Share

Rey dan Keinginan Aisyah

Dosennya kali ini cukup baik karena mereka keluar setengah jam lebih awal dari jadwal biasanya. Katanya dosennya masih ada acara jadi harus keluar lebih cepat dari biasanya. Itu menjadi hal yang sangat membahagiakan bagi mahasiswa karena mereka dapat pulang lebih cepat.

Hal ini juga berlaku untuk Rey yang sangat bahagia karena dosennya keluar lebih awal. Setidaknya dirinya bisa pulang cepat dan bisa langsung tidur. Semalam dia tidur jam tiga dini hari karena mengerjakan tugas kuliah untuk hari ini. Untung dia termasuk mahasiswa dengan otak yang encer sehingga baginya tidak masalah mengerjakan tugas dalam waktu yang mepet, asal dia masih dapat nilai yang tinggi. 

Rey menghampiri bangku Naufal. Kebetulan mereka satu kelas, mereka sama-sama anak fakultas ekonomi. Sedangkan Aisyah anak fakultas pendidikan dan kedua cecurut yang lain itu sama-sama anak fakultas ekonomi hanya beda kelas dengan Rey dan Naufal. 

"Woiii ... " sapa Rey sambil menepuk pundak Naufal cukup keras. Yang ditepuk sepertinya sedikit kaget karena buku yang dia pegang harus jatuh ke lantai. Untuk menutupi kesalahannya Rey pun mengambilkan buku milik Naufal itu. 

"Nyapa itu pelan-pelan, kalau gua ada penyakit jantung gimana?" Naufal tampak kesal karena Rey yang telah membuatnya terkejut.

"Hehe ... Sorry. Gua kan udah biasa gitu sama lu dan yang lain. Selow aja kali." Rey hanya cengengesan tanpa rasa bersalah. Naufal mengelus dadanya. Dia tidak yakin untuk membicarakan ini dengan Rey. Kalau bukan karena ini adalah permintaan Aisyah,  Naufal pasti akan menolaknya.

Naufal melihat Rey dari atas sampai bawah. Saat ini Rey menggunakan celana levis berwarna hitam dengan kemeja kotak-kotak berwarna senada yang kancing depannya dia biarkan terbuka hingga terlihat kaos di dalamnya. Di pergelangan tangannya ada jam tangan hitam yang juga melingkar dengan baik. Rambut yang sedikit acak-acakan dan baru saja disisir dengan tangannya. Tidak ada hal yang menunjukkan kalau dirinya adalah seorang perempuan. Naufal ragu dengan apa yang Aisyah lihat dari sosok Rey ini. 

Rey cukup sadar jika Naufal sedari tadi melihat kepadanya. "Lu ngapain liatin gua segitunya sih, Fal?" tanya Rey tidak sabar karena dia tidak biasanya dilihat sampai segitunya. "Ada yang salah dengan penampilan gua?"

"Nggak ada."

"Terus?"

"Ya gua hanya pengen lihat teman gua sendiri. Emangnya salah?"

"Ya nggak sih," jawab Rey. "Habis ini lu masih nungguin Aisyah?"

"Iya," jawab Naufal singkat. 

"Kalau gitu gua pulang duluan deh, gua capek mau langsung tidur."

Rey sudah hendak keluar dari dalam kelas. Hanya saja Naufal langsung memanggil Rey lagi. Dia harus bicara pada Rey karena saat ini suasana kelas juga sudah sepi. 

"Iya, kenapa?" Rey masih mematung di depan pintu sambil menunggu Naufal untuk bicara. Naufal masih sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Kemudian perlahan mendekati Rey. 

"Habis ini lu ikut gua dan Aisyah makan di restoran Amanda," ucap Naufal yang langsung membuat mata Rey berbinar. Pasalnya kalau urusan makan Rey paling senang, apalagi itu gratis. Dan biasanya kalau diajak makan sama Naufal dan Aisyah itu pasti ditraktir. Hitung-hitung menghemat uangnya yang semakin menipis itu. 

"Serius? Dalam rangka apa nih? Ditaraktir kan gua?" Rey membrondongi Naufal dengan banyak pertanyaan. Sedangkan Naufal berusaha untuk tetap tampak tenang di depan Rey, agar Rey tidak curiga. 

"Iya, gua serius. Nggak dalam rangka apa-apa."

Jawaban Naufal itu membuat Rey berjoget kesenangan, Rey langsung merangkulkan lengannya pada pundak Naufal. "Lu dan Aisyah emang sahabat gua yang paling the best deh."

Keduanya keluar dari dalam kelas dengan tetap Rey yang merangkul Naufal. Itu sudah biasa mereka lakukan, karena mereka menganggap kalau mereka itu sama-sama laki-laki. Sehigga tidak ada yang aneh jika Rey merangkul Naufal seperti itu. 

....

Naufal, Aisyah dan Rey saat ini sudah ada di dalam mobil milik Naufal. Ini adalah mobil yang orang tua Naufal belikan untuk Naufal dan Aisyah agar memudahkan mereka saat bepergian. Awalnya Naufal menolaknya, akan tetapi Abi dan Uminya tetap membelikan mobil itu untuk Naufal. Akhirnya Naufalpun menggunakan mobil itu untuk kesehariannya bersama dengan Aisyah, termasuk saat pergi ke kampus.

Aisyah dan Naufal duduk di depan dengan Naufal yang mengemudi. Sedangkan Rey duduk dengan anteng di kursi belakang sambil sibuk memainkan ponselnya itu. Sepertinya dia sibuk ngegame karena sedari tadi dia tidak bicara sama sekali. Padahal anak itu biasanya tidak berhenti bicara sama sekali. Naufal mencoba untuk melihat Rey yang ada di belakang melalui kaca depan. Dan ternyata benar, Rey sedang sibuk ngegame. 

Naufal melihat pada Aisyah yang sedari tadi juga tidak bicara apa-apa. Aisyah sepertinya mengerti kalau Naufal sedang melihat ke arahnya. Aisayahpun balik menatap Naufal. 

"Apa kamu yakin akan melakukan ini?" Naufal sebenarnya tidak yakin untuk melakukan ini. Dia tidak mau mengkhianati cintanya pada Aisyah, dia sudah berjanji dari awal bahwa dia tidak akan memasukkan orang lain dalam hubungannya dengan Aisyah. Tidak disangka, saat ini Aisyah yang berusaha untuk memasukkan orang lain dalam pernikahan mereka. Meskipun orang itu adalah Rey, tetap saja ini tidak sesuai dengan apa yang sejak dulu Naufal janjikan pada dirinya sendiri dan juga pada Aisyah.

"Kenapa aku harus ragu? Aku sudah menemukan orang yang cocok untuk ini semua. Rey orangnya," kata Aisyah mantap. 

Lagi-lagi Naufal memastikan kalau Rey masih fokus pada gamenya sehingga tidak harus mendengar saat ini apa yang sedang dirinya dan Aisyah bicarakan. Dan beruntung karena Rey masih menunduk pada ponselnya, sesekali dia memekik kesal. Mungkin dia kalah dalam gamenya. 

"Kenapa harus Rey?"

"Karena padanya aku percaya, aku percaya Rey tidak akan membuatmu jatuh cinta. Rey juga tidak akan jatuh cinta padamu."

"Tapi dia sahabat kita, apa kamu tidak kasihan harus mengorbankan dia demi keinginan kita?"

"Kita sudah banyak membantu dia, sudah seharusnya dia balik membantu kita."

.... 

Makanan yang dipesan sudah tersaji di atas meja, sekarang Rey juga sudah memakan makanannya. Dia sangat senang karena setelah sekian lama setelah dia dipecat, dia tidak pernah makan seenak ini. Dia sangat beruntung memiliki teman seperti Naufal dan Aisyah yang mau mengajaknya makan dan mentraktirnya. Ini anugrah yang paling Rey senangi. 

Rey menyuapi pasta ke dalam mulut dengan penuh. Ya, Rey memesan pasta dan satu gelas jus alpukat. Makanan dan minuman kesukaannya sejak dulu. Rey tetap fokus pada makanannya, dia sama sekali tidak melihat pada sekelilingnya yang sangat rame. Jam-jam seperti ini memang semua restoran akan dipenuhi dengan pengunjung, karena jam seperti ini adalah jam untuk makan siang. Apalagi, di sebelah barat restoran ini adalah perusahaan besar yang otomatis kebanyakan karyawannya akan makan siang ke tempat ini. 

Aisyah hanya melihat Rey yang sedang makan dengan lahap itu. Makanan Aisyah sendiri dibiarkan menganggur tanpa dia sentuh. Aisyah merasa kalau Rey sangat cocok untuk dijadikan istri kedua Naufal. Sangat sesuai dengan kriteria yang dia inginkan. Wanita yang tidak cantik, karena Rey itu tampan bukan cantik. Wanita yang tidak tertarik pada pria, dan Rey wanita yang tidak bisa berdandan. Semua ada di diri Rey,  apalagi Rey juga sudah banyak dibantu oleh Aisyah dan Naufal. Ini semakin membuat Aisyah yakin untuk meminta Rey membantunya dan menikah dengan Naufal. Apalagi, Rey saat ini sedang butuh biaya hidup. Dia saat ini sedang menganggur, ditraktir makan saja dia sudah sangat senang.  Pasti ini sangat mudah untuk membuat Rey menyetujui semuanya. 

"Kok makanannya nggak dimakan?" tanya Naufal saat mengetahui makanan Aisyah tidak tersentuh sama sekali. 

Rey melihat pada Aisyah dan benar Aisyah tidak memakan makanannya, padalah punya Rey sebentar lagi akan habis makanannya. Sedangkan punya Aisyah tidak tersentuh sama sekali. "Lu nggak makan, Syah?" tanya Rey heran. 

Aisyah menggeleng, "Gua udah kenyang lihat lu makan."

"Gua jadi malu lu ngomong gitu," kata Rey sambil memonyongkan mulutnya.

"Kenapa harus malu, lu makan aja punya gua kalau kurang. Nih," Aisyah menyodorkan pasta miliknya pada Rey. 

"Jangan, gua udah kenyang," jawab Rey jujur. 

Aisyah tidak mau membuang kesempatan ini, dia harus segera bicara pada Rey. "Rey, gua sama Naufal mau ngomong sama lu," kata Aisyah yang langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Rey. 

Naufal yang juga ada di sana tampak berusaha tenang sambil terus membuang muka dari Rey. Dia tidak bisa melihat wajah Rey, dia takut Rey akan kecewa karena ini benar-benar tidak seperti yang Rey pikirkan. Sahabatnya tega melakukan ini semua demi kebahagiaannya sendiri. Mungkin kedengarannya ini sangat egois. Tapi, Naufal tidak dapat menolak permintaan Aisyah ini. Naufal tidak mau Aisyah semakin tertekan.

"Mau ngomong apa? Ngomong aja kali," Rey masih menanggapi santai perkataan Aisyah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status