aira.Aira menganggap Byan merasa risih karena sudah di sapa dan di tanya oleh Aira soal aktifitasnya di toko buku. Wanita itu merasa tidak enak karna sikap Byan yang tidak welcome."Oh ya, Silahkan di lanjut." Aira meninggalkan Byan dan kembali ke rak novel bersama Widya yang masih fokus dengan bacaannya."Ng ... " Tangan Byan sedikit terangkat beberapa cm, ingin sekali menahan Aira untuk pergi meninggalkannya, Tapi rasa gengsinya terlalu besar, lalu dia lebih memilih meninggalkan toko buku, dengan tujuan menetralkan perasaannya yang naik turun akibat
"Bapak ... " Panggil Aira, saat Alfian akan mengemudikan mobilnya."Ya Ai, kenapa ?""Mm .. maaf pak panggilnya Aira aja atau Ra, jangan ai. Bapak udah punya pacar ? Alfian tersenyum mendengar pertanyaan Aira, "Kebetulan engga punya Ai." "Pak, jangan panggil aku ai ... " Rengek Aira."Kamu juga manggil saya bapak, saya ga suka." Sahut Alfian tersenyum jail."Ya kan bapak dosen saya," Sanggah Aira."Kamu juga Aira Hanindya ... Gak salah dong panggilnya Ai." Aira memejamkan matanya rapat, rasanya sulit berdebat kecil dengan dosennya ini, padahal hanya perkara nama panggilan saja."Yasudah pak, senyaman nya bapak aja." "Iya Ai ... Yang." Alfian terus menggoda Aira yang wajahnya memerahHah? Aira memandang tajam dosennya."Yang aus , Yang aus ... Itu maksudku."Aira tak bisa menahan tawanya, dosen nya di kampus dan di luar sangatlah berbeda. Saat mengajar Alfian menjadi sosok yang dingin
"Ng ... Iya Byan, maaf ga fokus," ucap Aira sambil tertawa kecil.Byan duduk di samping Aira, tapi dengan jarak lumayan jauh, tidak berdekatan."Kamu sudah ngobrol sama Alfi?"Aira mengangguk, " Sudah, Oh ya Byan ... rasanya tidak sopan kalau manggil kamu dengan nama saja, sepertinya kamu lebih tua di atas aku." Ucap Aira polos.Byan tersenyum, ini pertama kalinya Aira melihat pria itu melengkungkan bibirnya, biasanya Byan berekspresi datar bila bertemu dengannya."Saya sama Alfian seumuran." "Oh berarti bedanya denganku sekitar 5 tahun ya, oke aku panggil kamu kakak." "B- Boleh." Ucap Byan."Gimana kak? bisa minta tolong di jelaskan, kenapa aku harus kesini? apa Kakak juga bagian dari team usaha yang Pak Alfian rencanakan?" "Enggak, Kakak cuman support menghubungkan tempat usaha kamu nanti, dengan aplikasi go running, agar cakupan lebih luas. tidak hanya mengandalkan customer yang datang langsung, t