“Saka! Syukurlah akhirnya kamu datang juga,” seru Septa dengan gembira. Wanita cantik itu langsung berdiri menyambut kedatangan pria tampan tersebut.
“Ini Saka Bramana, putra kami. Saka, itu Kinan! Kamu kenalan dulu,” lanjut Septa kemudian.
Pria bernama Saka Bramana itu tersenyum, mata kelamnya, rambut hitam legamnya dan dagu belah tengahnya sama persis dengan yang Kinan kenal di malam itu. Kinan diam, tertegun di tempatnya dan tidak berkata satu patah pun. Dia masih bingung saat tiba-tiba kembali ke lima tahun masa lalunya dan kini harus bertemu dengan orang yang merusaknya di masa depan.
“Kinan!” seru Hana mengagetkan.
Kinan tergagap dan menoleh spontan ke arah Hana.“Iya, Bu.” Hana tidak menjawab hanya dagunya menunjuk ke arah tangan Saka yang terulur sementara Kinan belum menyambutnya sama sekali.
Kinan terdiam mengalihkan pandangannya menatap ke arah pria tampan di depannya ini. Ada banyak kebencian yang terpendam dan siap dimuntahkan Kinan saat ini. Ulah kasar Saka, caranya memperlakukan dan merenggut dengan paksa mahkota terindahnya masih sangat membekas di ingatan Kinan.
“Hai! Kamu tidak mau menyambut tanganku?” seru Saka dengan senyum manisnya. Kinan terkesiap dengan ucapan Saka kemudian berulang mengerjapkan mata.
Sebuah helaan napas panjang keluar sangat kasar dari mulut mungil Kinan. Pelan dia mengulurkan tangan menyambut tangan panjang Saka kemudian meremas tangan Saka dengan sangat keras.
“KINAN!” ucap Kinan lantang. Saka sampai meringis saat Kinan meremas tangannya tadi. Dia pikir gadis berwajah manis nan lembut ini akan bersikap santun seperti saat bersalaman dengan kedua orangtuanya. Namun, dia salah.
Saka buru-buru menarik tangannya sambil sedikit mengibaskan karena kesakitan. Kinan tersenyum menyeringai saat melihat pria tampan di depannya ini terganggu dengan ulahnya. Hana dan Bayu yang memperhatikan ulah Kinan hanya menatap putri semata wayangnya itu dengan pandangan tak suka. Sementara Tuan Arya dan Nyonya Septa hanya mengulum senyum geli melihat reaksi putranya.
“Nah, karena kalian sudah saling kenal. Kita langsung mulai saja makan malamnya,” ucap Bayu mengalihkan pembicaraan.
Hana segera menganggukkan kepala kemudian tampak sibuk menyodorkan beberapa hidangan yang tampak lezat di atas meja ke arah Septa dan Arya. Hal yang sama juga diminta Hana kepada Kinan agar menawarkan makanan ke arah Saka. Kinan mengangguk dan tersenyum, ia berusaha sebisa mungkin menurut apa kata ibunya saat ini.
“Kamu suka makan apa?” tanya Kinan ke Saka. Saka tersenyum sambil menatap Kinan dengan lembut. “Aku suka semua jenis makanan apalagi kalau yang menghidangkan gadis secantik kamu.”
Semua yang hadir di ruang makan itu langsung mengulum senyum mendengar ucapan Saka. Sementara Kinan hanya terdiam sambil melengos kesal. Kebenciannya sudah di ujung tanduk seperti gunung yang siap meletus kapan saja.
“Hmm ... baguslah kalau begitu. Biar aku ambilkan makan untukmu, ya?” tawar Kinan kemudian. Pria tampan berdagu belah itu mengangguk sambil tersenyum.
Kinan langsung mengambil piring Saka dan mengambilkan nasi serta beberapa lauk untuknya. Hana yang melihat Kinan tampak tersenyum kesenangan. Wanita paruh baya itu menghela napas lega saat putri kesayangannya tidak berontak seperti tempo hari.
Kinan sudah menambahkan nasi, sayur, lauk dan juga sambal. Sayangnya kali ini Kinan menambahkan banyak sambal di atas piring Saka. Pria tampan berdagu belah itu hanya tertegun saat melihat piring makannya sudah berwarna sangat merah.
“Kinan, apa gak kebanyakan ngasih sambalnya?” seru Hana memperingatkan.
“Eng ... gak papa, Tante. Saya suka pedas, kok,” jawab Saka dengan sopannya. Hana hanya manggut-manggut sambil menatap Kinan dengan gemas sementara Septa terus mengulum senyum melihat putra sulungnya itu.
“Nih! Silakan dimakan!” Kinan sudah menyodorkan piring makan untuk Saka. Saka segera menerimanya dan bersiap makan.
Sesaat sebelum makan, Septa berbisik lirih di telinga Saka. “Yakin kamu akan memakannya, Sayang?” Saka tidak menjawab namun, anggukkan kepalanya sudah memberitahu kalau dia akan menghabiskan semuanya.
Kinan hanya diam memperhatikan saat pria tampan di depannya ini sudah memulai makan. Ia bisa memastikan betapa pedas rasa makanannya sekarang. Baru beberapa suap, Saka sudah terbatuk-batuk, wajahnya memerah dan matanya sudah keluar air. Hana tampak khawatir, ibunda Kinan itu berulang menanyakan dan meminta Saka menghentikan makannya.
“Maafkan Kinan, Saka. Dia tidak bermaksud jahat hanya saja mungkin itu caranya untuk mengenalmu,” urai Hana kemudian.
Saka tersenyum mengusap bibirnya dengan tisu sambil menatap Kinan dengan sendu. “Iya, Tante. Saya tahu. Pasti dia sudah gak sabar untuk mengenal saya lebih dekat.”
Sontak Kinan terbelalak kaget melihat ke arah pria sombong di depannya ini. Hana tersenyum begitu juga semua yang hadir di ruangan itu.
“Baiklah, kalau begitu lebih baik kita beritahu saja sekarang biar Kinan tidak semakin penasaran dengan Saka,” sahut Bayu yang semakin membuat Kinan kebingungan.
Kinan diam dan kini tampak memperhatikan ayahnya yang bicara sedari tadi.
“Kinan, ayah dan ibu sudah pernah bilang akan mengenalkanmu kepada seorang pria, ‘kan?” lanjut Bayu memulai pembicaraan kembali. Kinan hanya diam, jujur saja perjalanan melintasi waktu membuatnya lupa dengan apa yang sudah terjadi dan dia alami di kehidupan sebelumnya.
“Ayah dan ibu sudah sepakat akan menjodohkanmu dengan Saka. Malam ini adalah malam pertunangan kalian.” Kinan langsung terkejut, dia spontan berdiri dan terdiam menatap Saka.
“APA??? Aku bertunangan dengan dia?” ucap Kinan kini sambil menunjuk pria tampan di depannya itu.
Hana dan Bayu langsung mengangguk. Arya dan Septa juga tersenyum sambil menganggukkan kepala.
“Iya, benar, Kinan. Kami sudah lama merencanakan hal ini dan baru malam ini Saka bisa hadir di sini,” urai Arya menambahkan.
Kinan diam, dia menundukkan kepala sambil sibuk mengolah udara di dadanya. Mengapa semua peristiwa yang dia alami seakan bagai sengatan listrik saja. Kembalinya dia ke lima tahun yang lalu tentu ada sebabnya namun, mengapa kini malah harus bertemu dengan pria yang menghancurkannya di masa depan. Parahnya lagi, ayah dan ibunya malah menjodohkan Kinan dengan pria itu.
“Ayah ... ibu ... Kinan rasa ... Kinan akan memikirkannya dulu. Kinan permisi.” Kinan bergegas pergi meninggalkan ruang makan itu.
Kepalanya pusing berdenyut-denyut mengapa semua peristiwa tiba-tiba datang dan membuatnya sulit mengingat. Kinan terus berjalan menuju taman belakang, dadanya terasa sesak seolah asupan oksigen tiba-tiba berkurang drastis di tubuhnya.
Kinan menghentikan langkahnya kemudian duduk diam di dekat kolam ikan taman belakang rumahnya. Gadis itu terdiam sambil memandang lincahnya ikan koi yang berenang ke sana ke mari.
“Aghrr ... apa yang terjadi? Aku rasa aku tidak pernah mengalami kejadian ini sebelumnya? Apa karena aku kembali dan mengulang waktu sehingga semuanya berubah dengan otomatis?” gumam Kinan.
Gadis manis berambut sebahu itu terus diam sambil berulang menghela napas panjang. Berulang ia membuang udara dengan kasar sambil sesekali memainkan kakinya di dalam kolam.
“Boleh aku temani?” Tiba-tiba sebuah suara menyembul di samping Kinan. Kinan menoleh dan melihat Saka, pria tampan itu sudah berdiri di sana.
Kinan tidak menjawab, ia malah melengos sambil mendengus kesal. Mengapa juga pria brengsek ini malah mengekor dirinya. Saka sudah duduk di sampingnya, bahkan kaki Saka juga ikut dimasukkan ke dalam kolam sama seperti Kinan.
“Kenapa kamu menolakku? Kamu tidak suka kepadaku?” tanya Saka. Pria tampan itu bertanya tanpa melihat ke arah Kinan. Kinan hanya diam dan menoleh dengan cepat ke arah Saka.
Saka tahu reaksi Kinan, dia ikut melihat gadis manis itu sekarang membuat kedua pasang netra mereka beradu. Tiba-tiba ingatan Kinan di malam itu kembali terlintas. Saka yang bringas menyerangnya lalu menuntaskan hasratnya tanpa izin lebih dulu ke Kinan. Kinan bahkan masih ingat betapa sakit dan hancur hidupnya di malam itu hanya gara-gara ulah Saka.
Kinan menghela napas dan buru-buru memutus pertemuan dua pasang netra mereka. “Ya. Aku tidak suka kamu,” jawab Kinan akhirnya. Tentu saja dia tidak mungkin mengatakan alasan sebenarnya. Keberadaannya di malam ini kembali saja masih membuat Kinan bingung apalagi harus menjelaskan kalau Saka sudah melecehkannya di kehidupan sebelumnya.
“Kalau begitu kita mulai dari awal saja. Orangtua kita tidak menuntut kita langsung menikah. Jadi kamu bisa mulai mengenalku lebih dekat,” sahut Saka.
Seketika Kinan menggelengkan kepala dengan cepat. “Maaf, aku tidak mau. Aku tidak mau mengenalmu lebih dekat. Aku yakin kamu penuh topeng dan muslihat. Wajahmu saja yang ganteng, tapi aku yakin kamu sangat jahat.”
Saka sontak tertawa mendengar jawaban Kinan. Mengapa juga Kinan merasa kalau tawanya sangat enak didengar telinganya berbanding terbalik dengan seringai menyebalkan Saka di malam jahanam itu.
“Apa kamu punya sixsense sehingga bisa menilai orang hanya dari melihat tampangnya saja?” Kinan diam lalu menundukkan kepala mencoba mengalihkan pandangannya dari Saka.
Pria di sebelahnya ini memang tampan, suaranya juga enak didengar apalagi aroma parfum yang menguar dari tubuhnya benar-benar menonjolkan sisi maskulin seorang pria. Tapi, tetap saja semua yang ada di tubuh Saka kembali mengingatkan Kinan kejadian di malam itu. Kejadian yang menyebabkan dia terjatuh ke jurang dan mengulang kembali kehidupannya.
“Oke, baiklah kalau kamu masih marah. Tapi sejujurnya aku punya tujuan datang ke sini.” Kinan kembali mengangkat kepala dan melihat ke arah Saka lagi. Alisnya mengernyit saat pria tampan itu mulai bicara serius.
“Aku mencarimu ... aku mencarimu untuk minta maaf,” lanjut Saka. Kinan semakin bingung dan terus menatap Saka dengan intens. Rungunya semakin ditegakkan menanti kata-kata yang akan keluar dari bibir seksi pria di sampingnya ini.
Mata kelam Saka kembali menatap tajam ke mata bulat Kinan kemudian dengan sebuah senyuman, pria tampan itu bertutur.
“Aku minta maaf atas kejadian di malam itu.”
“Aghrr ... sebenarnya apa yang terjadi dengan hidupku?” lirih Kinan mendesah. Kinan semakin bingung usai berbincang dengan Saka di taman belakang tadi. Saka bilang kalau dia mencarinya untuk minta maaf karena kejadian di malam itu.Kejadian apa yang dimaksud Saka? Apa kejadian malam pertama di kehidupan Kinan yang berbeda? Namun, bagaimana Saka bisa tahu? Apa dia juga mengalami hal yang sama dengan Kinan? Atau ada kejadian berbeda lagi?“Sayangnya aku tidak sempat menanyakannya, ayah dan ibu keburu datang tadi,” keluh Kinan dengan resah.Lagi-lagi hembusan napas keluar masuk dari mulut Kinan. Hari sudah larut namun, mata Kinan sama sekali tak bisa terlelap. Dia masih penasaran dan kebingungan dengan kejadian yang menimpanya hari ini. Pelan, Kinan bangkit dari kasurnya lalu dengan mengendap dia keluar kamar.Suasana hening langsung menyapa Kinan begitu dia keluar kamar. Lampu-lampu di rumahnya memang selalu dimatikan jika malam hari
“Jalan Arif Rahman Hakim, Pak,” seru Kinan lantang ke sopir taxi online.Pagi sekali, Kinan sudah bangun dan tanpa diketahui ayah, ibu serta penghuni rumah yang lain dia menyelinap keluar. Kinan sudah memesan taxi online yang membawanya pergi ke sebuah alamat kantor. Memang ini adalah hasil pencariannya di internet dan Kinan terpaksa bermain gambling. Ia berharap ide konyolnya ini bisa mengubah semua alur hidupnya di masa depan termasuk kematian kedua orangtuanya.Mobil taxi online yang dia tumpangi perlahan memperlambat lajunya dan Kinan tampak celingukan sambil mencocokkan alamat yang dia cari.“Mana kantornya, Mbak?” tanya si Sopir taxi.Kinan masih diam dan matanya terus menelisik mencari kemudian tiba-tiba dia melihat lambang huruf SB di atas sebuah gedung tertinggi. Kinan menghela napas lega. Ia memang sedikit lupa dengan situasi gedung di jalan ini.“Itu, Pak. Yang ada logo huruf SB-nya!” seru Kinan. Pak S
“Nikah? Emang dia gadis yang mana lagi, Saka?” tanya salah satu pria yang duduk di depan Saka. Saka masih diam dan tertegun menatap Kinan yang terpaku di tempatnya.“Bukannya pacar kamu Airin, Saka. Lalu ini siapa lagi?” kata pria yang lain.Saka menghela napas panjang kemudian bangkit dari kursinya. Ia berjalan menghampiri Kinan dan menarik tubuhnya mendekat.“Dia Kinan, tunanganku dan aku akan menikah dengannya,” ucap Saka kemudian.“HAH!!” Sontak dua orang pria yang sedang duduk di depan Kinan terkejut mendengar ucapan Saka.“Aku rasa meeting pagi kita sudah selesai. Kalian bisa kembali ke ruangan kalian dan biarkan aku dengan Kinan membahas pernikahan kami. Benar begitu, Sayang?” lanjut Saka dengan tersenyum manis.Kinan hanya diam, menatap Saka tanpa ekspresi. Dua orang teman Saka itu langsung berdiri. Mereka terdiam sejenak mengamati Kinan dari atas hingga bawah kemudian menyu
“GILA!! Aku tidak mau,” tolak Kinan serta merta.Ia sudah memundurkan tubuhnya dan memalingkan wajah dari Saka sembari melipat tangannya. Saka menghela napas panjang sambil mengulum senyum kemenangan.“Ya sudah kalau gak mau. Tapi apa kamu mau bertanggungjawab dengan apa yang akan menimpa orangtuamu nantinya,” ucap Saka.Kinan terdiam, ia mengalihkan wajahnya lagi, menatap Saka dan kini Saka yang pura-pura tidak melihatnya. Pria berdagu belah itu tampak sibuk memainkan ponselnya. Mengapa juga Saka seakan tahu apa yang akan terjadi pada orangtua Kinan hari ini.“Kamu licik juga ternyata.” Saka mengangkat kepala dan menatap ke arah Kinan saat ia berkata seperti itu.“Licik?” Alis Saka sudah terangkat keduanya sementara matanya yang kelam menatap tajam Kinan seakan sedang menelanjanginya.“Kalau aku tidak membutuhkan pertolonganmu aku tidak akan mau menikah denganmu,” geram Kinan. Saka
“Suami?? Sejak kapan aku menikah denganmu?” sergah Saka tidak kalah terkejutnya. Dia sudah bangkit dan berdiri di samping Kinan.“Diam kamu, Saka! Kamu pikir hubungan kita dan apa yang kita lakukan selama ini tidak seperti layaknya sebuah pernikahan. Kita sudah melakukan banyak hal, Saka. Apa kamu tidak ingat?” seru gadis cantik itu.Kinan hanya diam, ia melirik Saka yang tampak kebingungan kemudian melihat gadis cantik ini dengan seksama. Sementara tangannya masih mengelus pipinya yang kesakitan karena tamparan tadi.“Apa yang terjadi? Apa Saka sudah menikah dan aku sudah merebutnya? Ya Tuhan, kenapa aku tidak menyelidikinya lebih dulu. Bagaimana ini?” sesal Kinan dalam hati.“Airin, DENGAR!! Hubungan kita hanya sekedar pacaran dan bukan suami istri. Kinan, aku harap kamu gak salah paham dengan ucapannya.” Saka mencoba menjelaskan hal itu kepada dua wanita di depannya ini.“Jadi nama pelakor in
“Tunggu dulu! Kenapa kamu tahu alamat rumahku tanpa bertanya?” sergah Kinan. Saat ini Saka memang sudah mengendarai mobilnya mengantar Kinan pulang dan sepertinya sudah mendekati rumah Kinan.“Kamu lupa kalau kemarin malam aku sudah pernah datang ke rumahmu. Jadi jelas saja aku hapal, Kinan,” jawab Saka.Kinan terdiam dan hanya menganggukkan kepala. Ada apa dengan dirinya hari ini? Mengapa semua tampak membingungkan dan membuat dia pusing. Kinan menghela napas panjang, kemudian melirik sekilas ke arah Saka.“Terima kasih, Saka,”cicit Kinan lirih.“Untuk apa?” Saka bertanya tanpa menoleh sedikit pun ke Kinan. Ganti Kinan yang malah menoleh ke arahnya.“Ya, untuk bantuanmu ini. Aku harap kita tidak terlambat.”Saka hanya menghela napas panjang dan menganggukkan kepala. Tak lama mobil Saka sudah masuk ke pelataran rumah Kinan. Tepat dugaan Kinan kalau dua orang deb kolektor itu sudah d
“Bukan. Maksudku ... kalau dia menikah denganku dia pasti akan selingkuh,” ralat Saka seketika. Tapi tetap saja jawaban Saka itu tidak membuat Kinan puas. Ia masih menatap tajam ke arah Saka dengan tatapan bertanya.“Oke, baiklah. Airin memang pernah selingkuh dengan temanku dan aku tidak mau itu terjadi lagi. Orang yang sudah penah selingkuh pasti akan melakukan perselingkuhannya lagi. Dia sudah merasa enjoy dengan hal itu,” jelas Saka kemudian.Kinan hanya menghela napas panjang sambil sibuk menganggukkan kepala. Kenapa juga tiba-tiba ingatannya kembali di kehidupannya yang berbeda. Saat dia berpacaran dengan Fajar dulu. Fajar tidak pernah berbuat salah apalagi selingkuh, dia selalu bersikap manis di depan Kinan. Namun, pada akhirnya dia juga yang menghancurkan hidup Kinan dengan berakhir menjadi budak napsu Saka.Kinan mengernyitkan matanya seraya terpejam tanpa sadar ia menggelengkan kepalanya berulang membuat Saka bingung melihatnya.
“Kinan, kamu seperti anak kecil saja. Ayah dan ibu hanya pergi sebentar, kok. Kamu tunggu di rumah, ya?” bujuk Hana. Kinan menggelengkan kepala, kini tangannya sudah menahan tangan ayah dan ibunya untuk tidak melanjutkan langkahnya. Hana dan Bayu makin bingung, mereka saling bertatapan kemudian melihat ke arah Kinan secara bersamaan. “Ada apa sebenarnya, Kinan? Apa Saka mengatakan sesuatu tadi?” tebak Bayu. Kinan menggelengkan kepala memberi jawaban atas pertanyaan ayahnya. “Tidak. Ini tidak ada hubungannya dengan Saka sama sekali. Ini hanya berhubungan dengan ayah dan ibu saja.” Hana dan Bayu tertegun dengan penuturan Kinan. Kinan terdiam kemudian tiba-tiba duduk bersimpuh di depan Hana dan Bayu seraya memohon. “Aku minta jangan pergi kemana-mana sore ini. Kalau ayah dan ibu ingin memberitahu kerabat soal lamaran Kinan, bukankah bisa melakukannya lewat telepon. Aku hanya minta Ayah dan Ibu di rumah saja sepanjang sore hingga malam. Aku mohon.” Hana dan Bayu tampak kebingungan us