Share

Istri Rahasia Tuan Brian
Istri Rahasia Tuan Brian
Author: Yasmin_imaji

1. Mengundurkan Diri

Bruk!

"Eh! Aduh! Maaf, Pak. Saya tidak sengaja," ujar seorang perempuan dengan nada kebingungan ketika tidak sengaja menabrak seorang pria dengan pakaian rapi.

Setelah merapikan kembali berkas yang jatuh, perempuan itu langsung pergi begitu saja tanpa melihat siapa yang baru saja dia tabrak. Padahal dibelakang pria dengan tubuh tegap itu ada orang lain yang tengah dilanda ketakutan apabila tuannya mengamuk di kantor yang baru saja mereka datangi.

"Siapa dia?" tanya pria itu dengan anda santai membuat asisten sekaligus sekretarisnya menghela nafas lega. Namun, dia juga turut dilanda kebingungan mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir tuannya.

"Saya kurang tau, Tuan. Namun, setelah ini saya akan meminta identitasnya dari HRD," jawabnya seadanya.

Di sisi lain, seorang perempuan dengan pakaian yang tidak lagi rapi walaupun jam masih bisa dikatakan pagi sedang dilanda kebingungan. Berkas yang telah dia susun untuk diberikan kepada kepala bagian keuangan kini telah berantakan karena keteledorannya. Namun, dia tidak memiliki waktu lebih banyak lantaran rapat bulanan akan segera dimulai.

Dengan tangan gemetar dan keringat yang telah membasahi punggungnya, perempuan dengan kacamata baca yang bertengger cantik di wajahnya yang kecil mengetuk pintu kaca buram di hadapannya.

"Masuk!" Nada tegas seorang wanita dari dalam membuat perempuan itu berusaha menyiapkan diri jika setelah ini dia akan diminta untuk angkat kaki dari perusahaan yang baru saja dia tempati selama tiga bulan ini.

"Bagaimana? Sudah selesai laporannya, Lita?" tanya wanita tersebut dengan membenarkan posisi kacamata yang dia pakai.

"Jadi, begini Bu …." Mendengar tiga kata yang baru keluar dari mulut Lita, wanita yang menjadi atasan Lita telah memelototkan matanya.

"Sebenarnya laporan keuangannya sudah saya selesaikan, namun tadi saya tidak sengaja menabrak karyawan lain sehingga berkas-berkas yang telah saya susun jatuh berantakan," ungkap Lita dengan nada yang semakin menciut di setiap katanya apalagi atasannya menatapnya dengan semakin tajam.

Oh, seantero kubikel yang berada di satu lantai bagian keuangan tentu saja tahu bagaimana garangnya atasan mereka ini. Wanita itu sangat teliti dan tidak mudah dibohongi sehingga kecil kemungkinan untuk terjadinya korupsi di perusahaan ini.

"Lalu, alasan apa yang akan kamu berikan hingga saya harus memaklumi kesalahanmu kali ini, Lita? Ini bukan pertama kalinya kamu membuat kekacauan, dari laporan yang terlambat, kesalahan penulisan, file hilang tiba-tiba, dan berbagai macam alasan yang kamu berikan, sekarang apa?!"

"Saya tidak ingin membela diri saya lagi, Bu. Saya tahu jika sekarang ini saya salah dan saya siap menerima hukuman yang ibu berikan atau bahkan jika saya harus menerima surat pemecatan saya, saya akan menerimanya."

Tiga bulan agaknya cukup untuk Lita menikmati fasilitas yang perusahaan multinasional ini berikan padanya. Lita juga merasa dirinya kurang mampu berada di perusahaan ini dan dia juga cukup bangga dengan dirinya karena mampu bertahan sejauh ini dengan segala tekanan yang membuat mental dan fisiknya lelah.

"Gantikan saya untuk rapat hari ini, kamu dipecat atau tidak itu akan saya urus nanti!"

Lita mengangguk, dia tidak berharap lebih jadi untuk terakhir kalinya Lita akan melakukan yang terbaik. Lita pamit dan keluar dari ruangan tersebut, melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya Lita memilih langsung menuju ruang rapat agar dia tidak terlambat nantinya.

"Katanya yang memimpin rapat nanti anak Pak Wirawan, dia CEO baru di perusahaan menggantikan Pak Wirawan. Wajahnya sangat tampan dan usianya bahkan baru tiga puluhan, jika aku orang kaya mungkin aku sudah meminta agar orang tuaku menjodohkanku dengannya. Hah! Waktu berpapasan tadi aku hampir tidak bisa berdiri dengan benar."

"Kamu kira ini film Siti Nurbaya? Ada-ada saja. Dan ingatlah kamu punya pacar, jangan lirik yang lain!"

"Aku hanya berkhayal dan aku juga cukup sadar diri kok."

Lita hanya diam meratapi nasibnya, namun telinganya tetap terpasang untuk mendengarkan gosip yang ada di perusahaannya. Salah satu hal menyenangkan memang agar nanti dia memiliki topik pembicaraan dengan teman satu divisinya.

Pintu terbuka dan langkah kaki seseorang terdengar menggema. Semua orang tanpa terkecuali termasuk Lita berdiri dan memberikan tundukan hormat untuk pria yang baru saja memasuki ruangan.

Apa dia CEO barunya? Tampan, tapi dia kaku. Jokesnya pasti bukan recehan, gumam Lita dalam hati dengan matanya yang lurus ke arah pria yang baru saja duduk di kursinya. Deheman singkat membuat Lita tersadar dan segera fokus dengan pembahasan rapat kali ini.

"Untuk perwakilan dari divisi keuangan bisa menetap disini terlebih dahulu?"

Lita yang hendak berdiri dan melangkah pergi tertahan dengan ujaran tersebut. Semua orang menatapnya dengan iba apalagi setelah mendengar caranya presentasi tadi benar-benar berantakan.

"Baik, Pak."

Semua orang meninggalkan ruangan rapat menyisakan Lita dan pria yang tadi memperkenalkan dirinya dengan nama Brian.

"Bisa kamu jelaskan maksud laporan kamu?" tanya Brian.

Lita memang menyusun laporan itu, namun jika dia diminta menjelaskan Lita tidak mampu. Kapasitas otaknya benar-benar sangat kecil hingga apa yang dia baca dan catatan beberapa waktu yang lalu saja bisa langsung terhempas. Ya, ini bukanlah yang terbaik.

Karena tidak mampu menjelaskan, Lita hanya menunduk dengan memainkan jari-jarinya yang berada di atas pangkuannya. Namun, karena tidak ada suara dan tidak seharusnya Lita diam akhirnya perempuan dengan pakaian kerja berwarna soft pink itu mulai menjelaskan.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena presentasi saya yang berantakan dan tidak jelas. Saya ingin memberitahu bahwa laporan keuangan beberapa jam yang lalu telah tersusun sebagaimana mestinya, namun karena kejadian saya yang menabrak seseorang laporan tersebut jatuh dan tidak lagi sesuai urutan. Saya sudah membicarakan hal ini dengan kepala divisi keuangan dan beliau meminta agar saya yang mewakilinya. Saya tahu ini hukuman yang beliau berikan kepada saya setelah berbagai kesalahan yang saya perbuat dan ini juga akan menjadi kali terakhir saya berada di perusahaan ini. Bapak tidak perlu memarahi saya karena saya tahu bapak tidak suka dengan ketidakprofesionalan saya maka dari itu setelah ini saya akan pergi ke ruang HRD untuk mengundurkan diri." Lita berujar dengan panjang lebar dalam satu tarikan nafas yang kini membuatnya harus dan tentu saja Lita meminum air yang ada di atas meja.

"Siapa yang menyuruhmu mengundurkan diri?"

"Tidak ada, Pak. Namun, saya sadar keberadaan saya tidak membantu perusahaan ini dan malah mempersulitnya. Saya permisi."

"Baiklah, aku memang lebih pantas bergabung dengan klub pengangguran daripada pekerja kantor," gumam Lita yang kini sedang berada di dalam lift untuk menuju lantai dimana ruangan HRD berada.

"Lalita Putri?"

Sebuah panggilan menyerukan namanya, namun Lita terus saja berjalan tanpa ingin menoleh ke belakang.

~~~~~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status