Share

Bab 9

Aku raih ponsel yang tergeletak di atas meja. Seperti biasa aku bercerita pada mama agar hubunganku dengan Kak Murni kembali rukun. Jika seperti ini, biasanya Kak Murni akan marah padaku dan tidak menegur jika bertemu. Ia keras kepala seperti batu. Selalu aku yang mengalah di setiap permasalahan hubungan saudara.

"Assalamualaikum, Mah."

"Waalaikumsalam, Raya. Ada apa, Nak?" tanya mama.

"Nggak apa-apa, Mah," sahutku namun diiringi isakan tangis. Mama yang di seberang sana pun dengar.

"Nggak apa-apa gimana? Kamu nangis, terdengar di telinga Mama." Padahal Kak Murni hanya chat seperti itu. Namun terbawa sampai ke hati. Bukan kata-kata Kak Murni yang membuatku sakit hati tapi tingkah Tante Lira yang bicarakan aku di belakang, itu yang membuatku sakit hati. Kenapa sesama saudara saling bicarakan saudaranya?

"Itu, Mah. Kak Murni."

"Kenapa? Belum ganti uang kamu?"

"Sudah, Mah. Namun, katanya terima kasih sudah bicarakan utangnya pada Tante Lira." Tangisku semakin mendera. Mama yang mendenga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status