Share

6. Rencana gila

Begitu banyak kesialan akhir-akhir ini. Memang semua bisnis berjalan lancar, namun tidak dengan yang lain. Tekanan dari sang ayah yang mengharuskan Regan menjadi sosok sempurna. Wajah dari perusahaan terkenal di bidang teknologi. Tidak memperbolehkan dia cacat dalam penampilan juga sikap di depan media maupun masyarakat. Di usianya yang menginjak 27 tahun, Regan tidak sekalipun merasakan apa itu kebebasan. Kalau ke discotik, yah sesekali ia ke sana untuk mencairkan suasana hatinya yang memburuk. Besoknya, Dia pasti kembali menjadi sosok kaku yang dingin dan terlihat cuek di mata semua pegawainya.

Mau bagaimana lagi?

Regan satu-satunya putra dari Abraham Foster yang sangat di andalkan. Mengingat putra pertama yaitu Yohan Foster yang kini berusia 28 tahun namun memilih bidang lain yang bertentangan dengan keinginan ayahnya.

Iya. Yohan tidak tertarik sedikitpun dengan dunia bisnis. Aroma kantor membuatnya mual. Dia memilih menjalani hidup sebagai seorang musisi. Menciptakan nada yang di sebut musik dan membawanya di setiap panggung besar dengan tiket konser yang selalu habis terjual. Dia populer di kalangan wanita juga pria masa kini.

Bukan hanya Yohan sebagai anak pertama keluarga Foster, juga Regan sebagai anak kedua, ada Juan Foster yang masih kuliah di jurusan bisnis. Dia masih muda, masih berusia 22 tahun. Amat berbeda bahkan berbanding terbalik dengan ke dua kakaknya yang memiliki watak kaku dan cuek. Juan lebih ceria. Dia pemecah suasana yang dingin. Dia menyukai dunia bisnis, juga dunia seni. Kalau boleh memilih, Juan lebih tertarik dengan seni lukis. Namun sang ayah tidak akan tinggal diam kalau saja Juan tidak menuruti kemauannya. Dia harus meneruskan jejak Regan di masa depan nanti. Harus menjadi pendamping sang kakak jika ayah mereka menyusul almarhum ibunya.

Tiga bersaudara Foster memang berbeda dari sifat dan juga wajah. Namun bisa di pastikan kalau ketiganya memiliki wajah tampan dan menawan. Tentu saja dengan pesonanya masing-masing.

Kembali lagi dengan ricuhnya keadaan perusahaan saat itu, Regan membanting daun pintu ruangannya sendiri hingga menimbulkan suara gebrakan yang cukup nyaring.

"Sial! Siapa yang membuat rumor gila semacam itu?! Kalau begini terus, Aku akan tamat. Perusahaan akan merugi. Bagaimana aku akan menyelesaikan masalah ini?"

Di kala paniknya dia sekarang, Regan teringat oleh seseorang. Yaitu teman baiknya, Mike. Dia menekan nomor Mike, lantas menelfonnya.

"Ya?" jawab Mike di seberang.

"Kau ada dimana sekarang?"

"Di tempat biasa."

"Satu jam lagi aku akan kesana. Jangan kemana-mana."

"Baiklah."

Saat itu masih pagi. Namun Regan memutuskan untuk pulang lebih dulu. Tak sempat dia mengganti pakaian kantornya dengan pakaian biasa. Sehingga dalam keadaan masih memakai jas, Regan pergi ke tempat di mana Mike berada yaitu bar yang menjadi langganannya setiap hari.

Butuh waktu 30 menit untuk sampai kesana. Memang jauh, mengingat tempat Regan berada di tengah kota sedangkan bar yang ia tuju berada di perbatasan kota.

Masih pagi. Belum juga pukul 10 pagi. Beberapa gerai yang berada di sekitaran bar juga masih tutup. Namun sepertinya bar yang ia tuju tidak mengenal kata tutup kalau Mike sudah datang ke tempat itu.

Pintu VIP agak terdorong keras. Regan masuk dan sama sekali tidak terkejut saat mendapati Mike tengah di kerubungi beberapa gadis yang berpakaian minim. Pria itu malah menyeringai, pun Regan meraih botol wiski yang isinya tinggal separuh.

"Pemandangan menjijikkan ini membuat mataku sakit," ucap Regan meletakkan kasar botol wiski yang tadinya berada di tangannya.

Mike hanya terkekeh saja. Lantas menyuruh semua gadis di sana untuk pergi keluar."Setidaknya pagiku tidak membosankan seperti dirimu. Oh ya, kemana kau selama dua hari kemarin? Ayahmu tiba-tiba menghubungiku mencari dirimu." Mike mengancingkan bajunya yang setengah terbuka.

"Di tempat biasanya. Yah, Aku hanya tidak ingin pulang. Lalu kau sendiri? Bukankah masih terlalu pagi untuk pergi ke bar?"

"Regan, ayolah. Jangan mendadak menjadi sosok yang tidak seru. Aku ini Mike. Kau tahu sendiri kan kalau aku ini penderita insomnia."

"Aku tahu kau itu insomnia. Sesekali pergilah ke dokter. Bukan ke bar dan di kerubungi gadis-gadis itu."

Mike diam. Dia menjauhkan pandangannya. Menyipitkan matanya aneh menatap Regan yang nampak gelisah.

"Apa?" Tanya Regan curiga sendiri dengan tatapan mendadak semacam itu.

"Kau ada masalah?" Tebak Mike.

"Bukankah itu sudah jelas? Memang apa alasanku pagi-pagi begini mencarimu sampai ke sini?"

"Jadi sungguh ada masalah?"

"Hm."

"Kan sudah kubilang. Ceritakan apapun masalahmu padaku. Kita ini teman, Kan? Kau terlibat masalah apa?"

Regan meraih ponselnya, mengotak-atiknya sebentar lantas melemparkannya pada Mike. Pria itu terkejut, lantas melihat layar ponsel Regan yang menyala. Reflek ia membaca rentetan tulisan di sana dan beberapa detik kemudian dia tertawa terbahak-bahak.

"Wah... Berita macam apa ini?" Mike masih tertawa keras, hingga air matanya sedikit keluar.

"Lucu?"

"Sudah jelas ini lucu. Wah gila, orang ini hebat sekali menyebarkan gosip tentang dirimu," tambah Mike lagi di sela tawanya.

"Kau merasa ini lucu? Pagi-pagi aku sudah berhadapan dengan singa gunung itu," ucap Regan menyebut ayahnya sendiri."Dia tidak percaya pada anaknya sendiri. Hanya karena aku tidak pernah berkencan dengan gadis manapun, Dia meragukanku."

Dengan sesekali tertawa, Mike menjawab,"Wajar. kalau dia meragukanmu. Aku yang setiap hari bersamamu saja tahu bagaimana dinginnya kau saat para gadis bar itu mendekatimu. Saranku, Kau memang harus segera menikah."

"Kau gila? Calon saja belum ada, masak iya langsung menikah?"

"Menikah adalah jalan satu-satunya untuk membersihkan gosip anehmu itu, Regan."

Regan diam. Mendadak kepalanya terasa pusing. Lebih baik di hadapkan dengan masalah kantor yang menumpuk, daripada harus berhadapan dengan masalah yang melibatkan pernikahan. Karena bukan kali ini saja, dulu dia juga pernah di jodohkan oleh ayahnya sendiri dengan dalih ingin mempersatukan perusahaan dengan jalan pernikahan bisnis. Namun sayang sekali, Regan pergi setelah 5 menit duduk di restoran. Dia mendadak merasa bosan saat wanita yang menjadi calonnya itu bicara panjang lebar. Menceritakan hal positif tentang dirinya sendiri. Cerewet seperti nenek-nenek kalau Regan bilang.

"Sungguh aku tidak ingin terlibat dengan dunia pernikahan. Kau tentu tahu bagaimana sifatku. Masih terlalu dini sampai aku harus menjalani ikatan itu," jelas Regan panjang lebar. Namun sebenarnya ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Alasan di balik dingin dan enggannya dia untuk berhubungan serius dengan gadia manapun.

"Yah, itu kan hanya saran. Karena kau tidak mempunyai pilihan lagi selain itu."

Mereka berdua saling diam berpikir. Regan masih memijat kepalanya sendiri, sedangkan Mike masih saja tersenyum melihat temannya itu di landa kegelisahan yang menurutnya lucu. Dan saat itulah ide gila terbesit di otak Mike.

"Aku punya ide. Bagaimana kalau kau mulai dengan berkenalan dengan seorang gadis? Kau bisa menggunakan uangmu untuk menyuruhnya menjadi kekasihmu. Kalau bisa sampai kau menikah."

"Apa katamu?"

"Seperti yang sudah kau dengar. Kau ingin segera menyelesaikan masalahmu, kan? inilah jalan satu-satunya yang bisa aku sarankan.

Wanita yang bisa menjadi kekasih pura-puramu, adalah wanita yang jauh dari keluarganya, yang tidak terikat oleh hubungan apapun. Wanita yang benar-benar sendiri."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status