Share

Lima Tahun Sebelum Tragedi Pernikahanku
Lima Tahun Sebelum Tragedi Pernikahanku
Penulis: Aira Tsuraya

Malam Pertama Jahanam

“Sakittt ... ,”rintih Kinan tertahan. Netranya sudah berurai air mata sementara tangannya sibuk meremas setiap sudut sprei seakan menahan sakit yang tak terkira. Entah mimpi apa dia semalam hingga harus mengalami nasib seburuk ini.

Malam pertamanya seharusnya dinikmati dengan suami tercinta. Namun, Fajar suami yang baru menikahinya kemarin malah menyerahkan Kinan ke seorang lelaki hidung belang hanya demi segepok uang.

“Kamu harus melayani Tuan Saka dengan baik, Sayang. Dia sudah memberiku banyak uang bahkan untuk biaya pernikahan kita yang mewah itu, dia yang membiayainya. Jadi layani dia dan puaskan malam ini.” Masih terngiang kata-kata Fajar di telinga Kinan tadi siang.

Kinan pikir Fajar akan mengajaknya bulan madu ke puncak dan menginap di villa mewah namun, nyatanya Fajar membawa dirinya ke rumah tuan tanah kaya raya yang bernama Saka dan di kamar inilah dia berakhir.

“Hiks ... hiks ... sakittt, Tuan. Tolong hentikan,” cicit Kinan kembali. Ia sudah tidak kuasa menahan gempuran pria bertubuh tinggi besar itu. Dada bidang, perut sixpack, dengan beberapa benjolan di bahu dan punggungnya sungguh memperlihatkan keperkasaan seorang pria. Bisa dibayangkan betapa besar tenaga yang dimiliki.

Pria bernama Saka Bramana hanya menyeringai mendengar rintihan gadis mungil yang terkungkung di bawahnya. Tentu saja dia tidak akan serta merta melepas mainan miliknya yang masih gres ini. Apalagi berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkan dia. Rasanya ini sebanding dengan apa yang dinikmatinya malam ini.

“Sakit katamu? Ini nikmat, Sayang. Gak kusangka kamu senikmat ini,” ucap Saka dengan tatapan liarnya.

Kinan terus menangis sementara Saka semakin antusias meneruskan hajadnya. Dia terus melakukan berbagai macam manuver membuat Kinan terus teriak kesakitan meskipun pada akhirnya terdiam dan mengeluarkan desahan tak teratur. Saka tersenyum saat gadis manis itu mulai menghentikan isakannya dan mengganti dengan desahan menggoda.

“That’s right. Lakukan dengan benar, Sayang. Aku suka desahanmu.” Saka mempercepat gerakannya, menggoyangkan pinggulnya naik turun dengan ritme sedikit cepat hingga akhirnya dia mengejan dan mengerang dengan desahan yang panjang lalu kemudian tumbang di atas Kinan.

Beribu kecupan menyerbu bibir dan dada gadis malang itu. Kinan hanya diam, pasrah dengan semua yang dilakukan pria yang baru dikenalnya ini. Dia sudah tidak berdaya dan sangat kepayahan. Sepanjang malam hingga menjelang subuh, tubuhnya bagai luluh lantak menahan gempuran. Susah payah dia melawan pada akhirnya juga menyerah.

“I like you, Kinan,” desis Saka lirih sambil memejamkan mata dan tidur bersisian dengan Kinan. Kinan hanya diam lalu bergegas menyingkur dari Saka.

Tangisan kembali terdengar keluar lirih dari mulut mungilnya. Andai saja ayah dan ibunya masih ada, pasti dia tidak akan bernasib sesial ini. Sungguh pertemuannya dengan Fajar sangat disesalinya kali ini. Ia menyesal jatuh cinta dan menambatkan hatinya kepada pria bejad itu. Pria yang dengan sengaja menjualnya ke pria gila ini.

Fajar yang dikiranya baik mau mengentasnya dari keterpurukan dan kesengsaraan akibat hidup sendiri tanpa orangtua dan kerabat kini malah menjerumuskannya ke lubang kehinaan. Kinan perlahan mengurai pelukan Saka dan menggeser tubuhnya menjauh dari pelukan pria kekar itu. Andai dipertemukan dalam situasi yang berbeda mungkin Kinan akan mempertimbangkan Saka. Dilihat dari segi manapun pria itu sangat tampan, matanya yang kelam dengan dagu terbelah membuat siapa saja yang melihat pasti tergoda. Namun, apa yang dilakukannya terhadap Kinan malam ini benar-benar membuatnya sakit hati.

“Aku harus pergi!” gumam Kinan dalam hati. Gadis manis itu perlahan bangkit dari kasur sambil mengerjapkan matanya berulang seakan menahan sakit di bagian bawah tubuhnya.

Dengan tertatih Kinan memungut bajunya yang berserakan di lantai, ia terdiam sesaat ketika melihat bajunya hanya tinggal seonggok kain. Ulah beringas Saka yang melakukannya dan membuat seperti itu.

Kinan tidak kehabisan akal, dia berjalan menuju walking closet lalu mengambil beberapa baju Saka yang tergantung di sana. Kinan bergegas memakai dengan cepat, lalu dengan berjingkat ia keluar kamar.

Hari masih sangat pagi bahkan adzan subuh belum berkumandang, pasti penghuni rumah tak dikenalnya ini masih banyak yang terlelap. Kinan menghentikan langkahnya begitu keluar kamar.

“Aku harus jalan ke mana? Aku tidak tahu arah, kemarin Fajar menutup mataku dengan kain hitam saat dibawa ke sini,” gumam Kinan. Dia tampak ragu harus berjalan ke kanan atau ke kiri. Namun, seperti mendapat insting tiba-tiba Kinan melangkah ke kanan.

Kinan terus melangkah sambil mengendap-endap, dia sangat asing dengan rumah besar ini. Dia bahkan tidak tahu bagaimana rupa utuhnya saat di pagi hari. Kemarin dia datang dalam keadaan mata tertutup yang dia tahu di rumah ini ada beberapa penjaga. Kinan tahu karena Fajar sempat berbicara dengan beberapa di antara mereka.

“Hei! Siapa itu?” seru salah satu penjaga. Baru saja Kinan memikirkan tentang keberadaan penjaga di rumah ini. Kini dia malah sudah bertemu dengan salah satu dari mereka. Kinan tidak mau tertangkap, dia harus pergi dari sini. Tanpa menjawab Kinan langsung berlari menjauh.

“Hei! Tunggu!!” Suara keras penjaga itu ternyata mengusik beberapa orang yang lain. Tak hayal sudah ada beberapa orang yang mengejar Kinan.

Kinan bingung, dia terus berlarian di dalam rumah itu tanpa tahu arah. Menuruni tangga, menyusuri lorong rumah, keluar masuk ruangan tak berpintu lalu berhenti di sebuah kamar sempit di bawah tangga. Kinan terdiam sambil mengatur napasnya yang tersenggal. Ia berharap para penjaga itu tidak bisa menemukannya. Tubuhnya yang mungil dan tidak tinggi membuatnya mudah sembunyi di mana saja.

“Sudah ketemu?” seru seorang penjaga. Kinan mendengar suaranya sangat dekat, dia berpikir kalau posisi penjaga itu tak jauh dari tempatnya sembunyi.

“Belum. Kita harus mencarinya sebelum Tuan Saka tahu,” sahut yang lain. Kemudian tak lama sudah terdengar langkah-langkah yang menjauh. Kinan menghela napas lega sambil berulang mengurut dadanya.

“Apa yang harus kulakukan kini? Bagaimana cara pergi dari sini? Ya Tuhan, tolong aku!” gumam Kinan dalam hati. Gadis mungil itu sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat saat mengucap doa tersebut, belum lagi kaki dan tangannya. Semuanya tampak lusuh dan penuh luka juga gemeteran.

Setelah kondisi sedikit aman, Kinan keluar dari tempat persembunyiannya. Mentari sudah muncul dan membuat suasana di sekitar terang benderang. Kinan tersenyum saat melihat rumah indah itu, semua bagai istana namun sayangnya bukan ini yang diinginkannya.

“Aku harus keluar secepatnya!” Kinan berjalan berjingkat di antara semak dan tanaman di taman rumah itu. Hanya ini jalan satu-satunya menuju pintu keluar. Kinan melihat tadi beberapa penjaga berlalu lalang keluar masuk pintu gerbang sibuk mencari keberadaan dirinya. Ternyata kepergiannya sudah membuat sibuk semua orang kini. Kinan menyeringai kesenangan karena sudah mengusik ketenangan semua orang.

Gadis bertubuh mungil itu terus berjalan menyelinap hingga akhirnya tiba di dekat pintu gerbang. Ia melihat ada dua penjaga di sana. Satunya berdiri dekat pintu gerbang, satunya lagi berada di dalam pos jaga sibuk mengamati CCTV. Beruntungnya Kinan bersembunyi di semak-semak sehingga terhindar dari pantauan CCTV tersebut.

“Aku harus mengalihkan perhatian mereka,” gumam Kinan. Tiba-tiba Kinan mempunyai ide, ia melihat sebuah batu kemudian mengambil lalu melemparnya ke arah sedikit jauh dari tempatnya bersembunyi. Sontak dua penjaga itu menoleh dan bergegas berlarian menuju ke arah sana.

Kinan tergesa keluar dari tempat persembunyiannya, berlari menuju pos jaga lalu membuka pintu gerbang. Tepat saat Kinan berhasil keluar, dua penjaga itu menoleh dan langsung berteriak.

“Hei!! Dia di sana! Dia keluar! Cepat lapor Bos!” ucap salah satu penjaga. Kinan sayup-sayup mendengar suara mereka namun, dia tidak peduli. Dia terus berlari meski tidak tahu arah.

Kinan menghentikan langkahnya, napasnya memburu, tersenggal tak beraturan lalu berhenti sembari mengolahnya. Dilirik kakinya yang bertelanjang tanpa alas dan kini sudah terluka parah, lecet dan mengeluarkan darah.

“Perih,” desis Kinan lirih sambil menggigit bibirnya menahan sakit.

Tiba-tiba Kinan mendengar suara mobil mendekat, dia panik dan kembali berlari. Namun, laju mobil lebih cepat daripada larinya. Salah satu mobil sudah mencegat langkahnya. Kinan berhenti dengan napas yang terengah dia melihat Saka turun dari mobil. Pria tampan bermata kelam itu sedang menatapnya dengan marah kini.

“MASUK!!” serunya penuh amarah. Kinan menolak, ia menggeleng keras.

“Gak!! Aku gak mau. Aku gak mau. Lepaskan aku!” teriak Kinan karena sudah ada dua penjaga yang mencekalnya. Saka diam memperhatikannya lalu berjalan mendekat menghampiri.

“Kamu mau apa, Kinan?” tanya Saka kemudian. Kinan diam menghela napas panjang sambil mendongakkan kepala menatap pria tampan itu. Apa mungkin kalau dia berkata jujur Saka akan melepaskannya.

“Aku mau pulang,” lirih Kinan menjawab. Sontak Saka tertawa mendengar jawaban Kinan. Tepat dugaannya, pria jahat itu tidak akan melepaskannya.

“Pulang? Pulang kemana? Rumahmu adalah istanaku sekarang dan tempat tidurmu adalah ranjangku, Kinan. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Fajar sudah menjualmu dan aku tuanmu sekarang.”

Kinan diam, ia tahu pada akhirnya Saka akan berkata demikian. Tapi, Kinan tidak mau itu terjadi. Dia ingin pulang dan kembali mengulang harinya saat belum bertemu Fajar maupun Saka. Andai saja Tuhan memberinya satu kesempatan untuk bisa mengulang semuanya.

“Sekarang, ikut aku! Kita pulang ke rumahku dan akan kujadikan kamu ratuku,” ucap Saka sambil mengulurkan tangannya. Kinan bergeming, tidak menerima tawaran Saka malah sibuk memperhatikan peluang untuk melarikan diri.

Kemudian tiba-tiba Kinan melihat kesempatan itu, dia bergegas berlari menghindar cekalan para penjaga Saka dan berlari hingga ke pinggir jalan. Dua penjaga Saka mengejar begitu juga Saka. Pria tampan itu seakan tidak mau kehilangan Kinan.

“Tangkap dia! Jangan sampai lepas!” pinta Saka berseru. Kinan terus lari namun, tiba-tiba berhenti saat melihat di belakangnya jurang.

Saka berjalan menghampiri sambil tersenyum menyeringai. “Jadi, mau ke mana kamu sekarang? Ayo, ikut aku!” Saka mengulurkan tangannya berjalan mendekat.

“JANGAN MENDEKAT! Kalau tidak aku akan loncat!” ancam Kinan. Sontak ancaman Kinan membuat Saka berhenti melangkah. Ia terdiam sambil menatap gadis itu dengan sendu.

“Bagus, sekarang pergilah dan tinggalkan aku sendiri!” pinta Kinan. Saka terdiam kemudian menggelengkan kepalanya.

“Tidak, aku tidak bisa melakukannya, Kinan.” Kinan melotot kesal dengan jawaban Saka. Saking kesalnya dia sampai tidak memperhatikan langkahnya hingga terpeleset. Sontak Saka berlari mendekat sambil mengulurkan tangan meraih tangan Kinan yang tampak berpegang pada dahan.

“Raih tanganku, Kinan!” pinta Saka. Kinan diam, matanya menatap Saka penuh ketakutan dan kebencian namun, jurang yang terjal juga menantinya di bawah.

Perlahan Kinan meraih tangan Saka dan Saka langsung tersenyum saat dia berhasil memegang gadis itu. Saka bersiap menarik tubuh Kinan ke atas saat seseorang tiba-tiba mendorong tubuhnya membuat ia dan Kinan sontak terjatuh ke jurang.

“TIDAKKK!!!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sofieana Rizqy
Ceritanya seru bab pertama aj dh menarik d bikin tegang
goodnovel comment avatar
Ratnammkkajxk Sari
wadaww... baru baca bab pertama udah setegang ini. Jadi penasaran siapa yang dorong mereka berdua hingga jatuh ke jurang. Bikin candu pengen baca terus nih. Lanjut Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status