Share

Bab 5

Byur!

Seseorang melompat ke dalam kolam renang dan dengan cepat segera menarik Kia naik ke tepian kolam. Ternyata sosok yang menolong gadis itu adalah Harry, sedangkan Zidan hanya terlihat menonton kejadian itu.

"Sadarlah!" teriak Harry khawatir sambil menepuk-nepuk perlahan pipi Kia.

Kia tak sadarkan diri dan sepertinya kehabisan napas. Harry menekan bagian dada Kia untuk mengeluarkan air yang terperangkap dalam tubuh gadis malang itu.

"Apa yang kamu lakukan?! Kenapa diam saja? Dia dalam bahaya!" teriak Harry. Matanya melotot ke arah Zidan dan sekejap mata pandangannya beralih kepada Kia kembali.

'Malang sekali gadis ini, seharusnya dia tidak usah menerima tawaran Tuan Seto jika harus tersiksa," batin Harry. Ia merasa kasihan dengan Kia.

Tiba-tiba Zidan menepuk pundak Harry dan sedikit menariknya untuk menjauh dari Kia. "Minggir!" perintahnya.

Dengan cepat Harry menyingkir dari sana dan beranjak berdiri. Ia menghela napas kasar karena melihat sahabatnya itu sungguh aneh dan berbeda dari yang ia kenal dahulu.

Zidan memberikan CPR kepada Kia dan berusaha membuat Kia tersadar. Terlihat kesungguhan dari raut wajah pria depresi itu untuk menyelamatkan Kia.

Tak berapa lama, Kia pun akhirnya tersadar. Gadis itu terbatuk-batuk dan menyemburkan air dari mulutnya.

"Kamu tidak apa-apa? Aku tidak tau kalau kamu sudah kehilangan keterampilanmu untuk berenang. Maafkan, aku," lirih Zidan.

Kia yang masih shock tidak bisa langsung menjawab Zidan. Ia hanya diam sambil berusaha untuk bangun.

"Pelan-pelan." Zidan berusaha membantu Kia yang hendak bangun.

Kia memperhatikan Zidan, ia melihat kalau pria itu tidak basah sama sekali. Ia pun mengedarkan pandangannya dan menemukan Harry tengah berdiri di belakang Zidan dalam keadaan basah kuyup.

'Ternyata dia yang telah menyelamatkan aku, dia tidak seburuk yang aku kira. Dia bahkan tidak lebih menyeramkan dari pada Tuan Zidan', batin Kia. Ia tersenyum ke arah Harry sambil menundukkan kepalanya. Ia sangat berterima kasih kepada pria itu.

"Jangan bersikap aneh lagi. Kekasihmu telah kembali," pesan Harry kepada Zidan sebelum beranjak pergi. Ia menepuk punggung Zidan sambil mengulas senyuman lalu beralih memandang Kia seolah memberi pesan.

'Berjuanglah!' pesan Harry kepada Kia di dalam hatinya.

"Ganti bajulah ... terima kasih telah menolong Shakira. Sikapmu jauh lebih baik dari dulu," ucap Zidan menanggapi Harry.

"Ada seseorang yang dalam bahaya, mana mungkin aku diam saja saat melihatnya. Aku pergi dulu," pamit Harry.

Sesaat setelah itu, Harry langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Kia masih merasa sedikit trauma. Gadis cantik itu hanya diam tak berkata sepatah kata. Ia bahkan hanya menunduk lesu.

Zidan menautkan kedua alisnya sambil menatap Kia. Sepertinya ia tahu jika gadis itu masih merasa ketakutan karena tubuhnya gemetar.

"Sebaiknya kamu ganti baju dan beristirahat." Zidan mengangkat tubuh Kia dan menggendongnya menuju ke dalam rumah.

Kia ingin menolak, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia bahkan memberanikan diri menatap wajah sosok pria yang sedang menggendongnya itu.

'Wajahnya sama sekali tidak menampakkan kekhawatiran. Dia malah cenderung kelihatan dingin. Apa karena depresi sehingga dia bersikap seperti ini?' batin Kia bertanya-tanya.

***

Kia sudah mandi dan berganti pakaian. Ia diberikan kamar tersendiri untuk melakukan kegiatannya itu. Ternyata kamar itu adalah kamar yang sengaja dibuat Zidan untuk Shakira, tetapi Shakira sama sekali belum pernah memasuki kamar tersebut.

Kamar yang didominasi berwarna kuning itu membuat suasana kamar menjadi terlihat cerah. Kia begitu mengagumi detail kamar yang begitu indah dan kini pandangannya kini beralih pada sebuah vas bunga yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidur.

"Bunga marigold?" gumam Kia.

Sebagai seorang penjual bunga, Kia sedikit banyaknya paham arti dari berbagai jenis bunga. Seperti contohnya bunga marigold ini.

Bunga marigold memiliki warna yang sangat cerah dan indah. Makna bunga marigold adalah keindahan, keceriaan, dan kesuksesan. Meski begitu, bunga marigold juga biasa digunakan untuk melambangkan kesedihan akan cinta yang mendalam.

"Apa memang sesedih ini perasaan Tuan Zidan sekarang? Tapi dia sangat aneh, kadang terlihat seram kadang terlihat seperti orang yang menyenangkan. Dia orang yang susah ditebak. Apa karena depresinya memang sudah akut?" gumam Kia.

"Hah ... seharusnya aku tidak boleh berpikiran yang macam-macam. Aku harus cepat melaksanakan tugas dan membuat keadaan Tuan Zidan membaik dari sebelumnya." Kia mengepal erat kedua tangannya dan bertekad untuk semangat.

Kedua netra indahnya kini mulai memperhatikan lagi sekeliling kamar itu. Banyak sekali bingkai besar maupun kecil yang berisikan foto Shakira. Ia merasa kagum karena merasa seperti sedang melihat potret diri sendiri, padahal itu bukanlah dirinya.

Pandangannya kini tertuju pada sebuah bingkai berisikan foto Zidan dan Shakira yang berada di atas sebuah meja rias. Ia berjalan mendekatinya lalu mengambil bingkai foto tersebut.

"Mereka berdua tampak bahagia. Pantas saja Tuan Zidan sampai depresi saat kehilangan tunangannya."

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka tanpa diketuk membuat Kia terkejut. Dengan cepat ia meletakkan bingkai foto yang ia pegang ke tempat semula. Ternyata itu adalah Zidan yang datang tanpa memberi salam, ia langsung masuk saja dan berjalan mendekati Kia.

"Kamu sudah selesai, 'kan?" tanya Zidan.

"Sudah ... untunglah baju ini pas," jawab Kia sedikit canggung.

Zidan menautkan kedua alisnya. Ia menatap Kia dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Itu 'kan memang bajumu, pasti pas. Apa kamu lupa dengan barangmu sendiri?" telisik Zidan.

Kia tampak bingung, tetapi ia berusaha bersikap senatural mungkin.

"Hmm ... mungkin kepalaku sedikit bermasalah karena benturan keras saat kecelakaan waktu itu," kilah Kia. Ia menelan salivanya sambil melihat reaksi Zidan.

"Kamu belum bercerita tentang kecelakaan pesawat itu kepadaku," tanggap Zidan.

Kia bergeming. Ia bagai seorang tahanan yang sedang diinterogasi polisi. Sesaat ia merasa kalau Zidan tidak gila dan layaknya orang normal pada umumnya.

"A-aku masih sangat trauma. Jadi, beri aku waktu untuk menceritakannya lain kali," dalih Kia.

Zidan menatap tajam mata Kia. Ia bahkan tidak berkedip sama sekali.

'Apa kamu merasa berdosa telah meninggalkan aku tanpa kabar dan membohongi aku sehingga kamu bersikap sangat berbeda dari biasanya?' batin Zidan.

'Dia tidak curiga, 'kan. Bisa bahaya kalau dia curiga. Misiku akan gagal dan bagaimana dengan pengobatan ibu? Jangan sampai aku gagal! Aku harus berjuang keras,' batin Kia menyemangati diri sendiri.

Tiba-tiba sikap Zidan sangat aneh, ia membuka kausnya dan terlihatlah dadanya yang bidang. Ia mendekati Kia hingga hanya menyisakan jarak satu jengkal.

Kia yang melihat pemandangan itu langsung membelalakkan matanya dan takut. Tubuhnya gemetar hebat dan ia tak dapat bergerak dari tempatnya.

'Dia mau apa? Ya Tuhan ... tolong aku,' batin Kia yang hampir menangis karena sangat ketakutan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status