Share

Bab 5. BAKING AND PASTRY ART

Pelanggan kedai tempat Aira bekerja semakin ramai di siang dan sore hari.

Aira sempat kewalahan, begitu juga Vina.

Mereka bekerja multitalent, sebagai kasir, barista, mencuci perlengkapan, sekaligus menghandle kebersihan kedai. Pekerjaan Vina dan Aira tidak ada bedanya, Vina tidak bersikap Jemawa sebagai bos, dia tidak malu untuk mengerjakan tugas seperti karyawannya lakukan.

"Ra, kamu kecapean gak ya kira kira kalau besok aku minta buatin 50 donat. Aku takut kamu dropp, soalnya hari ini kita kerja keras banget."

Aira tersenyum mendengar ucapan Vina.

"Mba, saya seneng ngelakuin ini, mimpi saya memang seperti ini. kerja, dapat uang sekaligus ngembangin kemampuan aku. Jadi aku ga keberatan soal pesanan donat kamu buat besok," Ucap Aira.

"Hm, mimpinya di ubah ya Ra, kamu harus punya mimpi jadi pengusaha yang sukses, jangan jadi pekerja." Ucap Vina menasehati.

Aira tertawa pelan, "Iya mba, aku ubah mimpinya."

"Ra Makasi banget ya, udah jadi karyawan, teman sekaligus vendor buat aku," Kata Vina sambil mengelus bahu Aira.

***

Aira bangun lebih awal, karna dia harus membuat donat dalam jumlah double. Sebenarnya dia ingin libur dulu untuk memasok donat ke warung, tapi Aira tidak mau sampai pelanggannya kecewa dan beralih ke makanan lain.

Aira selesai memasok donat, di kagetkan dengan mobil yang terparkir di depan kostnya . Siapa lagi kalau bukan Vina.

Sedari malam Vina antusias ingin cepat mengenalkan menu baru kepada para pelanggannya.

Aira dan Vina berangkat bersama hari itu, dan hari hari selanjutnya Vina selalu menjemput Aira di kost, untuk memudahkan Aira membawa donat ke kedai.

Para pelanggan kedai tidak sedikit yang menyukai donat Aira , hari pertama Vina memberika promosi beli 1 gratis 1 untuk donatnya, hari selanjutnya para pelanggan sudah di buat ketagihan dengan rasanya, dan membeli dengan harga normal.

Hari ke hari Aira semakin di sibukan dengan dengan pekerjaan dan hobi nya itu.

Aira melihat tabungan yang dia simpan di amplop lemari kost nya sudah berjumlah lumayan.

Yang pertama Aira lakukan adalah pergi ke sebuah counter di pinggiran jalan kota. Dia membeli ponsel dengan merk dan spesifikasi yang standar. Baginya adalah ponselnya berguna untuk internet dan komunikasi.

Aira memeluk ponsel hasil jerih payahnya itu. "Akhirnya aku punya ponsel juga." Aira berbicara sambil mengeotak Atik benda pipih tersebut.

***

Selesai jam kerja di kedai, Aira berbincang santai dengan Vina, sambil tangannya membersihkan cangkir dan sendok di wastafel.

Mba tolong catat nomor ponsel kamu di kertas, saya sudah beli ponsel kemarin." Ucap Aira malu malu.

"Wah selamat ya Ra, aku iri deh sama kamu, beli ponsel pertama pake hasil usaha kamu sendiri. Kalau saya dulu masih bergantung sama orang tua."

"Jalan hidup orang beda beda mba, intinya kita bersyukur aja ya."

"Ra kamu ga ada niatan kuliah? Kamu ada potensi loh. kalau di barengi kuliah dan nanti punya gelar kamu pasti bisa sukses besar."

"Iya ada sih mba, tapi saya abis pakai sebagian tabungan saya buat beli ponsel dulu. Nanti kalau sudah terkumpul baru saya siap untuk daftar di universitas." Jawab Aira.

"Semangat Aira. kalau butuh bantuan, aku harus jadi orang pertama yang kamu mintain tolong, selagi aku bisa tapi hehehe."

***

6 bulan kemudian, kedai kecil bertemakan food truck itu sudah berubah menjadi outlet. Perkembangan usaha pesat karena jerih payah yang menjalaninya.

Vina mempekerjakan beberapa orang tambahan, ada yang sebagai administrasi, kebersihan , dan yang melakukan pemasaran di sosial media. Agar orang orang mengetahui keberadaan kedai dan menu yang di sediakan.

Malam harinya ...

Aira sedang mencari universitas di sekitar tempatnya tinggal dan bekerja, dengan biaya yang minim. Beruntung Aira sekarang sudah pintar menggunakan internet di ponselnya jadi dengan mudah dia mencari tanpa harus menyewa jasa warnet seperti awal dia datang ke kota.

Besoknya Aira mendaftarkan diri di unversitas pilihannya, dengan jurusan baking and pastry art sesuai dengan hobinya.

Vina sangat bangga saat mendengar Aira sudah resmi berkuliah, dia ingat betul Aira saat memohon pekerjaan padanya sangat polos dan belum tau apa apa.

Sekarang Aira jadi wanita yang mandiri, pintar dan banyak mencari tahu,

"Mbak Vin, Nanti kalau sudah mulai kuliah nanti, saya masih bisa bekerja paruh waktu disini kan ?"

"Bisa Aira, bekerjalah disini sampai kamu ga butuh pekerjaan lagi. Semoga kamu bisa buka usaha seperti ini juga kedepannya."

Aira memeluk Vina erat, "Makasih, mba Vina sudah seperti keluargaku, Aku seperti punya kakak perempuan di kota ini. Di kampung aku selalu merasa sendiri, padahal itu tanah kelahiranku."

Vina menepuk punggung Aira lembut. "Iya, makasih juga udah nemenin saya berjuang dari nol Ra."

***

Hari pertama kuliah Aira sangat bersemangat, dia sudah berhenti memasok donat ke warung, karena penghasilan dari kedai sudah lumayan. Aira mengarahkan para pelanggannya di warung untuk ke kedai saja jika ingin membeli donat buatannya.

Aira melihat lihat ruangan kampusnya, dia mencari kelas jurusannya.

Aira melihat wanita seumurannya yang sedang duduk sendirian dengan membaca buku tentang baking, Aira yakin bahwa wanita itu memilih jurusan yang sama dengan Aira.

Aira memberanikan diri untuk menghampiri wanita tersebut, walaupun dari desa Aira bukan wanita yang pemalu dia bisa menempatkan sikap dengan siapa dia berbicara.

"Permisi mba, boleh saya bertanya ?" Tanya Aira.

Wanita yang sedang membaca buku itu menutup bukunya dan membenarkan kacamata yang sedang dia gunakan . "Boleh kak, bertanya apa ?"

"Saya mahasiswa baru disini, saya bingung. Ini hari pertama saya di kampus, tapi saya belum menemukan kelas pastry, saya sudah bertanya kepada admin kampus, tapi petunjuknya kurang spesifik," Ucap Aira.

"Sama dong, akupun jurusan baking and pastry art."

Dugaan Aira tepat, wanita itu satu jurusan dengannya. hanya melihat buku bacaan yang sedang dia baca Aira sudah bisa menyimpulkan.

"Wah beruntungnya saya, perkenalkan saya Aira." Aira menjulurkan lengannya mengajak bersalaman.

"Widya Laras, panggil saja Widya." Membalas jabatan tangan Aira dengan senyum yang ramah.

"Kelas kita dimana Widya?" Tanya Aira.

"Nanti aku tunjukkin yah Ra, kelasnya masih 30 menit lagi. Makanya aku baca buku dulu disini sambil nunggu." Jawab Widya.

Aira mengangguk sambil menduduk dirinya di samping teman barunya itu.

Aira berbincang santai denga Widya, sambil mencari informasi tentang kampus barunya ini. Widya dan Aira pun bertukar nomor ponsel, mereka sudah seperti teman dekat sejak lama, karena Aira akan langsung akrab dengan orang yang sefrekuensi dengannya.

"Yuk masuk kelas Ra, 5 menit lagi di mulai. Dosen ya jutek tapi ganteng." Widya berbicara sambil tertawa ringan.

"Bagus tuh , kebetulan aku jomblo." Aira membalas ucapan Widya dengan candaan.

"Eh ... Punyaku loh Ra." Ucap Widya sambil memanyunkan bibirnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status