Share

Chapter 8

"Ardi, Ardi, bangun. . Kamu kenapa". Jessy menepuk-nepuk pipi Ardi agar segera bisa sadar dari tidurnya.

"Hah...? Jessy, kenapa aku bisa ada disini?". Tanya Ardi dengan rasa terkejut dan juga trauma.

"Tadi waktu aku mau ngasih makanan ini, aku dengar kamu teriak-teriak. Jadi aku masuk aja, soalnya pintu depan enggak kamu kunci. Kamu mimpi apa tadi?". Jelas Jessy sambil memberikan air yang dia ambil dari atas meja belajar Ardi.

Setelah selesai minum, Ardi bertanya kembali pada Jessy.

"Jessy, apa kamu ada dikejar oleh preman pada saat kita pulang tadi?". 

"Preman? preman apa? setelah makan tadi, kita kan langsung pulang". Jawab Jessy.

"Syukurlah". Ardi langsung memeluk Jessy kemudian menangis. "Jessy, aku sangat takut, sangat takut. Kenapa aku selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini, kenapa?". Dengan meneteskan air matanya, Ardi masih terus memeluk Jessy dengan erat.

"Ardi, mimpi buruk pasti pernah di alami oleh semua orang. Aku juga sering mengalami mimpi buruk". Jawab Jessy menenangkan Ardi.

"Tapi, mimpi ini berbe-  hik -da daripada mimpi buruk lainnya yang pernah aku alami. Hik,  Ini sangat mengerikan, aku..., aku takut sekali". Kata Ardi yang perkataannya terpotong-potong karena sambil menangis tersedu.

Jessy menenangkan Ardi, dia memeluk Ardi dengan lebih erat lagi, sambil mengusap rambutnya, Jessy menenangkan dia lagi.

"Sudah, lebih baik kamu cuci muka, mandi, lalu makan. Ini sudah malam, dan nanti aku temani  kamu untuk makan malam". Ardi kemudian menuruti perkataan Jessy, dan kemudian mengambil handuknya lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, dan memasang pakaiannya, Ardi menghampiri Jessy yang saat ini tengah menyiapkan makanan di atas meja untuknya.

"Gimana? Perasaan kamu udah mendingan kan?". Ujar Jessy.

"Lumayan".

Setelah itu, mereka berdua makan malam bersama.

Tanpa menanyakan apapun, Jessy menatap Ardi yang sedang menikmati makanannya. Dia memikirkan apa yang sebenarnya Ardi mimpikan tadi, tapi dia tidak ingin menanyakan hal tersebut agar Ardi tidak kembali merasa takut. Selama mereka berdua berteman, baru kali ini dia melihat Ardi begitu ketakutan sampai menangis. 

Ardi baru menyadari kalau dia dari tadi ditatap oleh Jessy, lalu dia langsung membalikkan badannya kemudian melanjutkan makannya.

"Kenapa makannya gitu? Kayak aku mau minta aja". Ujar Jessy kepadanya.

"Soalnya tatapan kamu itu menganggu". 

Jessy tertawa mendengar perkataannya, kemudian menyuruh Ardi untuk makan seperti biasa di atas meja.

"Sudahlah, enggak usah dipikirin. Perasaan kamu gimana? Apa udah mendingan?". Tanya Jessy dengan sedikit ragu. Dia takut jika Ardi tiba-tiba merasa trauma kembali.

"Aku masih agak takut, mimpi kali ini sangat mengerikan. Jessy, apa kamu mau temani aku tidur malam ini?. Aku takut sekali". Tanya Ardi dengan suara yang agak kecil, dia merasa malu meminta pertolongan seperti itu kepada seorang perempuan.

"Hah?".

 Jessy tau ini adalah permintaan yang sangat aneh, soalnya apa yang harus dia katakan kepada orang tuanya jika dia menginap di rumah Ardi. Dan juga, mereka berdua sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Tapi Jessy cukup paham dengan perasaan Ardi, dan dia tau kalau temannya itu tidak pernah berpikiran yang buruk ataupun negatif kepada setiap orang. Tapi jika rasa usilnya muncul, maka hal itu sudah tidak berlaku lagi.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Jessy mengabulkan permintaan Ardi. Tapi sebelum itu dia menelepon ibunya terlebih dahulu. "Ma, apa aku boleh menginap di tempat Ardi malam ini?. Dia sepertinya mengalami trauma dengan mimpinya, apalagi dia di rumah sendirian". 

"Kalau Ardi berani macam-macam, gunakan aja langsung ilmu beladiri yang pernah kamu pelajari di kegiatan ekstrakurikuler selama ini". Kata ibu Jessy dengan nada mengejek.

"Mama bisa aja, ya udah kalau gitu. Aku tutup teleponnya, dah ma". 

  

Setelah mendapatkan persetujuan dari ibunya, Jessy kemudian mengatakan suatu syarat untuk Ardi.

"Aku mau aja tidur satu kamar sama kamu, tapi tempat tidurnya harus berbeda. Dan juga, aku mau tempat tidur aku itu yang empuk". 

"Baik, akan aku siapkan untuk kamu". Jawab Ardi dengan rasa senang.

Setelah selesai makan, Ardi langsung mendatangi kamar tidur milik adiknya dulu, dan kemudian memindahkan tempat tidur milik adiknya ke kamarnya untuk Jessy. Tempat tidur itu memiliki roda pada setiap kakinya, sehingga tidak terlalu sulit bagi Ardi untuk memindahkannya seorang diri.

Setelah itu, mereka berdua saling bercerita cukup lama sampai tidak sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Karena melihat Jessy yang sudah menguap, akhirnya Ardi menyuruh dia untuk segera tidur. 

Keesokan paginya, mereka kemudian pergi ke sekolah seperti biasanya, dan juga menjalankan kegiatan sekolah seperti biasanya. Tapi, pada saat perjalanan pulang, ada hal aneh yang terjadi pada Ardi.

Pada saat pulang, dia melihat seorang anak yang di disiksa oleh beberapa orang. Anak itu di tendang-tendang dan bahkan dipukul menggunakan balok kayu. Ardi  melihat kejadian yang ada didepannya saat ini sama seperti mimpinya kemarin, sehingga membuat dia tidak berani menolong anak itu. Tapi Jessy yang ada di belakangnya tidak tega melihat anak yang seumuran dengan mereka itu di hajar oleh orang yang berbadan cukup besar, sehingga dia menyuruh Ardi untuk segera berhenti dan menolong dia. Tapi  Ardi menolak, dia tidak ingin menolong seorang anak yang suka mencari masalah. Jessy tidak tau darimana Ardi bisa tau kalau anak itu yang lebih dulu mencari masalah, karena alasan Ardi yang tidak jelas itu, Jessy bersikeras, dan memaksa dia untuk segera menolongnya, dan mau tidak mau Ardi memberhentikan motornya dan mencoba untuk menolong anak tersebut.

Setelah turun dari motor, Ardi mendekati mereka bertiga, dan mencoba berbicara secara halus untuk membantu anak itu menyelesaikan masalahnya. Pada saat ketiga orang itu berbalik dan melihat Ardi, betapa terkejutnya dia melihat wajah dari orang tersebut. Dia ingat betul dengan wajah dari preman yang ada mimpinya kemarin. Karena melihat Ardi yang berani menganggu mereka, salah satu dari mereka mendekati Ardi, dan mencoba untuk menghajarnya juga. Jessy yang sedang duduk di motor Ardi melihat kalau temannya itu akan dihajar oleh mereka, sehingga dia dengan cepat berlari dan memukul orang yang mendekati Ardi  sampai tidak sadarkan diri. Karena Jessy sudah mendapatkan sabuk hitam, jadi dia cukup terlatih dalam bela diri.

Dan Jessy juga menghajar dua orang lainnya sampai pingsan juga.

"Luar biasa, ternyata ada anak sekolahan yang bisa memukuli orang dewasa seperti ini sampai tidak sadarkan diri. Kamu hebat sekali". Kata anak laki-laki itu.

Dengan merasa takut, Ardi mencoba bertanya nama dari anak itu.

"Nama kamu siapa, dan apa hubungan kamu dengan para mafia ini?". Tanya Ardi sambil mendekati dia.

"Wah, kamu ini peramal ya? Soalnya bisa tau kalau mereka adalah mafia, hebat!". Kata anak itu sambil memberikan jempolnya kepada Ardi "Nama aku Nathan, seseorang yang sangat bosan dengan kehidupan sehari-hari yang tidak pernah berubah". 

Setelah mendengar namanya, Ardi merasa sangat syok. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status