"Tuan? Apa yang tuan lakukan di sini?" Jane berbalik tanya. Merasa kebingungan juga melihat Regan ada di restoran yang sama dengannya."Aku ada janji bertemu dengan seseorang. Tunggu. Apakah Mike yang mengirimkanmu ke sini?" tebaknya dan menganggap Jane adalah salah satu wanita kenalan Mike yang dia kirimkan padanya. "Mike? Siapa Mike? Saya juga ada janji dengan seseorang. Saya kira ruangannya di sini. Ternyata salah. Karena kita sudah terlanjur bertemu, bolehkah saya duduk di sini sebentar?" pinta Jane dengan mata berbinar. Apalagi saat melihat hidangan mewah yang kini ada di depannya."Ya. Boleh saja." Jane tersenyum."Saya sedikit lapar. Melihat piring anda masih bersih, sepertinya anda belum makan sama sekali. Karena saya baik, Saya akan membantu anda untuk menghabiskan semua makanan ini." Regan melongo saja saat Jane mengambil sumpit dan mulai mencicipi makanan yang masih utuh di depannya."Jangan pelit. Kapan hari saya sudah mentraktir anda dengan minuman mahal. Memberi sediki
"Kana?" Nama itulah yang keluar dari bibir Regan. Merasa tidak asing dengan wajah polos tanpa make up yang kini dia pandang dengan teliti. Kenapa Regan tahu dengan gadis bernama Kana? Siapa yang menduga kalau pria yang memakaikan Jane mantel dan sepatu beberapa tahun yang lalu adalah Regan? Saat itu memang gelap. Salju turun dengan lebat. Namun Regan tidak pernah lupa dengan gadis tak bersepatu waktu itu. Wajahnya pucat, dan tubuhnya terlihat kurus. Karena make up tebal yang Jane pakai sekarang, juga perawakan Jane yang berubah drastis, Regan tidak mengenalinya lagi setelah beberapa tahun berlalu. Tapi setelah dia lihat-lihat, ternyata benar mereka mirip. "Setelah beberapa kali bertemu, tidak kusangka kau adalah gadis musim dingin itu. Kau bahkan mengganti namamu menjadi Jane," gumam Regan meletakkan kembali foto yang sempat dia ambil. Takdir macam apa yang mempertemukan mereka kembali setelah lamanya tak bertemu sekian tahun? Bahkan Jane menjadi seorang wanita penghibur di ru
Mendengar persetujuan Jane, tentulah Regan merasa senang. Semua rencananya akan berjalan lancar, Jane juga pasti akan membantunya untuk menjadi normal. Walau di katakan dia memang normal seperti halnya pria lain, tapi Regan selalu merasa dirinya tidak normal.Tapi Jane berkata jangan senang dulu, karena cobaan pertama Regan kini ada pada Madam. Dia harus mendapatkan persetujuan wanita itu juga kalau Regan tidak ingin mendapatkan masalah. Dengan rasa percaya diri Regan berkata,"Aku bisa memastikan kalau Madam tidak akan menolak permintaanku."Well, keduanya kini berjalan menuju ke ruang madam yang berada di lantai dua. Di depan pintu, di jaga dua pria berwajah sangar dan berbadan kekar. "Madam di dalam?" tanya Jane pada salah satu pria itu."Iya."Jane membuka saja pintu yang tertutup itu dan mengajak Regan masuk dengan menggandengnya. Saat sudah berada di dalam, Mereka berdua di hadapkan dengan seorang wanita bermake up tebal dengan baju yang nampak berlebihan. Yah, seperti penampil
Dengan membawa barang apa adanya seperti yang Regan suruh, Akhirnya Jane hanya membawa pakaian yang menurutnya sopan dan sesuatu yang sekiranya penting seperti foto saat masih remaja yang ia letakkan di nakas. Tidak pernah Jane kira akan merasakan hal yang tidak pernah dia sangka sebelumnya. Berhubungan dengan Regan bisa membuat dia keluar dari neraka itu walau hanya sebentar. Saat di dalam mobil, senyum senang tidak pernah luntur dari bibirnya. Dia memang sebahagia itu sekarang. "Aku akan membuatmu layak sebelum akhirnya ku perkenalkan pada semua orang." Regan memecah keheningan."Maksud anda?""Etika, sopan santun saat berbicara. Kau harus mempelajari itu sebelum bertemu dengan ayahku.""Baiklah. Oh ya, selama di sana, apakah saya boleh keluar untuk bermain?" "Boleh. Hanya saat bersamaku. Itupun harus di malam hari. Aku tidak ingin anak buah ayahku memergoki kita."Jane mengangguk paham. Protes pun juga percuma. Hidupnya kini berada di tangan Regan. Uang yang di bayarkan di awal
"Siapa kau?"Jane terkesiap. Lidahnya kelu menatap dua bola mata tajam seakan ingin menerkamnya. Kedua lengannya bahkan pria itu cekal kuat. Siapa lagi yang bersikap seperti itu selain Yohan. "Saya? Jane."Rasa takut Jane seakan menghilang entah kemana. Dibandingkan dengan pria hidung belang di luar sana, Yohan tidak ada apa-apanya. "Jane? Siapa Jane ?" Yohan mengerutkan dahinya. Baru pertama kali dia mendengar nama itu. Apakah gadis ini pelayan baru?"Kau pelayan baru? Bagaimana seorang pelayan bisa selancang ini masuk ke dalam kamarku?" Lanjutnya.Yohan berdiri, Jane reflek juga ikut berdiri."Maaf, Tuan. Saya mengira kamar ini adalah kamar Tuan Regan. Apakah anda saudara Tuan Regan?" Yohan diam saja. Tanpa ekspresi dia menatap Jane dari atas sampai bawah. Dia merasa ada yang janggal. Wanita di depannya memakai pakaian handuk, bahkan tali bra-nya kelihatan saat baju di pundaknya turun. Dia tidak merasa malu, bahkan tidak ada rasa sungkan sama sekali. Padanya di hadapannya adalah
Juan melongo. Regan tertawa dalam hati. Sepertinya Yohan sudah bertemu dengan lawan yang seimbang. Yang tidak takut padanya, yang tidak bisa dia injak seenaknya."Bagaimana? Saya juga akan bersama anda kalau anda membayar sama besarnya seperti Tuan Regan," tambah Jane semakin membuat Juan menganga tak percaya. Ternyata ada juga wanita tangguh seperti itu, yang bisa melawan kakak pertamanya. Batin Juan."Kau wanita yang tidak mempunyai harga diri?" Ucap Yohan akhirnya membuka suara. Mungkin dia merasa sudah tidak di hargai sejak pertama melihat Jane. Insiden pertama kali bertemu adalah salah satu alasan Yohan tidak menyukai Jane. Sudah bukan wanita baik-baik, tapi banyak tingkah. Jane menaikkan kedua bahunya,"Harga diri saya sudah menghilang sejak bertahun-tahun yang lalu."Yohan menyeringai, Jane hanya tersenyum saja seperti mengejeknya. Suasana panas itu segera di tengahi Regan yang berdiri dari duduknya."Aku pergi bekerja dulu. Dan aku tidak mau tahu. Sebisa mungkin kalian rahasiak
"Kalian mau pergi kemana?" Itu Regan yang mendadak muncul di depan Juan dan Jane. Dia berdiri di depan keduanya setelah pintu depan terbuka. "Kenapa kau sudah pulang?" Juan merasa heran. Dia tahu kalau Regan akan lembur malam ini. Ini masih terlalu cepat untuknya pulang."Apa? Kau bertanya kenapa aku sudah pulang?" Ini sudah jam tujuh malam.""Bukannya kau lembur? Setiap hari juga lembur sebelum ada Jane di rumah ini." "Aku pulang lebih awal. Tunggu, Kenapa kau mengalihkan pembicaraan? Mau kemana kalian?" "Aku dan Jane akan berjalan-jalan sebentar. Dia ingin membeli baju juga merasa lapar. Aku berniat mengajaknya makan malam."Tatapan Regan mengintimidasi. Dia melihat Jane dari atas sampai bawah."Bukankah sudah ku bilang, kalau ingin keluar, tunggu aku saja? Kemarin aku mengatakan ini padamu, kan? Kita akan membeli keperluanmu sebagai tanggung jawabku membawamu ke sini."Jane diam, tapi matanya memandang Regan lekat. Jane tidak suka dengan nada bicara Regan. Dia terlalu menekan.
"Jane, aku sudah mendapatkan es krim yang kau mau!""Ah sial. Kenapa dia harus datang sekarang?" Batin Jane saat Juan mendatanginya dengan wajah senang namun sepersekian detik kemudian ekspresi wajahnya berubah. Juan diam mematung manatap bergantian Jane dan Rosse."Siapa dia? Apakah dia tamu VIP yang sedang kau tunggu?" ucap Rosse.Juan terlihat bingung. Tamu VIP? Apa maksudnya?"Jane, Apa ini? Dia terlalu muda untuk wanita setua dirimu. Ternyata kau juga berminat dengan pria di bawah umur. Ah sial, Kau menjijikkan juga." Juan yang kelihatan kesal menyahut,"Di bawah umur? Terima kasih karena secara tidak langsung anda sudah memuji wajahku yang terlihat awet muda. Saya yang di bawah umur ini kalau anda bilang, sudah bisa menghamili banyak wanita. Apakah anda mau? Saya juga punya banyak waktu. Tidak ada kegiatan setelah ini. Mungkin saja uang yang saya punya juga bisa membeli mulut anda yang seenaknya itu."Jane melongo mendengar jawaban Juan yang sangat savage itu. Dia bahkan menampi