Mendengar perkataan Kasih, tanpa pikir panjang lagi, Faith mulai membalas ciuman istrinya dan melakukan beberapa penyerangan.Sambil dia juga tetap fokus mendorong kembali alat tempur miliknya ke dalam gua sempit milik Kasih."Sempit ... sungguh sangat sempit di dalam sana." ucapnya dalam hati.Faith terus mendorong masuk alat tempurnya itu. Sambil menatap istrinya yang berusaha menahan sakit..Hingga disatu ketika, "Krek ...." Seperti ada suara sobekan yang berasal dari dalam inti tubuh istrinya.Bersamaan dengan itu, Kasih menjerit kesakitan,"Ahhh .... Sakit!" Tangisannya tiba-tiba pecah. Faith segera memeluk istrinya. Lalu membisikkan sesuatu di telinga istrinya."Terima kasih, Sayang. Kita berhasil. Mulai saat ini kamu hanyalah milikku, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya denganmu dan kehidupan keluarga kecil kita, bersama anak-anak kita nanti." ucapnya sambil tersenyum bangga.Faith pun penasaran apa yang telah terjadi di bawah sana. Dia pun segera mencabut alat temput mi
Selama dua hari lamanya, pasangan suami istri itu hanya menghabiskan waktu mereka di dalam kamar sambil melakukan ritual suci tentunya, olah raga ranjang yang telah menjadi favorit Faith sejak menikah dengan Kasih. Namun di hari berikutnya, Faith pun mengajak istrinya ke Playa d'en Bossa.Bagi pecinta pantai, Playa d'en Bossa adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Dengan panjang lebih dari dua kilometer, pantai indah ini menawarkan air jernih, pasir putih halus, dan beragam klub pantai dan bar. Di sini, para pengunjung dapat bersantai, menikmati berbagai olah raga air, atau menari sepanjang hari dengan musik dari DJ terkenal di klub-klub terkenal seperti Ushuaïa dan Hi Ibiza. "Mas, keren banget tempat ini!" puji Kasih."Kapan-kapan kita balik ke sini, ya? bersama anak-anak kita kelak," ucap Faith kepada istrinya."Benarkah, Mas?" Faith mengangguk pasti."Iya, Sayang! Seluruh hidupku dan semua fasilitas dan penghasilan yang aku miliki tentu saja hanya untuk menyenangkan mu dan anak
Di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta pusat, terlihat seorang dokter cantik dan ramah sedang menemani seorang nenek di taman yang berada di samping rumah sakit itu.Keduanya terlihat sangat akrab, dengan telaten, dokter cantik itu menyuapi sang nenek. Walau pun beberapa kali sang nenek menolak makanan dari dokter itu."Oma ... Oma harus banyak makan, biar Oma bisa cepat sembuhnya. Terus kalau sudah sembuh, Oma bisa kembali pulang ke rumah." bujuk dokter Kasih, yang sedang bersama dengan Oma Meri saat ini."Untuk apa Oma sembuh? Oma tidak mau sembuh! Tidak ada gunanya Oma sembuh. Semua orang tidak ada yang peduli sama Oma. Hanya kamulah dan keluargamu yang benar-benar peduli sama, Oma." ucap Oma Meri, marah."Oma, jangan berkata seperti itu. Tidak baik ... nanti Oma semakin parah sakitnya, Kasih tidak mau sesuatu terjadi kepada Oma. Kasih sangat menyayangi Oma. Walaupun orang lain tidak peduli dengan kesehatan Oma. Tapi, masih ada Kasih di sini yang akan selalu merawat Oma. Harapan
"Ti ... tidak kok, Oma. Hanya saja saat ini Faith sedang fokus menangani sebuah proyek besar di sana." sergah Daddy Heru, mencoba menjelaskan semuanya kepada sang ibu."Memangnya tidak ada orang lain yang bisa kamu percayai untuk menangani proyek itu, Heru?" ketus Oma Meri."A ... ada sih, Oma. Tapi kan Faith lebih unggul dari yang lainnya. Apalagi dia seorang CEO yang sangat handal dibidangnya." Tuan Heru terus berbicara mengenai proyek itu dan menjelaskan peran besar sang putra, dalam keberhasilan proyek itu.Sang istri, Nyonya Rara terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat tingkah suaminya yang lebih mementingkan pekerjaan di perusahaan dibandingkan dengan kesehatan ibu kandungnya sendiri. Sementara Oma Meri menatap tajam ke arah putranya."Oh jadi kamu lebih mementingkan urusan perusahaan, Heru? Apakah kamu masih kekurangan uang?" sindir Oma Meri."Bu ... bukan begitu, Oma.""Jadi, apa? Atau kamu menunggu ibumu ini tidak ada lagi di dunia ini, baru kamu merasa lega?" isak
Wajah khawatir mulai muncul dari raut muka Tuan Heru. Dia juga ikut melihat ke arah ranjang berada. Di mana sang ibunda sedang tidur. Dengan lengan yang dipasangi infus, dan beberapa alat kesehatan lainnya. Tiba-tiba timbul rasa belas kasih di hatinya. Tuan Heru tidak mau terjadi sesuatu kepada orang tuanya satu-satunya, itu. Bahkan Tuan Heru tak kuasa menahan air matanya. Yang tiba-tiba saja keluar membasahi pipinya. Dia baru saja memikirkan bagaimana jika seandainya sesuatu yang tak diinginkan, terjadi kepada sang ibunda.Tentu saja Tuan Heru tidak mau jika semua itu kan terjadi di dalam dunia nyata. Pasti dia akan menyalahkan dirinya sendiri. Jika terjadi sesuatu kepada sang ibunda.Lalu dengan cepat, Tuan Heru berkata, "Dokter, tolong cepat katakan. Apa yang harus kami lakukan saat ini kepada Oma Meri?"Dokter Roland terlihat menghela napasnya panjang. Lalu berkata lagi,"Untuk meringankan beban Oma Meri. Ada baiknya, Tuan dan Nyonya menuruti setiap keinginan darinya. Beberapa
Namun belum sempat Bik Sani menjelaskan jika dokter cantik itu adalah anaknya, Oma Meri malah berkata,"Kasih ... cucu Oma yang cantik. Kamu sudah datang, Sayang?""Apa? Kasih?" tukas, Tuan dan Nyonya Hoewar secara serentak."Sini, Sayang. Kamu ke Oma. Sekalian bawa bekal makan siang itu. Sudah waktunya kamu menyuapi Oma. Oma sudah sangat kelaparan, saat ini." uucap Oma Meri senang, melihat Kasih yang telah datang di ruang rawatannya. "I ... iya, Oma." Lalu Kasih pun mengambil bekal makan siang dari ibunya. Lalu membawanya lebih dekat ke samping Oma Meri.Dengan telaten Kasih mempersiapkan makan siang untuk Oma Meri. Tuan dan Nyonya Hoewar tak henti-hentinya terus memandang ke arah Kasih. Sepertinya kedua orang tua itu terkagum-kagum kepada Kasih yang dengan sabar melayani setiap tingkah aneh dari Oma Meri.Bahkan Kasih dengan cepatnya, mampu merayu Oma Meri agar tidak memilih-milih makanan saat sakit.Lalu karena sangat penasaran, Nyonya Rara pun bertanya kepada Bik Sani."Bik, ap
Pak Danu yang ditanya mengenai pertanyaan menohok itu. Sejenak terdiam. Dia bingung akan menjawab apa. Semuanya serba tiba-tiba.Pak Danu belum sempat berdiskusi dengan istrinya. Apalagi yang menjadi calon suami putrinya, adalah anak majikan yang paling dirinya segani. Terlebih lagi Pak Danu juga belum sempat berbicara dengan anaknya, dokter Kasih. Mengenai perjodohan ini.Akan tetapi dilain sisi, Pak Danu berada di dalam ruang rawatan Oma Meri. Saat dokter Roland menjelaskan perjalanan penyakit sang oma. Yang membuat dirinya semakin dilema.Namun Keluarga Pak Danu bukanlah kacang yang lupa pada kulitnya. Dia sadar betul begitu banyak bantuan yang diberikan oleh keluarga majikannya, kepada mereka. Terlebih pada sekolah putrinya, Kasih. Dengan cuma-cuma Oma Meri membayar semua biaya sekolah Kasih sejak dirinya kecil, sampai dia menyandang gelar sarjana pada jurusan kedokteran.Pak Danu berpikir sudah waktunya keluarganya, membalas kebaikan majikan selama ini kepada mereka."Sa-ya meny
"Tapi ... Vin. Hanya aku yang cinta sendiri. Tidak dengannya." lirih Kasih, sedih."Hei, kamu jangan bersedih begitu, Kasih. Kamu kan sangat cantik. Kamu bisa menggodanya dengan paras cantikmu. Apalagi, semua orang mendukungmu. Keluarganya pun, sangat mendukung mu, kan?""Iya sih, tapi tetap saja. Aku masih ragu. Entah lah, Vin. Apalagi aku tuh, tidak pernah sekali pun ngobrol dengannya. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saja." lirihnya, semakin sedih.Kasih pun semakin larut dalam kesedihannya. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengusir kegundahan hatinya.Malam hari pun tiba, semua anggota keluarga Pak Danu sedang berkumpul di sebuah ruangan di dalam rumah kecil milik majikannya, yang telah mereka tempati sejak dahulu kala.Bu Sani duduk di samping suaminya. Menunggu anak mereka Kasih yang masih berada di dalam kamar.Tak berapa lama, Kasih pun keluar dari kamarnya, dan mulai bergabung duduk di sofa sederhana yang ada di ruangan itu.Lalu sang ayah pun mulai angkat bicara,"Ma