Share

BULAN PERTAMA

***

“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur.

“Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan.

“Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.

Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen.

“Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya.

“Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra.

“Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku.

“Maaf ya mas gabisa antar, tapi kalo sore ini mas pulang cepet nanti mas nyusul” Mas putra memang sangat sibuk sekali, hal ini membuat kita jarang sekali keluar bersama.

“Iya mas, aku kerumah ibu nanti di temenin dimas, dia mau pulang juga ambil barang katanya tapi nanti aku usahain ga sampe sore. Biar kalo mas pulang aku sudah di rumah” jelasku.

Mas putra memiliki 2 adik laki-laki yang masih sekolah dan kuliah. Namanya Dimas Sanjaya dan Tri Andika Sanjaya, Dulu ketika aku pertama kali di ajak kerumah Mas putra adik-adiknya masih kecil, tapi mereka sangat dekat denganku. Aku sangat menyayangi mereka karena aku sendiri adalah anak tunggal.

“Take care ya mas, kabarin aku terus” Ucapku sambil mencium tangannya karena Mas putra akan pergi bekerja.

“Iya sayang, kamu juga hati-hati kalo kerumah ibu” Lalu Mas putra mencium keningku.

Tidak lama setelah Mas putra pergi aku juga pergi ke kampus untuk mengajar. Hari ini jadwalku begitu padat jadi aku bisa pulang lebih cepat dan pergi kerumah ibu yang cukup jauh dari pusat kota.

“De, kaka udah didepan kost” Ucapku ketika Dimas menjawab panggilan telponku.

“Iya ka, tunggu dede sebentar lagi keluar” Dimas memang sedikit manja, mungkin karena sejak kecil dia sudah dekat denganku.

“Ka, titipan dika udah kaka beli? tanya Dimas yang baru masuk mobil.

“Udah de, sebelum kaka kesini” jawabku.

Akhirnya sekitar jam 5 sore aku sudah kembali ke rumah, namun Mas putra terlihat belum sampai rumah. aku segera membersihkan diri dan menyiapkan makan malam untuk mas putra. Tapi setelah aku lihat jam sudah menunjukan hampir jam 9 malam aku mulai khawatir karena Mas putra tidak juga sampai rumah. Lalu aku teringat bahwa aku bisa cek lokasi Mas putra mengunakan handphoneku, tapi setelah dicek aku sedikit bingung, lokasi Mas putra sedang berada di salah satu coffeshop di solo.

aku terus menunggu di meja makan sampai jam menunjukan pukul 00.30. dan akhirnya Mas putra pulang, terdengar dari suara gerbang yang terbuka. Setelah dia masuk dan menemukanku yang duduk di meja makan dengan makanan yang sudah dingin, dia terlihat kaget.

“Sayang, kok kamu belum tidur?” Tanya Mas putra dengan raut wajah yang sedikit gugup.

“Iya mas, aku khawatir. jadi aku tungguin” jawabku datar.

“O-oh iya sayang” Jawab Mas putra gugup dan tidak memberikan alasan kenapa dia pulang tengah malam.

“Mandi mas, aku hangatin lagi makanannya. atau kamu sudah mengantuk?” Tanyaku tanpa bertanya kenapa dia pulang larut malam.

“Boleh tidak kalo abis mandi mas langsung tidur, Mas capek sayang?” pinta Mas putra karena capek mungkin, tapi entah capek dari mana.

“Oh, iya tidak papa mas” Jawabku datar.

***

Pagi hari ini aku tidak ada jadwal di kampus, jadi aku berniat menghabiskan hari liburku di rumah untuk beristirahat. Aku menyiapkan sarapan dan mengantar Mas putra berangkat kerja sampai teras, setelah berpamitan aku kembali masuk dan membersihkan piring bekas sarapan. Aku berpikir untuk mencuci baju hari ini, entah kenapa tiba-tiba aku ingin sekali mencuci padahal biasanya aku selalu menggunakan jasa laundry. Aku mulai mengambil baju-baju kotor di kamar dan saat aku sedang memisahkan baju berwarna dan baju putih aku mencium wangi parfume yang tidak pernah aku kenal sebelumnya. Aku mencari di baju mana wangi itu berasal dan setelah aku menciumi satu persatu baju, ternyata parfume itu berasal dari baju yang semalam Mas putra pakai. Jantungku berdebar kencang dan datang seribu pertanyaan di kepalaku, Parfume milik siapa ini?

Segera aku berlari ke kamar dan mulai menciumi satu persatu parfume yang aku miliki, tapi dari banyaknya parfume yang aku miliki tidak ada sama sekali wangi yang seperti di baju Mas putra ini. Badanku lemas karena menduga-menduga terlebih lagi semalam Mas putra berada di kota solo dan tidak memberitahuku.

Aku merasa ada sesuatu yang tidak benar disini, aku terus meyakinkan diri untuk bisa menerima apapun fakta yang akan terjadi di masa depan jika memutuskan untuk tidak pura-pura buta dan tuli hari ini. Setelah yakin dengan jalan yang aku pilih aku segera bangkit dan kembali menyelesaikan tugas rumahku yang belum selesai, hanya saja aku tidak mencuci baju Mas putra ini.

Setelah semuanya selesai, aku langsung pergi ke toko parfume dan bertanya ke salah satu karyawan toko.

“Mbak, saya ingin membeli parfume tapi tidak tahu apa namanya” Tanyaku

“Aduh kami juga bingung kalo kakak tidak tahu namanya” Jawab karyawan toko parfume.

“iya mbak, T-tapi saya membawa baju yang wanginya masih tertinggal mbak. Apa mbak berkenan membantu?“ Tanyaku sedikit malu.

“Boleh kak” Jawab karyawan parfume

“ini mbak bajunya” Aku memberikan baju Mas putra kepada Karyawan Parfume.

“Oh, ini saya tahu kak. ini bau parfume victoria secret yang varian velvet petals” Jawab karyawan parfume.

“Sayangnya disini sedang kosong kak stocknya, tapi saya yakin ini pasti velvet petals” Sambungnya.

“Oh baik mbak, terima kasih ya sebelumnya. sayang sekali kalau sedang kosong stocknya” Jawabku.

Lalu aku segera bergegas pergi mencari toko parfume lain di dalam mall tersebut dan mencari parfume victoria secret varian velvet petals. setelah menemukannya aku sedikit berdebar kencang ternyata benar wanginya sama persis. aku mengingat kembali apakah aku punya, apakah aku melupakan parfumeku varian ini? Tapi semakin aku mengingat semakin aku yakin bahwa aku tidak memilikinya.

***

Aku kembali pulang ke rumah dan melihat mobil Mas putra sudah terparkir di garasi. Sebelum turun dari mobil aku menguatkan hatiku untuk bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Ketika aku membuka pintu dan mulai memasuki rumah tapi aku tidak menemukan kehadiran dari Mas putra. Sesaat setelah kusadari ternyata memang itu yang aku inginkan, aku belum siap bertatap muka dengan Mas putra. aku ingin menyembunyikan luka akibat rasa penasaranku ini sendirian terlepas itu fakta atau hanya dugaanku saja.

Setelah sekian lama aku duduk di temani dengan laptop dan coffe tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 20.20, aku bertanya kembali pada diri sendiri kemana kah suamiku pergi, kenapa setelah pernikahan ini terjadi aku semakin tidak mengenalnya?

Aku larut dengan seribu pertanyaan dalam diriku sampai aku mendengar suara pintu yang mulai terbuka, aku bisa menebak siapa disana.

“Sayang, mas pulang” Teriak suamiku.

“Iya mas” Jawabku setengah berteriak.

“Mas bawain kamu roti kukus coklat keju yang dideket kostmu dulu, kamu masih suka kan?” Mas putra memberikan plastik berisi roti kukus.

“Oh iya mas, Terima kasih” jawabku datar.

Aku membawa plastik dan seribu pertanyaan ke meja makan. “Roti kukus dekat kost lamaku katanya?” Dari sore dia habis kemana sampai berada di daerah sana?.

***

Dinginnya ac kamar pagi ini rasanya menusuk sampai tulang. aku terbangun dan ingin melihat jam, karena handphoneku jauh jadi aku ingin melihat jam di handphone Mas putra. Tapi bukannya jam yang aku lihat malah notification chat terbaru dari seseorang yang namanya sangat asing bagiku, siapa ya ini?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status