Share

Rey Sang Idola

Ketiga temannya hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat tingkah salah satu teman mereka tidak berhenti tersenyum. Padahal, baru semalam orang tersebut menangis sambil tersedu-sedu, orang tersebut bahkan terlihat tidak punya semangat hidup lagi. Dan sekarang orang tersebut sangat berbeda 180 derajat. Dia tampak selalu tersenyum, dia ramah pada semua mahasiswa yang ada di lorong kampus. Bahkan sesekali dia tampak tebar pesona pada gadis-gadis yang ada di sana. Untung wajahnya memang tampan, jika dilihat dari keempatnya dialah yang paling tampan. Meski, ada salah satu dari mereka yang juga tidak kalah tampannya dari orang yang sedang sedikit sinting itu. 

"Rey, lu kesambet apaan sih?" tanya salah satu temannya.

Yang satunya lagi bertugas untuk mengecek kening orang yang bernama Rey itu. Yang ditanya tidak menjawab, dia masih asik tebar pesona pada gadis-gadis. Bahkan dia tidak merespon meski temamnya ada yang mengecek keningnya. Dia tetap sibuk mengedipkan matanya pada gadis-gadis yang ada di kampus ini. Dan ini memang kebiasaannya setiap hari, sebenarnya itu tidak cukup mengherankan. Hanya saja, mereka tahu semalam Rey itu nangis-nangis saat mereka berkumpul di salah satu cafe. 

"Semalem lu tidur di mana, Rey?"

"Di kosan lah, ya kali di rumah pacar lu," jawabnya enteng tanpa dosa dan itu cukup membuatnya mendapatkan jitakan dari temamnya yang bernama Arfan itu. 

"Gua serius kali, Rey," ucap Arfan kesal. 

"Lu kayak nggak tahu aja si monyet ini kan paling tidak bisa diajak serius," sanggah Dimas menimpali. Yang disebut monyet tidak merasa berdosa meski sudah membuat tamannya itu cukup kesal. 

"Gua serius, gua tidur di kosan," katanya dengan menaik-turunkan alisnya pada Naufal yang sejak tadi hanya diam saja. 

Sontak saja Dimas dan Arfan langsung melihat penuh selidik pada Naufal. Pikiran mereka sepertinya sama kali ini, meski bentukan luarnya tidak sama. "Jangan bilang lu minjemin dia duit lagi untuk bayar kosannya, Fal?" tanya keduanya kompak. 

"Yapsss ... Benar sekali." Itu bukan Naufal yang menjawab. Akan tetapi itu jawaban dari orang yang tidak tahu malu bermana Rey. Bagaimana tidak, dia sudah tiga kali meminjam uang pada Naufal untuk membayar kosannya dan tidak tahu kapan dia akan menggantinya. Pasalnya dia saat ini sedang menganggur dan tidak punya pekerjaan sampingan. Rey sudah dipecat dari restoran tempat dia bekerja karena selalu telat datang.

....

"Fal, liat deh yang di meja depan. Itu yang pake baju selutut cukup ketat, cantik dan seksi kan?" bisik Rey pada Naufal. 

Kedua temannya yang lain sedang menikmati bakso yang mereka pesan. Sedangkan bakso milik Rey belum tersentuh karena dia sibuk memandangi cewek yang pake baju warna merah selutut itu. Sungguh itu bentukan yang sangat sempurna menurut Rey, meski dia tidak berniat untuk memiliki, akan tetapi Rey sering merasa sangat terkesan dengan gadis semacam itu. Dia terlahir sempurna dan seksi. 

Naufal melihat sekilas gadis yang ditunjukkan Rey itu, kemudian Naufal berbalik menatap Rey dengan malas. Ditatapnya Rey yang masih tidak melepaskan matanya dari gadis yang sepertinya sedang asik berbincang dengan teman-temannya.

"Lu seriusan ngomong gini?" Tanya Nuafal penasaran. 

Arfan dan Dimas juga ikut menatap gadis itu setelah Naufal yang bertanya seperti itu pada Rey. Dan bagi keduanya, gadis itu memang cukup menarik. Cantik dan sangat seksi. Sayangnya gadis seperti dia belum tentu masih perawan, sulit mendapati gadis seseksi gadis itu dalam keadaan yang masih perawan. Apalagi ini di kota metropolitan, tidak ada yang benar-benar bersih dan polos.

"Ya emangnya kenapa? Seksi nggak?" tanya Rey belum mengerti dengan pertanyaan Naufal. 

Naufal hanya menarik napasnya yang terasa berat. Berapa kali dia harus ingatkan Rey soal ini. "Lu lupa lu siapa Rey?"

"Nggak, gua ingat. Gua Rey," jawab Rey sambil melihat pada Naufal. Sepertinya Rey mengerti apa yang ditanyakan Naufal. 

"Lu itu sama dia sama Rey, sama-sama perempaun," tegas Naufal pada Rey. Ini yang sering Rey lupa, meski seberapa sering Naufal mengingatkan tentang jati diri Rey sebenarnya selalu saja Rey seakan lupa akan hal itu. 

Naufal tidak pernah menyangka kalau sahabatnya yang dia kenal sejak masuk di kampus ini ternyata adalah seorang perempuan. Bagi Naufal, Dimas, Arfan dan Aisyah, ini bukan rahasia lagi. Bahkan semua dosen tahu Rey itu perempuan yang berpenampilan laki-laki. Teman-teman seangkatan juga banyak yang tahu dia itu perempuan, hanya saja masih saja ada yang dengan terang-terangan naksir berat pada Rey. Semakin hari, semakin banyak para gadis yang jatuh cinta dengan pesona Rey yang memang kelewat tampan itu. Sampai saat ini tidak ada yang tahu apa alasan Rey sebenarnya memilih berpenampilan laki-laki, setiap ditanya dia hanya bilang lebih nyaman saja. 

"Gua cuma suka lihat dia saja,  bukan berarti gua suka dia, Fal."

"Heran gua, lu itu cewek tapi suka lihat cewek seksi. Emang lu nggak ada tertariknya gitu sama cowok?" tanya Dimas sedikit penasaran. 

"Salah, yang ada cowok yang nggak tertarik sama dia. Mana ada cowo yang mau sama gadis seperti dia. Yang ada mereka entar dikira homo," seloroh Arfan.

Semuanya pun tertawa tidak terkecuali Rey. Sudah dibilang dia itu tidak akan marah meski diejek begitu, karena tidak ada perkataan teman-temannya yang dia masukkan hati. Cuma rasanya aneh saja, dia yang dihina, dia juga yang ikut tertawa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status