Share

2. Kelakuan pelanggan

Kana nampak begitu asing tinggal di tempatnya kini. Di penuhi bau alkohol juga rokok yang terkadang sengaja di kepulkan ke arah wajahnya.

Awalnya dia tidak tahu kalau itu adalah tempat bordil. Namun beberapa wanita yang usianya jauh di atasnya memberitahu kalau yang dia tempati sekarang adalah tempat pelacuran.

Sehari di sana, Kana hanya menangis. Mencoba kabur pun percuma saat Madam menjelaskan kalau di setiap tempatnya di jaga oleh bodyguard. Wajah mereka nampak seram, tatonya juga banyak. Nyali Kana yang sebesar kacang kenari, tidak mungkin bisa melawan.

Satu hari di rumah bordil, Kana tidak begitu saja di pekerjakan oleh Madam. Pun wanita paruh baya itu menunggu Kana sampai dirinya siap menerima pelanggan. Yah, itu berlangsung sampai tiga bulan lamanya Kana di sana.

"Kau tahu kan, kalau kau sudah di jual ayahmu padaku?" Tanya Madam saat Kana di panggil ke ruangannya.

"Iya," jawab Kana terlihat lebih tenang.

Madam tersenyum."Kau mutiara di tempat ini, Kana. Kau masih perawan. Harus ada yang berani membayar mahal atas dirimu."

Kana diam saja. Tatapannya kosong entah menatap ke arah mana.

"Sudah 3 bulan sejak kedatanganmu ke tempat ini. Aku rasa kau sudah siap menerima pelanggan pertamamu."

Sial memang hidupnya. Dari kecil sudah ditinggalkan ibunya, saat sudah remaja pun tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Masa sekolahnya putus di tengah jalan, dan kini dia harus kehilangan kegadisannya dengan orang yang tidak dia kenal. Di rumah bordil?

Kana tertawa kecil. Benar kata ayahnya, namanya memang pembawa sial.

"Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?" Tanya Madam.

"Saya hanya menertawakan nasib saya. Ternyata apa yang ayah saya katakan ada benarnya. Madam, bisakah anda mengganti nama saya? Saya rasa nama Kana akan membuat kehidupan saya terasa sial untuk kedepannya. Nama Kana, akan terus mengingatkan saya pada pria brengsek itu."

Madam tertawa."Alan memang brengsek. Dengar Kana, Sebenarnya aku tidak menginginkan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ayahmu banyak meninggalkan hutangnya di tempat ini. Aku rugi banyak sejak ayahmu tidak membayar kembali apa yang sudah dia minum. Tentu saja sebagai seorang pebisnis, Aku ingin uangku kembali dan dia menyodorkan dirimu sebagai pengganti semua hutangnya."

Kana diam saja. Sepintas dia bisa melukis masa depannya kelak. Tidak ada harapan, juga tidak bisa dia lakukan.

"Baiklah kalau kau tidak ingin Kana sebagai namamu. Sebentar akan aku pikirkan. Em... bagaimana kalau Jane? Katrina Jane. Wajahmu blasteran Jepang-Amerika. Nama ini tidaklah aneh untukmu."

Nama baru, identitas baru juga sifat baru. Baiklah. Jane akan menjadi namanya mulai sekarang dan seterusnya. Dia tak akan lagi lemah. Dia akan fokus mencari uang dan sukses walau dengan cara kotor.

"Iya. Baiklah. Katrina Jane adalah nama yang bagus," jawabnya."Saya siap kapanpun Madam suruh. Saya tidak akan menolak lagi dan akan bekerja dengan serius mulai sekarang."

Madam tersenyum dan mengangguk."Ada satu tamu VIP yang sudah menunggumu dari lama. Dia ada di kamar satu. Kalau kau siap, mandilah terlebih dahulu dan pergilah ke sana. Aku akan menghubunginya kalau kau sudah siap."

"Baiklah."

Dengan langkah lemas Jane keluar dari ruangan Madam. Dadanya berdebar hebat, kakinya lemas dan duduk bersimpuh di lantai. Dia memang sudah mengatakan siap, tapi dalam hatinya yang terdalam, Jane takut.

"Kau tidak boleh seperti ini, Kana. Namamu Jane sekarang. Kau harus mendapatkan banyak uang dan melanjutkan hidupmu," ucapnya ke dirinya sendiri.

Pun Jane kembali ke kamarnya dan mandi sesuai apa yang Madam suruh. Ada banyak make up di nakasnya, Dia menggunakannya untuk pertama kali dan pertama kalinya juga dia memoles bibirnya dengan lipstik.

Kamar satu ada di ujung ruangan tempatnya berdiri. Nampak semakin menyeramkan saat langkah kakinya kian mendekat. Pintu tertutup itu dia ketuk pelan.

"Masuklah."

Terdengar suara pria paruh baya menjawab ketukannya. Jane masuk, dan nampak pria berkumis tebal dengan wajah mesum merebah di tengah ranjang. Usianya sekitar 40-an.

"Siapa namamu, Nona?" Tanyanya.

"Ka_ maksud saya, Jane. Nama saya Jane."

Dia tersenyum,"Aku sudah membayarmu dengan harga mahal. Kau jangan mengecewakanku atau aku akan melaporkanmu ke Madam."

Jane diam saja. Namun dalam hatinya dia sudah bertekad akan melalui ini tanpa rasa takut lagi. Ini hidupnya, masa depannya hanya dia yang menentukan.

"Saya tidak akan mengecewakan anda, Tuan."

Senyum Jane di akhir ucapannya membuka tirai hitam di kehidupannya. Masa bodoh dengan harga diri. Dia tidak akan perduli lagi dengan semua itu. Dia akan menentukan jalan hidupnya kini dengan uang juga kenikmatan duniawi.

.

.

Beberapa tahun kemudian di The Langham hotel, New York.

"Jane, Kenapa kau begini padaku?!" Pria berperut buncit itu nampak marah. Nadanya tinggi, wajahnya sampai merah. Dia bertelanjang dada, hanya memakai celana pendek saja.

"Tuan Austin, Anda adalah pelanggan tetap saya. Sejak kapan anda menggunakan semua ini saat berhubungan intim?" Jane menuding beberapa alat bantu seks seperti rotor, vibrator juga seks toys lainnya.

"Aku ingin ada yang berbeda. Aku ingin mencobanya. Kau itu sudah ku bayar mahal! Kau harus menuruti semua yang aku suruh!"

"Apakah Madam tahu apa yang anda lakukan ini?" Ekspresi Jane berubah serius. Sungguh dia benci jika harus menggunakan semua alat BDSM itu jika berhubungan intim dengan pelanggannya.

"Apakah aku harus melaporkan caraku berhubungan denganmu ke Madam? Aku adalah pelanggan tetap di Moonlite. Aku yakin Madam akan memaklumi apa yang aku lakukan. Jangan-jangan kau lupa kalau aku ini tamu VIP-mu, Jane?"

Jane mengerutkan dahinya. Memang Tuan Austin adalah pelanggan tetapnya di Moonlite BunnyRanch.

Iya. Tempat tinggalnya dulu sudah pindah dan menjadi lebih besar sekarang. Bahkan sekarang sudah menjadi tempat terkenal dengan semua wanitanya yang cantik. Jelaslah Jane menjadi mutiara bersinar di Moonlite. Dia menjadi kebanggaan di tempat itu.

"Maaf, Tuan Austin. Sepertinya Madam belum menjelaskan ke anda kalau saya tidak menyukai cara ini. Saya akan menggembalikan uang yang sudah anda kirim ke Madam. Untuk malam ini, saya rasa sudah cukup. Anda bisa menghubungi saya besok kalau sudah dalam keadaan baik."

Jane memakai pakaiannya kembali setelah sebelumnya sudah membukanya separuh. Tuan Austin nampak kesal. Rahangnya nampak mengeras. Jane meraih tasnya lantas membuka pintu, namun belum dia keluar, tangan Tuan Austin sudah menarik rambutnya.

"Argh! Apa yang anda lakukan?! Lepaskan!"

"Dasar pelacur sialan! Kau kira aku siapa sampai kau berani memperlakukanku seperti ini?! Kau hanya pelacur rendahan yang makan dari uang pelangganmu!"

Tuan Austin berusaha menarik Jane kembali ke dalam kamar, namun kedua tangan Jane mengerat kuat di ganggang pintu yang sudah terbuka.

"Kya! Lepaskan, Brengsek! Kau menyakitiku!"

"Aku akan memberimu pelajaran, Dasar pelacur sial!"

Buak!

Tiba-tiba tendangan kuat menghantam perut Tuan Austin sampai pria paruh baya itu terjengkal kebelakang. Tangan kekar menyahut pergelangan tangan Jane yang saat itu sudah terlepas secara reflek.

Pun dia menggenggam erat tangan Jane dan dengan berlari membawa Jane lari dari tempat itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status