Share

Istri Dadakan Sahabat Papaku
Istri Dadakan Sahabat Papaku
Author: Mita Author

Pak Guru

"Perkenalkan, ini calon suami Mba, namanya Pak Rido Saputra. Sebelum meninggal, Almarhum Bapaknya Mba sudah titipkan pesan, kalau Mba harus menikah dengan Pak Rido. Beliau seorang duda dengan tiga orang anak yang ...."

Manik seorang wanita yang baru saja melepas sebutan remaja dan telah sepenuhnya menjadi dewasa itu membulat sempurna. Wanita itu membuang napas gusar. Mimpi apa dia semalam sehingga tiba-tiba disuguhi oleh kenyataan mendadak dan pahit ini!?

Tak kuasa untuk mendengar pembicaraan itu lebih lanjut, wanita itu pun berteriak lancang, "Cukup!"

Seketika, ruangan menjadi hening. Selembar foto menjuntai ke atas lantai. Wanita itu memasang wajah kesal, berbeda dengan seorang lelaki paruh baya di depannya yang justru tersenyum cerah.

"Apa Papa nggak salah? Kenapa bikin wasiat aneh-aneh sih! Aku harus menikah dengan Aki-aki seperti itu? Udah punya anak pula! Ah!"

Bayangan sebelum papanya benar-benar akan pergi tiba-tiba melayang dalam benak.

"Anakku Amala, Pak Rido adalah sahabat papa yang begitu baik. Papa yakin, Beliau akan bisa menjaga Amala sebagaimana papa menjaga Amala sekarang. Jadi, papa begitu ingin jika Amala bisa menerima Pak Rido dalam kehidupan Amala."

Dengan itu, seketika, dunia Amala terasa runtuh.

***

Beberapa anak berlari dengan begitu senang seraya bersorak keras. Beberapa kali dari mereka hampir saja tertabrak dan jatuh. Tak hanya itu, suara keras mereka seolah sanggup memecah gendang telinga.

Amala berdesis kesal. Jika bukan karena ada kepentingan, dia benar-benar tidak akan mau pergi ke tempat seperti ini. Sekolah dasar tepatnya, di mana dia akan bertemu dengan Pak Rido, pria yang dijodohkan dengannya.

Beliau adalah seorang guru di sekolah dasar yang kini diinjaki Amala. Coba bayangkan saja, sudah akan menikah dengan lelaki tua, ditambah pula dia merupakan seorang guru dan memiliki tiga orang anak. Apa tidak buat pusing kepala?

Amala yang sedang sibuk menyelesaikan skripsinya itu, kini harus dilibatkan dengan hal yang semakin membuatnya begitu keras.

"Dek, mau cari siapa?"

Amala berhenti. Dia menoleh hingga mendapati seorang guru wanita cantik yang menatapnya. Mungkin aneh saja melihat gelagat Amala yang berjalan tanpa arah sambil sesekali celingukan itu.

"Pak ... Pak Rido."

"Oh, Adek anaknya Pak Rido, ya?"

Amala hanya bisa tertawa meringis. Belum apa-apa saja dia sudah dikira anak lelaki tua itu. Bagaimana ketika dia sudah menikah nanti? Seusai basa-basi dan meninggalkan guru muda itu, Amala kemudian bergerak ke luar gerbang. Wanita itu berdiri di sana menunggu hingga sahabat papanya itu muncul.

Beberapa menit berlalu, cukup lama hingga kemudian Amala mendengar suara seseorang memanggil.

"Dik Amala."

Amala menoleh cepat. Dia tidak bisa berbohong jika cukup kaget melihat pak guru itu kini di hadapan dirinya sembari memberikan senyuman selembut sutra.

Harus diakui, meskipun sudah berkeluarga, pria yang sudah berumur 43 tahun itu masih memiliki paras bak sultan arab. Rahangnya yang kuat, serta hidungnya yang mancung, bisa membuat wanita manapun menoleh ketika berada di dekat pria itu. Begitu juga dengan Amala, meskipun dia membenci perjodohan ini, Amala tak bisa memungkiri bahwa Pak Rido memang … tampan.

Sebenarnya, ini bukan pertemuan pertama Amala dengan sahabat papanya itu, namun adalah kedua kalinya setelah di hari pemakaman papanya dua bulan yang lalu.

"Apa ada hal penting yang ingin Dik Amala sampaikan?"

Melihat Amala yang hanya diam saja, Rido kemudian melangkah lebih dekat. Sekilas, Amala mengingatkannya pada anaknya sendiri, Reza yang kini sedang sibuk menyelesaikan studi akhir juga.

Dalam hati, Rido sebenarnya tahu apa yang dirasakan oleh Amala. Dirinya sendiri terkejut ketika mendengar permintaan dari sahabatnya sendiri untuk menikahi Amala. Bagaimana dengan Amala sendiri yang masih sibuk dengan urusan kuliahnya?

"Gak usah basa-basi, Pak. Bapak udah tahu kedatangan saya untuk apa, kan? Kenapa Bapak terima permintaan gak masuk akal Papa?" tanya Amala dengan suara yang sengaja dia tinggikan.

Pak Rido tersenyum tipis. "Saya hanya ingin menjalankan amanah, Dik."

Mendengar hal itu, Amala dipenuhi rasa terkejut. "Dik? Amanah? Bisa gak, Bapak janganpanggil saya seperti itu? Saya ini bukan adik Anda! Lagi pula, amanah apa yang ...."

"Maaf, Amala. Saya tidak ingin bertengkar dengan Dik Amala. Tapi, saya merasa berdosa kalau menolak permintaan ayahmu. Jadi, meskipun Dik Amala tidak suka dengan saya, tidak apa-apa, saya akan menunggu sampai Dik Amala siap menerima saya. Mohon maaf, saya ada jam sebentar lagi. Jadi, saya permisi, ya. Assalamualaikum," ucap Rido, melempar seutas senyum hingga segera berlalu, meninggalkan Amala yang tak bisa berkata apa-apa.

***

Beberapa komentar pedas seiring terdengar kala detik ijab kabul akan disenandung. Amala hanya meringkuk dalam kenyataan pahit. Duduk di antara beberapa tamu perempuan dan bersiap untuk mendengarkan Pak Rido, sahabat papanya itu melafalkan kalimat yang begitu sakral baginya.

Dia tahu, jika di antara orang-orang ini ada anak Pak Rido di sana. Namun dia sendiri tidak tahu bagaimana rupa dan perasaan mereka saat ini ketika melihat dirinya. Amala bahkan tidak berani menampakkan diri sama sekali hingga hari ini tiba.

"Saya terima nikahnya, Amala ...."

Lafal itu terbentang indah ke langit, seiring dengan air mata Amala menggelegar hebat ke arah tanah. Amala sesegukan kemudian. Andai Nisya tidak berada di sampingnya mungkin saja dia sudah terombang jatuh.

Dunianya sudah tidak ada lagi bagi seorang Amala.

"Sah!" Orang-orang berkata dengan begitu lantang. Detik Amala sudah ambruk.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mita Author
Terima kasih sudah mampir yaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status