Pernikahan Zidan dan Kia sudah berumur satu bulan. Sejak menikah, Zidan tetap saja sibuk dengan pekerjaannya di kantor sehingga ia belum sempat mengajak sang istri berbulan madu.
Namun, esok hari pria berparas tampan itu berniat mengajak sang istri untuk bulan madu. Zidan ingin berlibur ke tempat yang indah dan menikmati kebersamaan dengan Kia tanpa ada yang mengganggu.
"Tumben hari ini kamu pulang cepat. Apa pekerjaan di kantor sudah selesai?" tanya Kia sambil meraih tangan Zidan dan menciumnya.
Zidan yang baru keluar dari dalam mobil terlihat cukup lelah. Namun, begitu melihat Kia, lelahnya langsung hilang seketika.
"Aku ingin istirahat sebentar sebelum kita pergi bulan madu," jawab Zidan
Prang!!!Suara hantaman antara cangkir keramik dan lantai menimbulkan suara gaduh. Teh hangat beraroma chamomile yang harusnya dinikmati dengan tenang malah tercecer dan terbuang sia-sia karena ditolak mentah-mentah oleh seorang tuan muda yang dianggap gila."PERGI KALIAN SEMUA!!!" pekik Tuan muda yang berpenampilan lusuh itu. Rambutnya panjang dan acak-acakan. Sorot matanya tajam bagai bilah pedang yang siap mengambil nyawa lawannya. Ditambah suasana kamar yang begitu gelap, membuatnya semakin terlihat menyeramkan.Beberapa pelayan wanita berseragam tampak ketakutan. Salah satu dari mereka ada yang memunguti cangkir dan ada pula yang membersihkan air teh yang tumpah.Setelah melakukan tugasnya, para pelaya
Tuan Seto hanya bisa menarik napasnya saat mendengar jawaban dari gadis itu. Namun, kemiripan wajah gadis itu dengan mendiang calon menantunya bagai pinang dibelah dua.'Aku harus melakukan sesuatu untuk kesembuhan putraku', tekad Tuan Seto dalam hati."Siapa namamu tadi, Nak?" tanya Tuan Seto.Gadis itu tampak menelan saliva-nya sembari mengedarkan pandangan ke arah Tuan Seto dan Harry bergantian. Ia sedikit gemetar saat matanya bertatapan dengan Harry karena pria itu memandangnya tajam bak sedang mengintimidasi."Na-nama saya Vanilla Kiara atau biasa dipanggil Kia.""Perkenalkan saya Seto Mahendra, saya adalah Presiden Direktur Blue Moon Grup. Kamu pernah mendengar nama perusahaan itu, 'kan?" Tuan Seto memberikan kartu namanya kepada gadis yang bernama Kia itu.Kia mengambil kartu nama tersebut dan hanya mengangguk cepat. Rasa takut Kia kepada Harry terlihat jelas oleh Tuan Seto.
Hari itu pertama kalinya Kia diajak ke kediaman Tuan Seto Mahendra. Kediaman pengusaha kaya yang hartanya bahkan tidak akan habis sampai tujuh turunan. Gadis itu awalnya ragu, tetapi akhirnya ia menyetujui untuk membantu Tuan Seto.Mata gadis berambut cokelat itu dimanjakan oleh bangunan mewah klasik di kediaman utama keluarga itu. Baru saja sampai, ia sudah disambut oleh para pelayan yang berbaris di depan pintu masuk utama rumah tersebut.Ada beberapa pelayan yang menatap ke arah Kia sembari berbisik. Gadis itu mengerutkan kening karena tidak tahu apa yang para pelayan itu bicarakan tentangnya. Kia mencoba mengecek penampilannya dengan melihat apa yang ia kenakan dari atas ke bawah. Namun, ia merasa kalau penampilannya baik-baik saja.Pada akhirnya ia sadar, mungkin saja para pelayan itu memperhatikan wajahnya yang digadang-gadang sangat mirip dengan mantan calon nyonya muda di kediaman ini. Ia jadi makin penasaran, semirip
Kia akhirnya berhasil melewati pertemuan pertama dengan Zidan. Ia merasa sangat lega sekali saat bisa menghadapi pria yang menakutkan itu. Dalam hatinya, ia berharap bisa melewati hari-hari selanjutnya dengan lancar. Kia berjalan menuju halaman kediaman mewah keluarga Mahendra. Di sana ternyata sudah ada Harry yang menunggunya. Sosok pria yang ia takuti itu malah ditugaskan oleh Tuan Seto untuk mengantar jemput saat ia menjalankan tugas. Harry mengeryitkan dahinya saat melihat kedua sisi pipi Kia sudah dibalut dengan beberapa plester. Kira-kira ada sepuluh plester yang masing-masing ada lima di setiap sisi pipi gadis itu. "Pasti pekerjaan Zidan," tebak Harry tepat sasaran. Kia tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya. "Kamu harus bersabar. Zidan sangat mencintai Shakira, tapi sebenarnya wanita itu tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Zidan saja yang bodoh," ujar Harry sa
Byur!Seseorang melompat ke dalam kolam renang dan dengan cepat segera menarik Kia naik ke tepian kolam. Ternyata sosok yang menolong gadis itu adalah Harry, sedangkan Zidan hanya terlihat menonton kejadian itu."Sadarlah!" teriak Harry khawatir sambil menepuk-nepuk perlahan pipi Kia.Kia tak sadarkan diri dan sepertinya kehabisan napas. Harry menekan bagian dada Kia untuk mengeluarkan air yang terperangkap dalam tubuh gadis malang itu."Apa yang kamu lakukan?! Kenapa diam saja? Dia dalam bahaya!" teriak Harry. Matanya melotot ke arah Zidan dan sekejap mata pandangannya beralih kepada Kia kembali.'Malang sekali gadis ini, seharusnya dia tidak usah menerima tawaran Tuan Seto jika harus tersiksa," batin Harry. Ia merasa kasihan dengan Kia.Tiba-tiba Zidan menepuk pundak Harry dan sedikit menariknya untuk menjauh dari Kia. "Minggir!" perintahnya.Dengan cepat Harry me
'Tolong jangan mendekat dan jangan sentuh aku!' ucap Kia dalam hati. Ia menunduk dan tak berani menatap wajah Zidan."Kenapa kamu takut sekali?" tanya Zidan. Pria itu kini sudah berdiri di hadapan Kia.Kia hanya diam, ia tak mau menjawab atau menatap Zidan.Zidan mengesah kasar melihat reaksi Kia, ia lalu mengatakan, "Bantu gosok punggungku. Mungkin di sana sudah banyak daki yang menempel."Mendengar ucapan Zidan, Kia langsung mengangkat kepalanya. Namun, matanya terfokus pada dada bidang dan perut sixpack milik Zidan.'Dia sedang depresi dan setahun belakangan ini mengurung diri di kamar. Apa dia sempat membentuk tubuhnya menjadi sebagus itu?' ba
Suasana haru masih tercipta di antara Kia dan Zidan. Entah mengapa, gadis itu merasa nyaman berada dalam pelukan pria yang disebut depresi itu. Rasanya ia tidak ingin melepaskannya, tetapi rasa yang mengganjal karena kebohongan, membuatnya perlahan mengendurkan tangannya."Kamu mandilah, nanti aku akan memotong rambutmu," ucap Kia. Ia sedikit melangkah mundur dari tubuh Zidan."Kamu tidak mau menemani aku mandi?" tanya Zidan yang sontak membuat Kia menjadi tersipu malu."Tentu tidak boleh! Aku akan keluar." Kia langsung berlari kecil menuju pintu keluar.Zidan tersenyum samar melihat punggung Kia yang mulai menghilang dari balik pintu."Kenapa kamu lebih m
Zidan tengah bersiap untuk dirapikan rambutnya oleh Kia. Pria itu sudah duduk mantap di depan sebuah cermin besar yang berada di kolam spa tersebut. Kali ini lampu penerangan dipasang, suasana mencekam karena temaramnya pencahayaan pun sudah tidak terasa. Ruangan tersebut terlihat terang benderang.Kia yang sudah siap memegang gunting dan sisir tampak menghela napasnya, ia bahkan beberapa kali mengedipkan kelopak matanya agar bisa menghilangkan rasa grogi.'Apakah aku bisa melakukan ini? Sehari-hari aku hanya tahu memangkas tanaman, baru kali ini aku akan memangkas rambut seseorang,' batin Kia resah."Apa lagi yang kamu tunggu?" tanya Zidan yang sontak membuat Kia terkejut."Baiklah! Aku akan coba sekarang,