Share

5. Rumor

Moonlite, 08.00

"Bagus sekali. Darimana tuan putri kita ini? Kenapa baru kembali pagi-pagi begini?"

Raut wajah Madam sudah tidak enak untuk di lihat. Apalagi dengan suaranya yang selalu terdengar tinggi. Jane hanya menghela lelah. Dia langsung menuju ke ruangan Madam setelah dia kembali dari hotel. Tubuhnya lelah, sakit semua dan tidak bertenaga. Menghadapi pria polos seperti Regan ternyata menghabiskan banyak tenaganya.

"Ada masalah."

"Iya. Masalahnya itu kau, Jane. Kau gila! Aku sungguh masih tidak percaya kau menolak berhubungan dengan Tuan Austin."

Sudah Jane duga. Saat menginjakkan kakinya pulang, Madam pasti akan langsung mencecarnya. Tidak akan menunggu besok atau lusa.

"Dia mendadak seperti orang gila. Dia menggunakan mainan seks untuk mempermainkan ku, Madam. Kau tahu sendiri kalau aku sangat membenci semua hal itu."

"Kenapa kau bersikap seolah mempunyai harga diri?" tanya Madam sinis. Jane amat terkejut dengan pertanyaan itu.

"Apa?"

"Seharusnya kau menuruti semua yang dia katakan. Bukannya menolak lalu kabur. Aku dengar kalau dia juga di tendang seorang pria. Apa kau mengenalnya? Apa dia kekasihmu?"

"Dia hanya pria yang kebetulan lewat."

"Padahal tidak saling kenal, tapi sok menolong seperti pahlawan. Ingat perkataanku, Jane. Kau di sini dan bisa merasakan semua yang kau pakai sekarang adalah berkatku. Jadi lain kali, kalau ada permintaan seperti yang Tuan Austin lakukan, Kau tidak boleh menolaknya."

Memang percuma bicara panjang lebar dengan Madam. Jane mengira dia akan mengerti, ternyata tidak sama sekali.

Jane bermaksud pergi. Dia sudah berdiri dan berjalan di ambang pintu, namun kakinya berhenti dan berkata sambil masih membelakanginya,"Apa yang aku pakai sekarang, semua barang mewah yang aku miliki, bukan berkatmu. Aku mendapatkan semua ini karena usahaku menjual kegadisanku, dan berakhir di tempatmu. Apa kau tahu Madam? Kau bisa pindah ke tempat bagus ini, menjadikan tempat ini terkenal, semua karena usahaku. Kalau kau tidak terima dengan ucapanku, kau bisa mengeluarkanku dari tempat ini. Begitu saja. Aku pergi." Jane keluar ruangan Madam dan menutup pintu dengan sedikit membantingnya.

"Apa katamu?! Hei! Dasar anak tidak tahu diri!" Teriak Madam.

Yah, tentu saja Madam tidak berani mengusirnya. Karena berlian ditempat itu memanglah Jane orangnya. Tidak ada satupun pelacur disana yang bisa mengalahkan pelayanannya. Apalagi semua yang dikatakan Jane adalah kebenaran. Tempat itu jadi terkenal karena Jane. Madam bisa pindah ke tempat besar dan menjadi terkenal, semua berkat Jane.

.

.

Di tempat lain.

"Berita sampah!"

Teriakan sang pemilik perusahaan yaitu Abraham Foster, Presiden Direktur atau CEO MH Grup terdengar sampai luar ruangan. Beberapa pegawai yang saat itu tidak sengaja lewat di depan ruangan bahkan menghindar cepat, kala suara lantang seperti petir yang menyambar terdengar sampai luar. Pak Sim, selaku sekretaris yang kini berdiri tak jauh di sana hanya bisa tertunduk takut saat sebuah Ipad sudah remuk tak berbentuk teronggok di lantai.

"Darimana kau mendapatkan berita sialan ini, Sekretaris Sim?" tanya Pak Abraham.

Terlihat sekali dia menahan segala amarah pada ekspresi wajahnya yang memerah. Sedangkan sekretarisnya masih menunduk takut di iringi dengan wajah memucat serta tubuh yang gemetar.

"Dari salah satu laman internet yang saat ini menjadi trending nomer 1, Pak Direktur. Berita ini beredar dari satu akun ke akun yang lain. Namun saya tidak menemukan akun anonim yang menjadi sumber dari segala gosip ini beredar."

Pria berusia 70 tahun itu memejam untuk sesaat. Dia teramat marah dan geram karena pagi-pagi dia sudah di kejutkan dengan beredarnya rumor kalau putranya yaitu Regan Foster menyukai sesama jenis. Dia di cap Gay karena tidak pernah sekalipun terlihat mempunyai seorang kekasih. Apalagi Regan, putra keduanya itu adalah wajah dari MH Grup yang kini menjadi perusahaan nomer 2 terbesar di luar negeri.

"Hapus semua berita sampah itu. Cari sumber beritanya dan panggil Regan kemari."

Dengan terburu-buru Sekretaris Sim keluar ruangan. Dia menuju tempat dimana Regan berada, yaitu di ruangan Direktur Utama.

Regan baru saja datang. Untuk bekerja di hari ini saja dia harus berpikir berulang kali. Dan tentu saja Regan enggan bertemu dengan ayahnya. Namun seperti yang Jane katakan, Dia tidak mau di cap sebagai pria pengecut. Walau dia sedang bermasalah dengan ayahnya perkara klien, Dia tetap datang bekerja.

Pun, dengan masih termenung, Dia menimang kartu nama Jane yang di temukan di nakas. Kartu berwarna emas yang berarti VVIP khusus jika Jane menginginkan Regan kembali atau jika Jane ingin berhubungan lagi dengannya.

Regan mana tahu itu. Dia hanya berpikir kalau wanita itu meninggalkan kartu nama beserta nomer telfon, serta alamat tempatnya bekerja.

"Masih tidak bisa ku percaya aku berhubungan dengannya. Semua cairan itu_Argh! Bagaimana bisa?" gumamnya.

Ketukan pelan tiba-tiba terdengar dari arah luar."Iya?" Jawab Regan terkejut di susul Sekretaris Sim masuk ke dalam ruangan Regan.

"Selamat pagi, Tuan Regan?"

Regan menyimpan kartu nama Jane di dompetnya."Hem. Ada apa kau kesini?"

"Maaf, Tuan Regan. Presiden Direktur memanggil anda."

Dahi Regan berkerut. Ah malas sekali rasanya jika sepagi ini harus bertemu ayahnya."Ada apa ayah memanggilku? Biasanya dia menelfonku langsung."

"Saya juga tidak tahu, Tuan. Sepertinya ada sedikit masalah yang membuat beliau marah."

Reflek Regan menghentikan aktifitasnya. Pandangannya menengadah menatap pria paruh baya yang ada di depannya kini."Apa? Ayah marah? Masih pagi, kenapa dia sudah marah-marah?"

Sekretaris Sim bingung harus menjawab apa. Dia tidak berani mengungkap segala alasan yang menjadi pemicu kemarahan ayah Regan."Saya juga tidak tahu, Tuan. Saya hanya di suruh untuk memanggil anda."

Regan menghela napas. Lantas berjalan pergi di ikuti sekretaris ayahnya itu. Asal tahu saja. Sekretaris Sim adalah orang yang paling di percaya oleh Abraham Foster. Dia menjadi sekretaris keluarga sejak sebelum Regan menjabat sebagai Direktur Utama di MH Grup. Bukan hanya masalah perusahaan, Sekretaris Sim juga menghandle masalah yang terjadi di rumah keluarga Foster. Termasuk masalah yang di timbulkan dua putra Abharam Foster yang lain.

Setelah mengetuk pintu ruang ayahnya lantas mendapat jawaban dari dalam, Sekretaris Sim membukakan pintu untuk Regan, dan pamit undur diri.

"Ayah memanggilku?"

"Wajahmu terlalu santai untuk orang yang baru mendapatkan masalah besar. Dan lagi, kenapa kau tidak pulang ke rumah selama dua hari? Kemana saja kau ini?"

"Aku hanya pergi berlibur ke beberapa tempat. Setiap hari bekerja, membuat kepalaku sakit. Sekarang bisa ayah jelaskan masalah besar apa yang sedang ayah bicarakan?"

Kenyataannya, Regan memang tidak tahu sama sekali tentang kabar yang tengah beredar pagi ini. Dia tidak menyadari saat setelah dia datang pagi ini, pandangan aneh karyawannya juga saling membisiknya mereka di belakangnya membicarakan gosip yang sedang menerpa. Karena watak cuek juga dinginnya, sekretarisnya sendiripun tidak berani untuk menyampaikan berita ini padanya.

"Jadi kau sungguh tidak tahu apa-apa?!" tekan ayahnya.

Regan makin bingung."Aku rasa semua urusan perusahaan berjalan normal sesuai apa yang ayah inginkan. Apa ini tentang masalah dengan klien yang waktu itu?"

Tuan Abraham menghela napas,"Jadi kau sama sekali tidak tahu rumor panas yang menjadi trending nomor satu di sosial media?"

"Apa? Rumor?"

"Buka ponselmu. Dan jelaskan padaku sekarang juga!"

Di suruh begitu, reflek Regan merogoh ponsel yang berada di dalam jasnya. Dia amat terkejut setelah banyak dari keluarga jauhnya seperti sepupu juga keponakannya mengirimkan beberapa pesan. Bahkan ada Juan, adiknya juga mengirimkan pesan padanya. Dia memilih membuka pesan dari adiknya terlebih dulu.

"Brother, Kau baik-baik saja, kan? Ayolah, Aku sedang menertawakanmu dengan kak Yohan sekarang. Kau serius tidak menginginkan wanita sebagai pasanganmu?"

Begitu isi dari chat adiknya.

"Brengsek, bicara apa dia?" gumam Regan. Dan yah segalanya pasti ada alasannya. Regan membuka salah satu situs di internet. Dan matanya terbelalak menatap artikel yang tertulis di sana.

'Terlihat masih ingin sendiri, Regan Foster terlihat beberapa kali bersama pria yang sama masuk ke dalam discotik. Masyarakat mempertanyakan status Direktur muda MH Grup dan alasan kesendiriannya hingga sekarang. Apakah benar dia memang ingin sendiri? Ataukah dia penyuka sesama jenis?'

Itulah cuplikan dari berita yang Regan baca sekarang. Dia melongo, syok berat hingga ingin membuang ponselnya."Berita sampah macam apa ini?"

"Itulah yang ingin ayah tanyakan. Apakah kau sungguh penyuka sesama jenis?" tanya ayahnya semakin membuat Regan tidak percaya.

"Ayah, kenapa ayah bicara seperti itu?"

"Kalau kau normal, kenapa berita semacam itu mendadak muncul di media?"

"Aku tidak tahu. Kalau aku tahu, tidak mungkin aku bingung seperti ayah. Siapa orang brengsek yang membuat lelucon semacam ini denganku?" gumamnya di akhir kalimat.

Tatapan ayahnya menyipit,"Jawab ayah, Regan. Kau masih normal, kan?"

Sungguh pertanyaan konyol kalau Regan pikir. Ayahnya sendiri bahkan meragukan dirinya."Aku memang beberapa kali ke discotik bersama temanku. Bukan berarti aku menjalin hubungan dengannya. Ayah pasti tahu alasanku masih ingin sendiri, kan? Aku sibuk dan tidak ada waktu untuk melakukan hal sia-sia semacam itu."

"Itu pikirmu. Tapi kau lupa kalau kau itu wajah dari MH Grup. Sebentar lagi kita akan menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan penting dari Paris. Kau kira rumor ini tidak akan mempengaruhi citra perusahaan?"

Regan terdiam. Ayahnya melanjutkan,"Kau adalah satu-satunya putra yang aku andalkan. Jangan sampai kau menjadi tidak berguna seperti kakakmu. Dia aib di keluarga Foster. Apa kau akan mengecewakanku seperti Yohan?!" Suara ayahnya meninggi. Regan menunduk takut menyadari perubahan ekspresi yang tidak biasa dari ayahnya jika membicarakan tentang kakaknya, Yohan.

"Tidak, Ayah. Aku akan menyelesaikan semua."

Ayahnya terlihat tenang. Regan masih menunduk belum berani menaikkan tatapannya."Kalau begitu, selesaikan sendiri masalahmu dan buktikan kalau apa yang mereka katakan itu tidak benar."

Terdiam untuk sesaat, lebih tepatnya Regan tidak tahu harus menjawab apa.

"Kau tidak menjawab ayah?!" sentak ayahnya membuat Regan terkejut.

"Baik, Ayah."

"Kau tidak memiliki banyak waktu. Bersihkan rumor sampah itu segera."

"Baik."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status