Share

KINSTUGI

**

1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam.

Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku.

“Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat.

“Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya.

Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku langsung berangkat menuju kampus. Pekerjaanku cukup mengalihkan rasa sakitku, aku kadang merasa sudah sembuh hanya karena aku terlalu fokus dengan perkerjaanku. Namun ketika aku pulang ke rumah rasa sakitnya kembali kambuh.

Aku terus memendam dan mengutuk diriku yang tidak mampu melakukan apa-apa, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak akan membawa masalah pernikahanku keluar rumah. Ternyata janji itu malah menjadi boomerang di kehidupanku, tiba-tiba aku teringat ucapan andini bahwa masalah dalam kehidupan rumah tangga tidak pernah terduga.

“Sudah sejauh apa ya hubungan mereka?.” Aku melamun membayangkan apa yang sudah mereka lakukan di belakangku. Rasanya menduga-duga itu seperti mencekik leher sendiri, sangat membuat sesak didada.

Ditengah lamunan yang semakin dalam, aku di kagetkan dengan suara notification chat di handphoneku. Setelah ku buka ternyata itu pesan dari Kendra.

“Besok aku kejogja, bisa kita bertemu?.” Tulisnya.

“Aku sibuk, maaf mungkin lain kali.” Hanya itu yang aku tulis untuk membalas pesannya.

“Aku 1 bulan di jogja, kamu ga mungkin sibuk selama itukan?.” Kembali ku baca isi pesannya.

“Aku tidak janji.” Kembali ku balas pesannya dengan harapan dia mengerti bahwa itu bermaksud aku tidak ingin bertemu.

Tiba-tiba terlintas bayangan kalau dulu aku menerima lamaran Kendra apa kisahku akan tetap sama seperti ini atau jauh lebih bahagia. “HAAAAAAAAAAAA!!!!!!!.” Teriakku kencang, karena banyak hal yang aku pendam malah menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak seharusnya muncul.

**

“Sudah lama kita ga makan di luar gini yang.” Mas putra memulai obrolan disaat aku tengah sibuk makan.

“Iya, aku bahkan lupa kapan terakhir kita makan malam diluar.” Jawabku sambil tetap sibuk dengan makananku.

“Maaf ya sayang, mas terlalu sibuk dengan perkerjaan mas.” Sahut Mas putra sambil menatapku yang masih fokus dengan makanan.

“Gausah terlalu di pikirin mas, aku sudah terbiasa.” Jawab ku seadanya.

“Mas sedikit kaget dengan jawabanmu yang.” Mas putra menghentikan aktifitas makannya lalu menatapku.

“Kenapa dengan tatapanmu mas, bukannya aku hanya menjelaskan bahwa aku memang sudah terbiasa sendiri.” Jawab ku sambil menatapnya kembali.

“Mas sadar dengan kesalahan mas, tapi tolong jangan buat mas semakin merasa bersalah dengan jawabanmu.” Jawab Mas putra dengan tatapan yang sama.

“Kesalahan yang mana mas, aku bahkan tidak pernah tau tentang itu.” Jawabku dengan nada pelan.

“Banyak, tapi semoga kamu selalu memaafkan.” Mas putra menghela nafas lalu kembali menikmati makanan.

“Apapun, asal jangan perselingkuhan.” Jawab ku singkat.

Mas putra menatapku dengan tatapan penuh makna, aku tidak tau secara spesific maksudnya apa tapi dari gelagatnya dia sangat tidak tenang karena jawabanku, mungkin dia merasa takut karena merasa sudah berselingkuh di belakangku.

**

Aku merebahkan tubuhku ke kasur, aku bahkan sudah lupa rasanya tidur tenang. terakhir mungkin sebelum aku menerima lamaran pernikahan dari Mas putra. Andai tau kalo pernikahan ini malah menjadi mimpi buruk, aku mungkin memilih untuk tidak menikah.

Suara dering handphone kembali membuatku tersadar dari lamunan penyesalan, aku coba lihat ternyata panggilan dari kendra. buru-buru aku menuju dapur untuk menjawab.

“Halo.” Sapa kendra.

“Iya, kenapa kak?.” Jawabku singkat. aku memang tidak menyukai obrolan yang bertele-tele.

“Besok bisa temui aku di jl.malioboro?.” Ajak kendra.

“Tidak bisa, aku kerja.” Jawabku cepat.

“Kalau begitu pilihannya aku datang ke rumahmu, aku tau alamat rumahmu dari andini.” Jawab kendra dengan santainya memberiku pilihan.

“Itu sama saja kau ingin membunuhku.” Jawab ku ketus.

“Jadi, apa pilihanmu dede?.” Kembali dia bertanya dengan nada meledek.

“Jam berapa?.” Jawab ku singkat, aku benci sekali dengan cara kendra yang tidak pernah berubah jika ingin bertemu denganku.

“jam 5 sore, aku tunggu.” Jawab kendra dengan semangat.

**

Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan aku dalam perjalanan untuk bertemu pria yang sudah menjadi masa lalu ku.

“Apa bedanya kamu dengan Mas putra kalau begini zane!.” Kembali aku mengutuk diriku karena selalu tidak mampu mencegah hal yang akan menjadi api.

Tapi di tengah perjalanan aku melihat mobil Mas putra memasuki salah satu restoran cepat saji di Jl. Sudirman. buru-buru ku ambil handphone dan memotretnya, lalu ku telepon kendra bahwa aku tidak bisa datang karena ada urusan mendadak.

Aku merasa bersyukur karena tuhan membatalkan pertemuanku dengan kendra dan karena hari ini aku menggunakan taksi online.

“Ah, aku akhirnya melihatmu secara langsung mas.” Gerutuku.

Aku meminta kepada driver untuk mengikuti mereka dan berhenti tepat di belakang mobil mereka parkir. Sekitar hampir 30 menit entah apa yang mereka lakukan sampai berhenti selama ini tapi yang jelas itu sangat memuakan. Aku mengikuti mereka sampai pada suatu tempat di kulon progo, aku melihat perempuan itu menggunakan kemeja kotak-kotak dengan rambut sebahu. Dalam hati ingin ku memaki “Begitu rendahnya seleramu mas”.

Aku tidak mengerti dengan diriku yang sungguh tidak mampu melihat perselingkuhan suamiku tapi aku terus berada di sana. Aku melihat gelak tawa mereka, melihat perempuan ini berbahagia dengan posisi duduk yang selalu mendekati Mas putra. Beberapa kali juga aku melihat perempuan ini merekam moment dengan Mas putra, mungkin dia akan melihat kembali videonya ketika dia merindukan pria milik perempuan lain sambil menangis. Ironis sekali menangisi sesuatu yang bukan miliknya.

**

Jam menunjukan pukul 20.40 dan aku sudah merebahkan diriku di kamar. Aku sudah menuntaskan tangis pedihku di mobil dalam perjalanan pulang. Sampai hati mereka melakukan perbuatan menjijikan, aku tidak sanggup melihat suamiku dengan wanita lain dan hatiku tidak sekuat itu. Aku terus memikirkan banyak hal “HAAAAAAA AKU HARUS BAGAIMANA!!!!!?” Teriakku.

Jika aku harus tetap diam, sungguh aku tidak mampu. Aku sudah berada di ambang batas sabar dan menerimaku, tidak pernah terbayangkan sama sekali jika dipernikahan yang masih seumur jagung ini aku sudah hancur berkeping-keping.

Isi kepalaku terus berisik sampai aku melihat foto pernikahanku dengan Mas putra yang terpasang di tembok kamar kita.

“Bukankah kita sudah mencapai impian yang kita rangkai sejak lama, tapi kenapa ini malah menjadi awal kerusakan hubungan kita mas.!” Tidak terasa air mataku kembali mengalir mengingat banyak hal yang sudah terlewati.

Aku mengingat bahwa aku memiliki Dimas dan Dika, aku bisa menemukan bahagiaku karena keluarga Mas putra. Disaat hidupku sedang berada di lorong yang gelap, Mas putra menjadi cahaya penolong. Aku bisa merasakan hangatnya bercerita di meja makan, aku juga merasakan bahagianya menjadi kakak perempuan yang di tunggu oleh adiknya. Mengingat banyak hal berharga yang aku miliki saat ini, aku merasa harus mempertahankan apapun yang sudah lama menjadi milikku. Aku harus menjemput suamiku pulang ke rumah kembali.

Sudah lama aku menjadi pecahan kaca yang tajam namun dengan tekad baruku aku mulai merangkai kembali kepingan kaca ini menjadi sesuatu yang cantik dan elok, kini aku adalah seorang kinstugi yang akan mempertahankan miliknya yang berharga.

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status