"Yah, kalian udah pada habis makan?" Rey tampak kecewa saat melihat mangkok milik keempat tamannya yang sudah kosong tak bersisa. Padahal Rey baru saja bergabung dengan mereka.Rey baru saja habis mandi, untung jam-jam segini musholla kampus cukup sepi sehingga dia bisa mandi dengan mudah tanpa halangan. Dia memang sudah seringkali mandi di toilet mushalla, setiap dia datang karena kesiangan dan tidak mandi. Dia pasti akan kegerahan sendiri dan memilih mandi di toilet mushalla. Rey tidak masalah mandi di mana saja, asal dia tidak lagi kegerahan.Rey duduk di dekat Naufal, ini hanya karena di dekat Naufal tempat yang masih kosong. Sedangkan Naufal masih terlihat tidak nyaman dengan adanya Rey. Rey berusaha tidak masalah dengan itu, mungkin Naufal seperti itu karena dia yang merasa bersalah pada Rey. Toh, di sini Rey hanya niat membantu."Ya habisnya lu lama banget, lu mandi apa bertapa. Betah banget mandinya," kata Arfan menyahuti."Ya gua mandi lah, gua kan pengen keliatan tampan di
"Untung lu cepet dateng, Syah," kata Rey masih sedikit ngos-ngosan.Mereka bertiga sudah masuk mobil, Naufal juga sudah menyalakan mesinnya. Itu tandanya mereka akan segera keluar dari kampus itu. Dan Rey sangat bersyukur karena dia sudah bebas dari gadis-gadis yang tergila-gila padan. "Bukannya lu seneng mereka gituin?" tanya Aisyah sinis.Rey mengambil air dari dalam tasnya, Rey memang biasa membawa air dari kosan. Karena dia kadang suka haus saat pulang dari kampus dan dia males yang mau mampir ke toko ataupun warung. Jadi, dia berinisiatif untuk membawanya dari kosan sendiri."Apaan, gua nggak suka mereka kayak gitu. Sumpah! Mereka, tuh, agresif banget.""Ya mereka agresif karena lu memberikan mereka kesempatan Rey, mereka nggak akan seperti itu kalau nggak lu kasih kesempatan," sanggah Aisyah malas. Aisyah tidak mau menyalahkan gadis-gadis itu, karena biasanya memang Rey yang suka tebar pesona pada mereka semua. Jadi, mereka pasti merasa diberikan kesempatan untuk dekat dengan
"Kak Tasya datang ... Kak Tasya datang ....""Yeeeyyy ... hari ini kita bisa belajar karate sama Kak Tasya.""Aku mau ambil seragam karateku."Rey tersenyum ketika melihat anak-anak panti yang heboh dengan kedatangan Rey. Padahal, kali ini Rey datang hanya dengan tangan kosong. Tidak seperti saat dia masih bekerja, dia akan datang dengan membawakan mereka banyak makanan dan mainan. Sekarang, satupun Rey tidak bawa. Dia benar-benar tidak punya apa-apa sekarang. Uangnya juga semakin menipis, dia tidak tahu bisa bertahan sampai kapan dengan kondisinya yang seperti ini. Bukan Rey namanya kalau terlihat sedih dengan hal itu, Rey tidak akan pernah menunjukkan rasa sedihnya. Dia hanya perlu terlihat baik-baik saja. Dan kedatangannya ke panti ini mungkin bisa menjadi penyemangat yang bisa membuatnya lupa bahwa saat ini dirinya hanya seorang pengangguran yang tidak punya sumber penghasilan."Datang juga akhirnya si sibuk ini," seru Ibu Aminah sambil menghampiri Rey yang sudah duduk bersama de
Arfan dan Dimas pulang duluan, karena uang yang dibawa oleh Arfan itu ternyata dibutuhkan oleh bokap Dimas. Dan Arfan tidak membawa motor, dia berangkat nebeng sama Dimas. Mau tidak mau mereka pulang duluan. Sekarang hanya tinggal Rey dan Naufal yang juga akan pulang dengan Naufal yang akan mengantar Rey pulang. Meski awalnya Rey tidak mau tapi Naufal kekeh ingin mengantar pulang Rey. Rey sebenarnya tidak nyaman jika harus pulang dengan Naufal. Mungkin karena rencana pernikahan itu yang membuat Rey harus tidak nyaman. Karena sebelumnya, Naufal sudah cukup sering mengantar Rey pulang dan biasa-biasa saja rasanya, tidak seperti sekarang. "Masuk Rey," seru Naufal yang sudah ada di kursi kemudi. Rey mengangguk saja, dia akan masuk ke kursi belakang seperti biasanya. Karena Rey selalu duduk di kursi belakang jika pulang bersama dengan Naufal dan Aisyah. Dan sekarang mereka hanya berdua saja, Rey tetap akan duduk di belakang."Lu mau duduk di belakang?" decak Naufal. "Iya," jawab Rey po
Waktu bergerak sangat cepat, satu minggu berjalan tanpa terasa dan akhirnya sekarang tiba juga di hari yang akan mengubah semuanya. Tidak ada yang spesial, hanya ada beberapa orang yang diundang untuk menjadi saksi. Ya, hari pernikahan itu tiba. Mereka sepakat akan menikah di kantor KUA setempat. Baik Naufal atuapun Rey tidak ada yang berdandan. Mereka hanya mengenakan baju rapi. Jangan lupakan Aisyah yang sejak tadi sibuk menenangkan Naufal. Seolah dia benar-benar tidak masalah dengan kehadiran Rey di dalam hidup mereka. Naufal mengenakan kemeja warna putih, begitu juga dengan Rey. Keduanya sama-sama mengenakan kemeja warna putih. Aisyah sempat menawarkan kebaya yang dia kenakan saat pernikahannya dengan Naufal dulu, tapi Rey menolaknya. Dia lebih nyaman menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang."Bagaimana kalian sudah siap?" tanya bapak penghulu.Rey melirik Naufal yang tampak tegang, kemudian Rey melihat Aisyah dengan raut wajah yang terlihat seperti ragu-ragu. Rey menari
Naufal terbangun ketika sayup-sayup dia mendengar suara adzan dari masjid yang tidak jauh dari rumahnya ini. Naufal bangun sambil menggeliatkan tubuhnya, dilihatnya Aisyah yang masih sangat pulas. Naufal tersenyum melihat Aisyah masih berada di sampingnya. Aisyahnya masih menjadi orang yang paling setia berada di samping Naufal baik dalam keadaan susah ataupun senang. Naufal bergerak mendekat pada Aisyah yang masih tertidur, dengan perlahan Naufal mendekatkan wajahnya pada wajah Aisyah. Melihat Aisyah dari dekat seperti ini adalah kebiasaan Naufal yang tidak Aisyah ketahui. Karena Naufal akan melakukannya ketika Aisyah sedang tertidur dengan pulas. "Syah, bangun ... Ini sudah subuh," Naufal berusaha membangunkan Aisyah dengan suara cukup pelan. Dia tidak mau kalau Aisyahnya terkejut jika Naufal membangunkan dengan suara yang cukup nyaring. "Syah, ayo bangun.""Hmmm .."Aisyah mengucek-ngucek matanya, perlahan Aisyah membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah Naufal yan
"Masakan Aisyah emang enak banget," seru Rey dengan mulut yang masih penuh dengan nasi dan lauk pauknya.Semalam, sehabis pulang dari KUA mereka sudah larut malam dan tidak sempat untuk makan. Lebih tepatnya Naufal dan Aisyah tidak menawari Rey makan dan sekarang Rey makan sekitar jam sembilan pagi. Maklum saja jika Rey merasa sangat kelaparan. Aisyah hanya tersenyum melihat tingkah Rey itu, sedangkan Naufal hanya fokus pada apa yang dia makan. Dia tidak menghiraukan Rey yang sejak tadi mengoceh ini dan itu meski sedang makan. Aisyah tahu sekali jika Naufal sedang berusaha bersikap biasa-biasa saja setelah semua yang terjadi.Kali ini Aisyah sengaja masak cukup banyak, karena untuk saat ini dan kedepannya anggota mereka akan bertambah. Jika biasanya Aisyah hanya masak untuk dirinya dan Naufal, sekarang Aisyah juga harus masak untuk Rey. Kalau bukan karena Aisyah ingin Rey membantunya, dia tidak mungkin mau untuk menampung Rey di rumahnya. Rey sangat pecicilan dan tengil, meski memang
Rey harus berpikir cepat."Gua lagi ada di panti, gua udah lama tidak ke panti. Gua lagi mau ngajarin anak-anak karate nih," ucap Rey sambil menggingit bibir bawahnya saking takut mereka curiga. "Kok nggak ada suara anak-anak?" tanya Dimas lagi. Rey ingat, dia segera mengambil leptopnya dari dalam tasnya itu. "Ada kok, ini gua baru dari kamar mandi makanya nggak kedengeran suara mereka. Nih, kalau lu mau denger suara mereka," Rey menyetel satu video yang di mana dia sedang mengajari anak-anak karate. Untung Rey punya beberapa video anak-anak panti yang sedang latihan."Oh, gua kira lu boong sama gua.""Ya nggaklah, kalau lu nggak percaya kita video call aja yuk," ajak Rey yang tentunya dengan harapan Dimas tidak menyanggupinya. "Nggak perlu lah, gua sama Arfan langsung pulang aja. Gimana kalau sore ini kita ngumpul di cafe?"Rey cukup lega kali ini. "Cafe ya? Oke deh, sore ini gua usahain bisa. Ya udah ya, gua mau lanjut ngajarin mereka latihan."Sebelum Dimas menjawab Rey langsun