Share

6. Menghabiskan Waktu

"Apa aku terlihat menggodamu?" tanya Brian yang kini justru beranjak dari kursinya. Dia terlihat berjalan untuk mendekat ke arah Lita. Dengan menyadarkan tubuhnya ke meja makan, Brian kembali mengulangi pertanyaannya. "Apakah kamu mau jadi pacarku, Lita?"

Lita sendiri bahkan sama sekali tak berani untuk mendongak dan menatap Brian saat ini. pandangan matanya terus menunduk. Brian hanya mengulum senyumnya saat melihat ekspresi kikuk di wajah Lita.

"Jika memang kamu takut, maka aku tidak akan pernah memaksamu, Lita," ucap Brian.

Setelah berucap demikian, Brian kembali menegakkan punggungnya, mengusuk pucuk kepala Lita dan hendak melangkah pergi. Namun ketika badan yang begitu tegap itu tengah berbalik, Lita dengan cepat mencekal tangannya. "Izinkan aku ...." Lita tak lagi melanjutkan kata-katanya.

"Jalan yuk, mumpung aku sedang free. Jarang-jarang seseorang bisa mengajakku keluar. Kita cari self reward karena kamu telah mampu menjadi pacar dari seorang putra Wirawan." Brian berucap dengan senyum yang tersungging di ujung bibirnya.

Setelah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai, Brian dan Lita pun segera berjalan keluar. Di sana sudah siap seorang supir pribadi yang memang biasa mengantar kemanapun tuannya pergi. Namun kali ini, sengaja Brian memang ingin membawa mobil sendiri. Hari ini dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Lita, mantan karyawan yang sekarang sudah berubah status menjadi seorang pacar.

Entah kemana Brian akan membawa gadis cantik itu pergi. Ia terus saja melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Seolah ingin segera sampai ke tempat tujuan. Deru mobil terdengar begitu nyaring di indera pendengaran Lita. Meninggalkan dedauan kering yang beterbangan dan mengoyangkan rerumputan yang tumbuh di padang yang cukup luas.

"Mau pergi kemana kita?" tanya Lita yang menolehkan kepalanya, memandang ke arah Brian yang masih fokus pada jalanan panjang yang ada di depannya.

Sudah satu jam, tapi mereka belum juga sampai. Namun apa yang tak pernah Lita bayangkan kini terbentang di hadapannya. Jalanan lengang di depan sana seolah sedang menyambutnya yang baru saja datang. Dia merasa takjub ketika melihat pemandangan yang terbentang luas di samping kirinya. Dengan cepat, Lita membuka kaca mobil dan melongokkan kepalanya keluar. Tanpa berkedip, ia terus menatap keindahan itu seraya mengeluarkan tangannya dari sana. Merasakan embusan angin pantai yang kini menerpa pipinya.

Tanpa terlihat oleh Lita, Brian menggelengkan kepalanya.

Brian benar-benar membawanya ke sana. Ke sebuah villa yang tak jauh dari pantai. Villa yang memiliki view laut begitu mereka menaiki lantai dua dari villa yang tak seberapa besar itu.

"Kenapa kamu membawaku ke tempat ini, Brian?" tanya Lita yang merasa penasaran.

"Tak ada, aku hanya ingin menghabiskan waktu," jawabnya. "Mau ke pantai?" Tanpa menunggu jawaban dari Lita, Brian langsung menarik tangannya begitu saja. Dengan sedikit berlari, mereka berdua menuju ke pinggiran pantai dengan pasir putih yang terhampar luas.

Setelah beberapa waktu Lita merasa begitu terpuruk dengan kehidupan yang dianggap cukup suram, kini ia kembali bisa melepaskan tawa di sana. Di tengah riuhnya gelombang air laut yang terpecah ketika menghantam batuan karang. Entah kenapa, sedari tadi, pasang mata Brian tak bisa lepas dari gadis itu. Gadis yang tiga hari ini telah menemani sepinya.

Lamunan Brian buyar seketika saat percikan air laut mengenai pipinya, dan di balik sana Lita tengah tertawa terbahak-bahak saat melihat kekagetan di wajah Brian.

Marah? tentu saja tidak. Brian justru segera beranjak dari duduknya dan segera berlari mengejar Lita yang sudah terlebih dahulu berlari. Brian yang mampu menyusulnya, memeluk tubuh itu. Tubuh mungil dari seorang gadis yang mampu membuatnya tertawa lepas hari ini. Dengan sangat mudahnya ia mengangkat dan melemparkan tubuh itu ke laut, membuat seluruh tubuh Lita basah kuyub.

"Brian ...! Tidak. Aku tidak bawa baju ganti!" teriak Lita yang tak ingin kalah dengan suara ombak.

Memang Lita tidak tahu jika Brian akan mengajaknya untuk pergi ke pantai. Maka dari itu ia juga tidak mempersiapkan apa-apa. Tapi seolah menolak untuk peduli, Brian justru mendorong Lita jauh, dan lebih jauh lagi tenggelam ke dalam lautan yang cukup jernih itu. Di sana, mereka berdua melepaskan tawa, beban, dan segalanya. Di sana pula, ciuman kedua dia antara mereka kembali terjadi.

Menyadari untuk tak terlalu jauh dalam pagutan kemesraan itu, Lita pun perlahan mengurai dekapan Brian dan berjalan ke pantai.

"Kenapa, Lita?" tanya Brian.

"Sudah terlalu panas. Kita kembali ke villa aja yuk," ajak Lita pada akhirnya. Tak ada yang dapat dilakukan oleh Brian selain hanya menurut dan kembali ke villa yang dimilikinya. Hanya butuh berjalan kaki beberapa meter saja agar mereka sampai ke tempat itu.

"Di mana aku harus membersihkan diri?" tanya Lita yang memang merasa kedinginan dengan tubuh yang basah kuyub. Brian sendiri menjawab dengan hanya menunjuk ke arah kamar yang memang terdapat kamar mandi di dalamnya.

"Kamar ini begitu indah," gumam Lita yang memandang ke sekeliling ruangan bernuansa coklat dan emas itu. Nuansa yang menurutnya begitu mewah.

Di dalam sana, ia membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa pasir serta air laut yang terasa lengket. Dengan kebiasaan yang dilakukan setiap Lita sedang mandi, Lita menyanyi dengan suara lantang yang memang bisa dibilang cukup merdu. Tanpa dia sadari jika Brian tengah mendengarkannya dari balik pintu. Brian hanya diam, mendengarkan, dan membiarkan suara itu terus terdengar. Hingga pada akhirnya senandung itu berubah menjadi suara gumaman yang cukup keras. "Duh, nggak ada handuk, nggak ada baju ganti, bagaimana ini?"

Brian sendiri haya bisa mengulum senyumnya sembari menggelengkan kepala dengan tingkah gadis polos yang begitu menarik perhatiannya ini.

Tok! Tok!

Suara ketukan terdengar di pintu kamar mandi. "Siapa?" tanya Lita.

"Antar handuk," jawab Brian. Iya, Brian sedari tadi berdiri di sana hanya untuk mengantarkan handuk yang sudah ia siapkan sejak tadi. Satu stel pakaian wanita pun sudah ia letakkan di atas tempat tidur. Pakaian yang ia dapatkan dari dalam lemari pakaian yang ada di dalam kamar itu. Pakaian milik kekasihnya yang tak ia ketahui di mana keberadaannya kini.

Lita hanya membuka sedikit pintu kamar mandi dan meraih handuk yang dibawa oleh Brian. Namun saat tangan itu terlihat menjulur keluar, dengan cepat Brian masuk ke dalamnya. Membuat Lita memekik keras karena kaget. Hanya dalam beberapa detik saja, pekikan itu terhenti, ketika bibir lembut milik Lita telah menyatu dengan bibir Brian.

"Lalita ...."

Untuk sejenak Brian melepas pagutan itu, sebelum akhirnya ia kembali melumat kembali dengan ga*rah yang lebih menggebu.

~~~~~

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
waduh gk bahaya tah.. Brian main nyosor Lita dikamar mandi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status