KESOMBONGAN DIBAYAR TUNAI

KESOMBONGAN DIBAYAR TUNAI

By:  Siti_Rohmah21  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
32Chapters
11.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Murni adalah seorang kakak yang egois, saat berada dalam kejayaan, ia selalu merendahkan adiknya, yang bernama Raya. Kehidupan berubah seketika, 180° berputar dan membuat Murni yang dulu sombong kini terpuruk. Tiba-tiba saja kehidupannya dirundung masalah yang tak henti-hentinya. Saat terpuruk ia lari ke keluarganya, Raya yang pernah dimaki-maki tiap kali meminjam uang pada Murni pun kini perekonomiannya membaik, saat itu berbalik seperti karma pada umumnya, gantian Murni yang merengek minta pinjaman. Apakah Raya memberikannya? Mengingat masa lalu ketika dia dulu dimaki-maki sang kakak.

View More
KESOMBONGAN DIBAYAR TUNAI Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
32 Chapters
Bab 1
[Kak Mur, aku pinjam uang 200 ribu untuk makan ada nggak?]Dengan tangan yang gemetar, aku kirimkan pesan pada kakakku. Murni Cahyani namanya, suaminya bekerja di perusahaan ternama. Hidupnya terbilang enak dan tercukupi. Tidak seperti aku yang masih kekurangan setiap kali tanggal sudah mengarah ke angka dua puluh.Tidak lama kemudian, ia membalas pesan yang telah aku kirimkan tadi.[Perasaan Lo nggak punya duit mulu, kerjaan Lo pinjem duit mulu. Enak banget Lo ngandelin gue banget untuk pinjam!]Astaga, sakit .... Aku selalu ganti uangnya setiap kali pinjam dengannya. Ia seorang kakak, apa salahnya membantu adiknya yang hidupnya masih jauh dari kata cukup.[Kalau nggak mau minjemin, nggak usah bicara begitu, Kak. Aku sakit hati bacanya. Semoga kakakku yang paling cantik sehat dan banyak uang terus.]Aku membalas pesannya sambil menghela napas panjang. Agar tak menjulur ke hati yang paling dalam rasa sakit hati ini. Agar ia tak mengalami hal yang sama sepertiku nantinya.Namaku Raya A
Read more
Bab 2
Mana mungkin karma secepat itu? Hanya hitungan bulan Kak Murni mengalami goncangan keuangan. Rasanya mustahil sekali karena tidak pernah terlihat susah hidupnya."Kak Murni minjam uang padaku? Ini aku nggak salah dengar, kan?" Aku bertanya balik kepadanya karena bukankah ia banyak uang? Aku rasa telingaku salah dengar. "Raya, Kakak serius. Kakak butuh uang besok juga jam 10 pagi harus ada 2 juta." Kak Murni menegaskan sekali lagi jumlah uang yang ia butuhkan. Aku tidak berani bertanya kenapa bisa berhubungan dengan rentenir. "Aku nggak ada uang segitu banyak, Kak." Aku berkata benar, memang saat ini aku tidak memiliki uang simpanan sebanyak itu. Uang yang kupegang hanya untuk belanja sehari-hari. Kebutuhan lainnya, diurus oleh suamiku."Adanya berapa, Ray? Kakak butuh banget," ucapnya melas. Aku jadi tidak tega mendengarnya."Dua juta ada Kak, namun untuk aku masak nanti bagaimana? Kakak sudah pinjam dengan Mama?" tanyaku."Kakak nggak berani, khawatir Mama mikirin Kakak," ucapnya.
Read more
Bab 3
Flashback setahun lalu.Saat itu aku nggak tahu bahwa sebenarnya aku ini sedang hamil. Namun, saat pendarahan hebat, aku dan Mas Fariz tidak memiliki uang sama sekali.Kebetulan Kak Murni sedang bermalam di rumah mama. Aku menghubungi mama terlebih dahulu untuk mencari pinjaman uang. Memang aku tak pernah punya simpanan uang, jadi saat-saat urgent seperti ini membuat repot semua orang."Mas, ini kok aku keluar darah banyak? Mulesnya juga nggak tahan sakitnya." "Gimana, ya Dek. Mas juga nggak ada uang untuk bawa ke rumah sakit," ucapnya."Kalau pinjam Bos dulu gimana, Mas?" tanyaku."Bos kan orang lain, Dek. Apa tak sebaiknya pinjam saudara dulu?" "Ya sudah aku hubungi Mama," ucapku."Hallo, Mah. Mah perutku sakit terus keluar darah, aku takut sekali. Mau ke rumah sakit tapi nggak ada uang." Mama menyimak ucapanku melalui sambungan telepon."Ya Allah, bawa ke rumah sakit sekarang, nanti Mama suruh Murni transfer. Yang penting kamu selamat dulu," ucapnya menenangkan. Akhirnya aku berg
Read more
Bab 4
"Bagaimana, Mas? Kok melamun?" tanyaku pada Mas Fariz yang sedari tadi aku liat terdiam."Ya sudah, kebetulan aku masih pegang uang di ATM. Itu kamu pegang saja untuk masak sebulan. Kak Murni pakai uang di ATM." Ucapan Mas Fariz membuatku merasa tidak enak. Ternyata suamiku memiliki hati yang lapang. "Terima kasih, Mas. Semoga Allah selalu lancarkan rezeki Mas Fariz," ucapku. "Aamiin."***Pagi ini, tepat hari minggu. Biasanya kami berdua berkunjung ke rumah mama. Mas Fariz pun sudah bersiap-siap untuk berangkat.Namun, ada yang terlupakan. Aku lupa minta rekening Kak Murni, karena memang Kak Murni baru kali ini pinjam uang. Setiap kali aku pinjam, selalu aku kembalikan dengan uang cash. Jadi nomer rekeningnya belum aku simpan.Aku coba kirim chat meminta nomer rekeningnya. Agar Mas Fariz segera mengirimkan uang yang Kak Murni butuhkan.[Kak, nomer rekeningnya. Mas Fariz ingin transfer.][Ini Bank BCA Murni Cahyani 1111111111. Kirain nggak jadi minjemin.]Aku berikan nomer rekeningn
Read more
Bab 5
Tante Lira belum juga menjawab pertanyaan ada apa ke rumah Kak Murni. Ia dan Om Dio masih belum membuka rahasia yang mereka sembunyikan. Namun, mama terus memaksa adiknya.Mungkin karena penasaran, awalnya juga tadi Mama tidak ingin mencari tahu apa yang mereka rahasiakan. Namun, gelagatnya Tante Lira membuat kami jadi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Kalau elu nggak mau cerita, gue telepon Murni sekarang." Mama mengancamnya. Sehingga membuat Tante Lira menyergap ponsel yang mama pegang."Iya Kak. Lira cerita," sahutnya. Bahasa mama ke Tante memang memakai bahasa teman. Namun Tante Lira tetap menghargai seorang kakak ia tidak berani bicara seperti teman."Bukan apa-apa, Lira. Gue takut anak pada kelilit utang, kasihan nantinya kalau nggak diingetin dari sekarang," ucap mama menjelaskan rasa penasarannya. Bukan ingin ikut campur urusan orang, namun khawatir dengan Kak Murni dan keluarganya."Iya, Kak. Semalam Murni minjam uang 3 juta. Lira adanya cash, emang sekalian mau main
Read more
Bab 6
POV Murni"Kalau besok nggak ada duit 5 juta gue ambil mobil elu, Murni."Tia menagih uang setoran yang sudah jatuh tempo. Aku memiliki utang dengannya 30 juta dan harus dicicil sebulan 5 juta rupiah perbulan selama 10 bulan. Aku terpaksa ngutang dengan Tia karena usaha perkreditan barangku kini bangkrut. Ini disebabkan orang yang kredit kebanyakan kabur tanpa meninggalkan jejak. Uang 30 juta tersebut aku pakai untuk nutupin cicilan-cicilanku. Pendapatan dari kredit barang sekitar 7 juta perbulan lenyap tak tersisa. Dalam waktu 3 bulan ini yang bersangkutan lari. Akibatnya aku tidak bisa membayar cicilan rumah dan mobil yang masih tersisa 2 tahun ini. Gaji suami sudah habis terpotong dengan cicilan modal saat usaha masih berjalan."Sabar kenapa Tia, 5 juta gue bayar besok!" sahutku dengan nada kesal."Elu sewot sekarang, Mur, ditagih orang?" tanya Tia dengan nada sombongnya."Bukan sewot, kesel aja elu mah nggak inget temen nagihnya dah seperti rentenir." Aku kesal dengan Tia yang me
Read more
Bab 7
Sesuai janji yang Kak Murni lontarkan. Aku harus menagihnya. Ini juga karena ada kebutuhan mendesak yang akhirnya aku harus tagih uang yang telah Kak Murni pinjam.Mas Fariz pun sudah berencana uang yang akan diganti oleh Kak Murni untuk transfer ibunya Mas Fariz. Aku akan merasa bersalah jika Kak Murni tak menepati janjinya.Segera aku tanyakan melalui chat WhatsApp karena sejak tadi aku tunggu belum ada kabar darinya.[Kak, bagaimana uang yang 2 juta? Aku ada keperluan mendesak untuk mertua.] Pesan yang aku kirimkan lumayan lama tak dibaca olehnya."Gimana, Dek? Dibalas nggak?" tanya Mas Fariz. Aku menggelengkan kepala. Lalu Mas Fariz mengecap bibirnya seraya kesal."Kamu nyesel, Mas, minjemin uang ke Kak Murni?" tanyaku agak sedikit sensitif. Bagaimanapun Kak Murni adalah kakakku, ia juga sering membantu saat aku susah dulu.Mas Fariz terdiam, wajahnya tampak murung saat Kak Murni tak kunjung membalas chatku."Aku kira kamu tahu kenapa aku murung, bukan karena belum ada balasan dar
Read more
Bab 8
"Maaf Tante, kenapa kemarin Tante bohong, bilang Kak Murni pinjam untuk usaha dagang?"Seingat aku, kemarin Tante Lira bilang bahwa Kak Murni minjam uang untuk modal usaha."Tante khawatir Mama kamu kepikiran.""Mama sudah tahu, Tante. Dari aku, saat Kak Murni minjam aku tanya Mama dulu.""Iya Raya, Tante hanya khawatir Mama kamu mikirin.""Uang Tante sudah diganti Kak Murni?" "Belum, Ray. Katanya malam ini.""Oh, aku juga belum.""Kamu juga dipinjam oleh Murni?" Astaga, aku keceplosan. Nanti Tante Lira bilang pada Kak Murni, lalu ia marah padaku, bagaimana?"Tante jangan bilang pada Kak Murni, ya. Sebenarnya dia minjam 2 juta di waktu yang sama dengan Tante.""Hem, tuh kan. Dulu aja dia selalu curhat tentang kamu yang ngandelin dia. Sejak kamu menikah dengan Fariz jadi senang ngutang uang Murni. Eh, sekarang ia yang pinjam uang kamu. Roda berputar Raya, sekarang dia ngerasain susah.""Tante jangan ngomong ini pada Mas Fariz, ya. Aku tidak enak dengan Mas Fariz. Sebenarnya kasihan de
Read more
Bab 9
Aku raih ponsel yang tergeletak di atas meja. Seperti biasa aku bercerita pada mama agar hubunganku dengan Kak Murni kembali rukun. Jika seperti ini, biasanya Kak Murni akan marah padaku dan tidak menegur jika bertemu. Ia keras kepala seperti batu. Selalu aku yang mengalah di setiap permasalahan hubungan saudara."Assalamualaikum, Mah.""Waalaikumsalam, Raya. Ada apa, Nak?" tanya mama."Nggak apa-apa, Mah," sahutku namun diiringi isakan tangis. Mama yang di seberang sana pun dengar."Nggak apa-apa gimana? Kamu nangis, terdengar di telinga Mama." Padahal Kak Murni hanya chat seperti itu. Namun terbawa sampai ke hati. Bukan kata-kata Kak Murni yang membuatku sakit hati tapi tingkah Tante Lira yang bicarakan aku di belakang, itu yang membuatku sakit hati. Kenapa sesama saudara saling bicarakan saudaranya?"Itu, Mah. Kak Murni.""Kenapa? Belum ganti uang kamu?" "Sudah, Mah. Namun, katanya terima kasih sudah bicarakan utangnya pada Tante Lira." Tangisku semakin mendera. Mama yang mendenga
Read more
Bab 10
Telepon masuk kembali. Namun, itu dari Tante Lira. Sebenarnya sudah malas ngeladeninnya tapi kalau tidak aku angkat dia nanti chat panjang lebar."Hallo, Tante.""Hallo, Raya. Kamu di mana?""Di rumah, ada apa?""Ini loh, barusan Tante ada yang hubungi. Si Murni punya pinjaman online, teleponnya nggak aktif jadi nelepon ke Tante.""Jangan diladeni, kan dulu aku pernah kejebak pinjaman online. Meskipun nggak banyak, Tante juga kena telepon, kan?" Aku mencoba mengingat kenangan suram masa lalu."Loh Tante nelepon kamu untuk ingatkan waktu itu kamu kena begini Murni bicarakan kamu ke mana saja. Itu karma buat dia, Raya." Aku jadi makin malas bahas apapun pada Tante Lira. Semua ia bicarakan dengan orang lain. Malah disampaikan lagi padaku, bikin sakit hati saja.Daripada ia bicara panjang lebar dan aku jadi kesal, lebih baik aku sudahi saja pembicaraan ini."Tante, udahan dulu ya. Aku mau masak," ucapku pamit."Yah, ya sudah. Kamu jangan bilang tahu dari Tante ya!" pesannya. Selalu ia tek
Read more
DMCA.com Protection Status