Share

BAB. 4 Calon Menantu Keluarga Hoewar

Namun belum sempat Bik Sani menjelaskan jika dokter cantik itu adalah anaknya, Oma Meri malah berkata,

"Kasih ... cucu Oma yang cantik. Kamu sudah datang, Sayang?"

"Apa? Kasih?" tukas, Tuan dan Nyonya Hoewar secara serentak.

"Sini, Sayang. Kamu ke Oma. Sekalian bawa bekal makan siang itu. Sudah waktunya kamu menyuapi Oma. Oma sudah sangat kelaparan, saat ini." uucap Oma Meri senang, melihat Kasih yang telah datang di ruang rawatannya. 

"I ... iya, Oma." Lalu Kasih pun mengambil bekal makan siang dari ibunya. Lalu membawanya lebih dekat ke samping Oma Meri.

Dengan telaten Kasih mempersiapkan makan siang untuk Oma Meri. Tuan dan Nyonya Hoewar tak henti-hentinya terus memandang ke arah Kasih.  

Sepertinya kedua orang tua itu terkagum-kagum kepada Kasih yang dengan sabar melayani setiap tingkah aneh dari Oma Meri.

Bahkan Kasih dengan cepatnya, mampu merayu Oma Meri agar tidak memilih-milih makanan saat sakit.

Lalu karena sangat penasaran, Nyonya Rara pun bertanya kepada Bik Sani.

"Bik, apakah benar itu Kasih, putrimu?"

"I ... iya, Nyonya." jawab Bik Sani, takut jika Nyonya Rara marah karena Kasih terlihat akrab dengan Oma Meri.

Bahkan wanita tua kaya raya itu, menyebut Kasih sebagai cucunya.

"Putri mu sangat cantik, Bik." puji, Nyonya Rara.

"Te ... terima kasih, Nyonya." sahut, Bik Sani.

Nyonya Rara sangat kaget. Karena Kasih, anak dari ART kepercayaan Keluarga Hoewar yang telah berubah menjadi gadis dewasa dan memiliki paras yang sangat anggun dan menawan.

Terakhir kali dirinya melihat Kasih. Saat anak itu masih duduk di bangku SMA. Padahal Keluarga Pak Danu tinggal di paviliun yang berada di samping Rumah utama Keluarga Hoewar. 

Nyonya Rara juga baru menyadari betapa sibuknya dia selama ini. Sampai-sampai, orang-orang yang berada di sekitarnya tidak dirinya ketahui perkembangannya.

Buktinya Kasih yang dulunya masih kecil. Kini telah menjelma menjadi gadis dengan paras yang sangat cantik.

"Rara, Heru. Kenapa dari tadi kalian melihat ke arah Kasih sampai segitunya?" selidik, Oma Meri.

"Jujur kami kaget, Oma. Kasih sudah menjadi wanita dewasa saat ini." tukas, Nyonya Rara.

"Yap. Benar apa yang dikatakan oleh Rara. Dulu Kasih masih anak kecil. Sekarang sudah dewasa, ya?" sergah, Tuan Heru.

"Jadi kalian berdua tidak mengenali Kasih?" tanya sang oma.

"Tidak, Oma." jawab kedua orang tua itu, secara bersamaan.

"Nah inilah akibat karena kalian terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sampai-sampai orang di sekitar kalian.

Kalian tidak tahu perkembangannya." ketus, sang Oma.

"Ya maaf, Oma. Namanya juga mengurus perusahaan, ya ... pasti sibuklah." tutur Tuan Heru, membela diri.

"Oma ... setelah makan. Oma minum obat, ya?" seru Kasih, kepada Oma Meri.

"Iya, Kasih. Oma akan menuruti semuanya asalkan kamu tetap berada di samping Oma dan terus menjaga Oma."

"Aku pasti akan selalu berada di samping Oma, kok." sahut, Kasih.

"Kasih, kamu sudah dewasa, ya? Dulu terakhir melihatmu saat kamu masih duduk di bangku sekolah." tutur Nyonya Rara, masih terkagum-kagum kepada Kasih.

"I ... iya, Nyonya. Te-rima kasih." Entah kenapa, sejak dulu. Kasih sangat segan dengan Nyonya Rara. Dia takut sang nyonya memarahinya, karena sangat akrab dengan Oma Meri.

Padahal pada kenyataannya, Nyonya Rara sama sekali tidak membenci Kasih. Malah sebaliknya. Sang nyonya sangat kagum kepada Kasih. Selain berparas cantik, Kasih juga sangat cerdas. Buktinya dia dapat menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan meraih gelar dokter seperti saat ini.

Bahkan Nyonya Rara, menginginkan Kasih menjadi menantunya. Namun hal itu, hanya dirinya simpan di dalam hatinya. Karena dia tahu, tidak mungkin anggota Keluarga Hoewar mau menerima Kasih. Karena status sosial mereka yang sangat jauh. 

Kasih hanyalah anak dari seorang art yang bertahun-tahun hidup berdampingan dengan Keluarga Hoewar.

Namun Nyonya Rara berharap sebuah keajaiban akan terjadi. Sehingga Kasih bisa menjadi menantunya. Yang dapat mendampingi putranya, Faith yang terkesan sangat dingin dengan perempuan. 

Sejak Faith remaja bahkan sampai umurnya genap dua puluh delapan tahun, saat ini. Tak pernah sekali pun Faith dekat dengan seorang wanita. 

Hal itu menjadi kekhawatiran tersendiri dalam hati Nyonya Rara sebagai ibu kandung, Faith. Untuk itu dia berpikir jika Kasih sangat cocok untuk mendampingi putranya. Karena memiliki sifat yang sangat sabar. Bahkan Oma Meri yang sangat rewel pun dapat ditaklukkan olehnya.

"Baiklah, karena semua sudah berkumpul. Saya ingin menyampaikan sesuatu." Tiba-tiba saja Oma Meri yang baru selesai minum obat dibantu oleh Kasih. Mulai angkat bicara.

"Kasih mendekatlah ke sini." Tutur Oma Meri, karena melihat Kasih yang mulai menjauh dari Oma Meri.

"I ... iya, Oma." ucapnya, gugup lalu mulai mendekat kepada sang Oma.

Sesampainya di dekat Oma Meri. Wanita tua rentah itu, segera menggenggam erat tangan Kasih. 

"Kamu jangan ke mana-mana, Kasih. Jangan mencoba menjauh dari Oma, karena Oma akan berbicara sesuatu yang berhubungan denganmu." tutur Oma Meri, lembut.

"I ... iya, Oma. Maaf." ucapnya, gugup. Kasih sama sekali tidak tahu apa yang akan disampaikan sang oma kepada semua orang di ruangan itu.

 

"Saya ingin menyampaikan jika Kasih adalah calon menantu satu-satunya Keluarga Hoewar. Saya akan menjodohkannya dengan Faith. Pernikahan akan dilaksanakan secepatnya. Apakah ada yang keberatan dengan keputusan saya, ini?" tutur Oma Meri, sambil menatap satu per satu wajah orang-orang yang ada di ruangan itu.

Sementara Kasih, begitu sangat kaget dengan perkataan Oma Meri. Tangannya seketika merasa dingin. Dia seperti orang yang sangat syok. Pria yang selama ini diam-diam dirinya, cintai sejak kecil. Malah akan menjadi calon suaminya. Bahkan untuk menatap wajah pria itu, dia tidak sanggup. Apalagi akan menjadi istrinya.

Hal ini terlalu tiba-tiba baginya. Kasih tentu saja kurang setuju dengan ucapan Oma Meri.

"O ... Oma, sa ... saya ...." lirih, Kasih.

Namun belum sempat Kasih selesai berbicara. Nyonya Rara segera angkat bicara.

"Saya sangat setuju dengan keputusan Oma Meri. Kasih memang yang paling cocok, untuk mendampingi Faith. Kasih ... saya mendukungmu! Daddy bagaimana menurutmu?" tukas sang nyonya, sambil menatap penuh rasa sayang kepada Kasih.

"Ta ... tapi, Nyonya ...." Kasih terus saja ingin mencoba menolak perjodohan itu.

Namun perkataan Tuan Heru, malah membuatnya semakin tak berdaya, 

"Daddy juga setuju. Faith orangnya sangat kaku dan dingin. Sangat cocok didampingi oleh Kasih yang terlihat ceria dan bersahabat." serunya, ikut mendukung keputusan sang oma dan istrinya.

Apalagi mengingat kondisi Oma Meri yang sedang sakit parah. Semakin membuat Tuan Heru menjadi tidak tega kepada ibu kandungnya itu.

"Bagaimana pendapatmu Danu? Apakah Anda setuju dengan perjodohan ini?" tanya Tuan Heru, kepada asistennya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status