Hari itu pertama kalinya Kia diajak ke kediaman Tuan Seto Mahendra. Kediaman pengusaha kaya yang hartanya bahkan tidak akan habis sampai tujuh turunan. Gadis itu awalnya ragu, tetapi akhirnya ia menyetujui untuk membantu Tuan Seto.
Mata gadis berambut cokelat itu dimanjakan oleh bangunan mewah klasik di kediaman utama keluarga itu. Baru saja sampai, ia sudah disambut oleh para pelayan yang berbaris di depan pintu masuk utama rumah tersebut.
Ada beberapa pelayan yang menatap ke arah Kia sembari berbisik. Gadis itu mengerutkan kening karena tidak tahu apa yang para pelayan itu bicarakan tentangnya. Kia mencoba mengecek penampilannya dengan melihat apa yang ia kenakan dari atas ke bawah. Namun, ia merasa kalau penampilannya baik-baik saja.
Pada akhirnya ia sadar, mungkin saja para pelayan itu memperhatikan wajahnya yang digadang-gadang sangat mirip dengan mantan calon nyonya muda di kediaman ini. Ia jadi makin penasaran, semirip apakah dirinya dengan calon nyonya muda pewaris tunggal Blue Moon Grup?
***
Tuan Seto mengantarkan Kia ke depan sebuah pintu kamar besar dua pintu yang terbuat dari jati. Pintu itu tampak lebih indah dengan ukiran burung merak yang menjadi coraknya. Kamar itu adalah kamar milik sang pewaris tunggal yang katanya mengalami depresi alias gila.
Dengan langkah ragu, Kia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar tersebut. Kamar itu gelap dan tak ada cahaya lampu, hanya ada cahaya dari celah-celah ventilasi dan jendela yang terbuka kordennya.
Langkah Kia terhenti saat melihat sesosok pria yang duduk menyender di samping ranjang sembari memandang sebuah potret besar yang ada di dinding. Pria itu adalah Zidan.
Kia terkejut dan terbelalak melihat foto seorang wanita yang wajahnya sama persis dengan wajahnya. Ia bahkan mencubit pipinya berulang kali dan memang nyatanya terasa sakit. Ia tidak sedang bermimpi.
"Hidupku terasa hampa dan tiada artinya lagi," isak Zidan sambil memandangi potret besar itu.
Kia merasa terenyuh melihat kesedihan Zidan yang begitu dalam. Gadis itu merasa kalau pria yang malang itu memang sangat mencintai tunangannya.
"Sungguh menyedihkan," gumam Kia.
Zidan mendengar gumaman Kia dan menoleh ke arah gadis itu.
Begitu mengetahui Zidan melihat ke arahnya, Kia merasa sangat takut sekali dan rasanya ingin lari. Seluruh tubuhnya gemetar hebat karena melihat kondisi Zidan yang memperihatinkan dan terlihat sangat buruk.
"Shakira?" lirihnya.
'Dia benar-benar mengira aku Shakira, tunangannya yang telah meninggal itu,' batin Kia.
Wajah Zidan tampak senang saat memandang wajah Kia. Ia pun beranjak dari duduknya dan mulai mendekati gadis yang masih mematung di tempatnya.
Kia tak dapat bergerak sama sekali, ia sangat takut tetapi tak dapat berbuat apa-apa. Ia mencoba memberanikan diri untuk menatap wajah Zidan yang mulai mendekat.
Deg!
Ada desiran aneh saat memandang wajah sendu itu. Bola mata indah nan rupawan akan tetapi tertutup kabut kesedihan. Kesedihan itu sungguh terlihat jelas sudah lama bersemayam di sana.
Kia mulai berani mengamati setiap inci sosok pria yang berada di hadapannya. Ia melihat rambut panjang sebahu yang berantakan dan baju yang terlihat lusuh.
'Dia sangat tampan tapi terlihat sangat memperihatinkan. Penampilannya bahkan tidak beda jauh dengan gelandangan yang ada di pinggir jalan. Apa sebegitu sengsaranya dia pasca ditinggal oleh tunangannya?' batin Kia.
Kia tampak simpati, sementara Zidan masih memandangnya sambil tersenyum hampir menangis.
Tiba-tiba senyuman Zidan sirna dan wajahnya berubah dingin. Kia yang masih fokus dengan pikirannya tidak memperhatikan perubahan wajah Zidan.
"Siapa kamu?!" tanya Zidan sambil menggertakan giginya.
Pertanyaan Zidan sontak membuat Kia sadar dari lamunannya. Tubuhnya kaku dan lidahnya kelu. Matanya terbelalak mendapati tatapan Zidan yang menusuk ke arahnya. Pertanyaan dari Zidan bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. Semua orang berkata kalau ia mirip hampir tak bercela dengan Shakira.
"Kamu coba-coba memakai topeng berwajah Shakira! Dasar sialan!" Zidan meraih wajah Kia dengan kedua tangannya dan melakukan tindakan seperti orang yang hendak melepaskan topeng.
Argh!
Kia berteriak sangat kencang. Gadis itu merasa kesakitan karena kuku-kuku panjang Zidan ternyata melukai wajahnya.
Teriakkan Kia ternyata didengar oleh tuan Seto. Pria paruh baya itu langsung bergegas menuju kamar Zidan dan membuka pintu kamar. Betapa terkejutnya ia saat baru saja menghidupkan tombol lampu dan melihat wajah Kia sudah terluka karena putranya. Bekas cakaran itu tampak jelas terlihat di kedua sisi pipi Kia.
"Zidan! Apa yang kamu lakukan kepada Shakira?!" teriak Tuan Seto.
Teriakkan tuan Seto membuat Zidan terkejut dan menoleh ke arah ayahnya. Ia tersenyum mengangkat sebelah bibirnya dan kini pandangannya beralih kepada Kia yang masih mematung.
Kia tidak berani menatap mata Zidan dan hanya menunduk. Rasa takutnya lebih besar dari rasa sakit bekas cakaran Zidan yang menggores kedua sisi pipi mulusnya.
'Ya Tuhan ... pria ini memang sungguh gila. Aku takut sekali,' batin Kia. Kedua netranya sudah hampir meluruhkan cairan bening.
Pandangan mata Zidan kepada Kia kini semakin dalam. Pria depresi itu bahkan sekarang mencoba menyibak rambut Kia yang kini menutupi sebagian wajah ayunya.
Tuan Seto tak dapat berbuat banyak. Ia hanya melihat saja apa yang akan dilakukan anaknya. Pria itu berpikir akan bertindak selanjutnya saat melihat reaksi putra semata wayangnya kepada Kia saat ini. Ia berharap Zidan tak berbuat kasar lagi kepada Kia.
"Sha-shakira?" Zidan membelalakkan kedua matanya saat melihat dengan jelas wajah Kia.
Mungkin saja ia berbuat kasar karena posisi kamar itu gelap? Atau ia memang benar-benar sudah kehilangan akal sehat sepenuhnya.
Kia hanya terus memejamkan matanya. Ia masih tak berani melihat ke arah Zidan. Ia bahkan mencoba menahan tubuhnya agar tidak gemetar lebih hebat lagi saat Zidan mulai menyentuh kedua pipinya.
"Siapa orang yang telah melukai wajahmu? Apa ini sakit?" tanya Zidan dengan mata berkaca-kaca.
Kia mengigit bibir bawahnya, ia merasa sangat aneh dengan pertanyaan Zidan. Satu hal yang terpatri di pikirannya, ia benar-benar sedang berada dalam masalah besar karena sudah menerima tawaran untuk merawat pria gila.
"A-aku tidak apa-apa." Kia mencoba memberanikan diri mencoba menanggapi pertanyaan Zidan. Gadis itu bahkan sudah berani menatap mata pria yang sekarang penampilannya jauh dari kata layak itu.
Tiba-tiba Zidan berlari keluar kamarnya. Hal itu membuat Kia dan tuan Seto terkejut. Apa yang akan dilakukan oleh Zidan?
"Zidan! Mau ke mana kamu, Nak?!" pekik Tuan Seto sambil mengejar putranya.
Sementara Kia hanya diam dan tubuhnya kini lemas seperti tak bertulang. Tubuhnya meluruh ke bawah dengan lutut yang kini menopang beban tubuhnya.
"Apa seharusnya aku tidak menerima tawaran ini?" isak Kia penuh penyesalan. Ia menyeka air matanya yang tak mampu terbendung lagi.
"Shakira! Kamu kenapa menangis? Apa itu sangat sakit?" Suara Zidan mengagetkan Kia.
Kia cepat-cepat mencoba berdiri. Namun, sepertinya tubuhnya terlalu lemas sehingga hampir roboh. Beruntungnya Zidan langsung membantunya berdiri dengan memegang kedua lengannya.
Mata Kia terfokus pada kotak P3K yang dibawa Zidan di tangan kanannya. Ternyata pria gila itu berlari terburu-buru untuk mencari obat untuk luka di pipinya.
Zidan membimbing langkah Kia untuk duduk di salah satu tepian ranjangnya. Ia mulai membuka kotak itu dan mencari sesuatu. Pertama, ia mencari kapas dan alkohol.
"Ini akan sedikit perih tapi ini akan membantu membersihkan luka sebelum diberi obat," jelas Zidan.
Kia hanya bergeming. Ia tak fokus dengan penjelasan Zidan, tetapi ia malah fokus pada kedua pergelangan tangan Zidan yang banyak sekali bekas luka sayatan.
'Dia benar-benar depresi. Sudah berapa kali dia coba buat bunuh diri? Bekas luka sayatannya sangat banyak,'batin Kia. Kini matanya menatap sendu ke arah Zidan yang sedang menuangkan alkohol ke kapas.
"Tahan sebentar, mungkin ini akan sakit," ucap Zidan.
Dengan telaten Zidan membersihkan luka di wajah Kia. Kali ini ia mungkin terlihat seperti orang yang sangat perhatian kepada kekasihnya.
'Apa mungkin sifat aslinya sebaik ini? Perubahan perilakunya sangat cepat. Aku jadi heran.'
Kia membatin sambil memandangi Zidan. Ia memandang setiap sisi dan sudut wajah pria itu. Kini wajah Zidan terlihat lebih jelas karena kamar itu sudah terang.
Zidan menyadari kalau Kia memandangnya sedari tadi.
"Aku merindukanmu, Sayang," ungkap Zidan tiba-tiba.
Kia tersentak dan menjadi kebingungan. Ia tak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa kamu terkejut? Biasanya kamu akan lompat dan teriak kegirangan saat aku bilang rindu," tanya Zidan.
"A-aku juga rindu kamu," jawab Kia sedikit terbata.
Zidan mendekatkan wajahnya ke wajah Kia. Pandangan mata Zidan membuat Kia merasa terintimidasi dan membuat gadis itu sontak memejamkan mata.
'Tolong menjauhlah! Aku takut sekali.'
***
Sementara itu, tuan Seto tampak berada di ambang pintu dengan wajah lega. Ia tersenyum dan merasa kalau Kia memanglah jawaban dari setiap doa-doanya.
'Terima kasih, Tuhan ... sudah menunjukkan gadis itu kepadaku,' batin Tuan Seto sembari beranjak meninggalkan kamar Zidan.
Kia akhirnya berhasil melewati pertemuan pertama dengan Zidan. Ia merasa sangat lega sekali saat bisa menghadapi pria yang menakutkan itu. Dalam hatinya, ia berharap bisa melewati hari-hari selanjutnya dengan lancar. Kia berjalan menuju halaman kediaman mewah keluarga Mahendra. Di sana ternyata sudah ada Harry yang menunggunya. Sosok pria yang ia takuti itu malah ditugaskan oleh Tuan Seto untuk mengantar jemput saat ia menjalankan tugas. Harry mengeryitkan dahinya saat melihat kedua sisi pipi Kia sudah dibalut dengan beberapa plester. Kira-kira ada sepuluh plester yang masing-masing ada lima di setiap sisi pipi gadis itu. "Pasti pekerjaan Zidan," tebak Harry tepat sasaran. Kia tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya. "Kamu harus bersabar. Zidan sangat mencintai Shakira, tapi sebenarnya wanita itu tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Zidan saja yang bodoh," ujar Harry sa
Byur!Seseorang melompat ke dalam kolam renang dan dengan cepat segera menarik Kia naik ke tepian kolam. Ternyata sosok yang menolong gadis itu adalah Harry, sedangkan Zidan hanya terlihat menonton kejadian itu."Sadarlah!" teriak Harry khawatir sambil menepuk-nepuk perlahan pipi Kia.Kia tak sadarkan diri dan sepertinya kehabisan napas. Harry menekan bagian dada Kia untuk mengeluarkan air yang terperangkap dalam tubuh gadis malang itu."Apa yang kamu lakukan?! Kenapa diam saja? Dia dalam bahaya!" teriak Harry. Matanya melotot ke arah Zidan dan sekejap mata pandangannya beralih kepada Kia kembali.'Malang sekali gadis ini, seharusnya dia tidak usah menerima tawaran Tuan Seto jika harus tersiksa," batin Harry. Ia merasa kasihan dengan Kia.Tiba-tiba Zidan menepuk pundak Harry dan sedikit menariknya untuk menjauh dari Kia. "Minggir!" perintahnya.Dengan cepat Harry me
'Tolong jangan mendekat dan jangan sentuh aku!' ucap Kia dalam hati. Ia menunduk dan tak berani menatap wajah Zidan."Kenapa kamu takut sekali?" tanya Zidan. Pria itu kini sudah berdiri di hadapan Kia.Kia hanya diam, ia tak mau menjawab atau menatap Zidan.Zidan mengesah kasar melihat reaksi Kia, ia lalu mengatakan, "Bantu gosok punggungku. Mungkin di sana sudah banyak daki yang menempel."Mendengar ucapan Zidan, Kia langsung mengangkat kepalanya. Namun, matanya terfokus pada dada bidang dan perut sixpack milik Zidan.'Dia sedang depresi dan setahun belakangan ini mengurung diri di kamar. Apa dia sempat membentuk tubuhnya menjadi sebagus itu?' ba
Suasana haru masih tercipta di antara Kia dan Zidan. Entah mengapa, gadis itu merasa nyaman berada dalam pelukan pria yang disebut depresi itu. Rasanya ia tidak ingin melepaskannya, tetapi rasa yang mengganjal karena kebohongan, membuatnya perlahan mengendurkan tangannya."Kamu mandilah, nanti aku akan memotong rambutmu," ucap Kia. Ia sedikit melangkah mundur dari tubuh Zidan."Kamu tidak mau menemani aku mandi?" tanya Zidan yang sontak membuat Kia menjadi tersipu malu."Tentu tidak boleh! Aku akan keluar." Kia langsung berlari kecil menuju pintu keluar.Zidan tersenyum samar melihat punggung Kia yang mulai menghilang dari balik pintu."Kenapa kamu lebih m
Zidan tengah bersiap untuk dirapikan rambutnya oleh Kia. Pria itu sudah duduk mantap di depan sebuah cermin besar yang berada di kolam spa tersebut. Kali ini lampu penerangan dipasang, suasana mencekam karena temaramnya pencahayaan pun sudah tidak terasa. Ruangan tersebut terlihat terang benderang.Kia yang sudah siap memegang gunting dan sisir tampak menghela napasnya, ia bahkan beberapa kali mengedipkan kelopak matanya agar bisa menghilangkan rasa grogi.'Apakah aku bisa melakukan ini? Sehari-hari aku hanya tahu memangkas tanaman, baru kali ini aku akan memangkas rambut seseorang,' batin Kia resah."Apa lagi yang kamu tunggu?" tanya Zidan yang sontak membuat Kia terkejut."Baiklah! Aku akan coba sekarang,
Pikiran Zidan menerawang mengingat kejadian tadi siang. Ia duduk sendiri menatap langit malam dari balkon kamarnya sembari memikirkan banyak hal. Pria yang kini berusia dua puluh delapan tahun itu tampak resah. "Shakira banyak berubah semenjak menghilang. Sebenarnya apa yang dia lakukan selama satu tahun belakangan ini? Kenapa dia berbohong kepadaku?" gumam Zidan. Ingatan Zidan menerawang ke waktu yang lebih lampau, tepatnya satu tahun yang lalu. *** Berita kecelakaan pesawat yang membawa tunangannya terbang ke Turki membuatnya panik setengah mati. Shakira memang sudah pamit kepada Zidan untuk berlibur ke negara itu. Pada awalnya ia tidak menyetujui keputusan Shakira, t
Waktu menunjukkan tepat pukul sepuluh malam. Saat itu pula para pelayan di kediaman Mahendra bisa beristirahat. Seperti biasa, beberapa dari mereka berjalan beriringan menuju paviliun khusus para pelayan. Kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis muda yang suka bergosip. Tentu saja kehadiran Kia sangat pas menjadi buah bibir bagi mereka."Kalian tahu tidak, kalau bulu kudukku merinding saat melihat Nona Shakira kembali. Aku membayangkan dia yang bangkit dari kubur lalu datang kemari," ucap salah seorang pelayan."Tapi, dia tidak terlihat seperti zombie. Wajahnya saja segar bugar begitu dan dia makan nasi bukan darah," sahut pelayan yang lain.Sekumpulan pelayan muda tersebut tertawa kecil karena percakapan itu. Lorong gelap dan sepi memang pas untuk bergosip guna mengusir kes
Mereka berdua masih bergeming. Kia mencoba mencari jawaban, sementara Zidan menanti jawaban. Kedua orang yang terpaut usia delapan tahun itu masih fokus dengan pikirannya masing-masing. Tercipta suasana yang cukup canggung antara mereka berdua. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama."Aku memang sengaja mengganti parfumku dengan yang lebih ekonomis. Lagi pula sebagai manusia kita harus bisa berhemat," jawab Kia asal. Matanya tidak lepas dari memandang wajah Zidan untuk mengetahui reaksi pria tampan itu.Beberapa detik kemudian, Zidan tergelak. Jawaban yang sungguh lucu menurutnya. Namun, ia merasa kalau tunangannya sekarang lebih menggemaskan ketimbang dulu."Pakailah parfum lamamu. Jangan hanya karena ingin berhemat, kamu menurunkan standarmu terlalu jauh," tanggap Zidan