Share

Herrscher (Divina Futuri)
Herrscher (Divina Futuri)
Author: Dean Anderson

BAB 1 Kegagalan

Ada tiga sejarah:

  1. Kejadian yang pernah terjadi dan ditulis
  2. Kejadian yang tidak pernah terjadi namus tertulis
  3. Kejadian yang pernah terjadi namun tidak tertulis

Alkisah terdapat suatu negara yang mempunyai cita - cita akan datangnya masa keemasan setelah seratus tahun kemerdekaanya. Berbagai harapan, visi, dan misi selalu dilontarkan oleh pemerintah negara tersebut melalui banyak media. Bahkan biarpun berulang kali berganti kepemimpinan, harapan itu tetap ada.

Masa itu adalah masa dimana negara tersebut mencapai target sasaran mereka di bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya. Namun harapan itu hanyalah sebuah harapan.

Berbagai rencana telah dibentuk bertahun – tahun demi terciptanya masa keemasan tersebut. Bahkan mereka berencana menjadi negara yang berpendapatan tinggi di tahun ke 90 kemerdekaannya. Cita – cita untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-5 di dunia telah disebarluaskan dengan didukung prediksi – prediksi oleh para ahli.

Kondisi negara mereka yang terdiri dari kepulauan sering menjadi kendala pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi yang merata. Berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saja kendala tersebut tidak bisa diselesaikan karena konflik kepentingan di dalam pemerintahan tersebut. Masyarakat negara tersebut menjadi korban akan kepentingan politik dari penguasa.

Pemimpin negara telah berulang kali berganti, namun tidak ada perubahan signifikan di dalamnya. Janji – janji manis ketika kampanye hanyalah gimmick menjelang pemilihan umum. Inilah negara yang stagnan dimana kebobrokan telah mengakar bertahun – tahun hingga menjadi budaya di negara tersebut.

------------------------------

100 Tahun Kemerdekaan

Dunia telah mengalami kemajuan yang signifikan. Seluruh teknologi berkembang pesat yang menyebabkan persaingan antar manusia semakin ketat. Setiap manusia meningkatkan kemampuan akademis dan non-akademisnya untuk memenangkan persaingan global. Jumlah manusia yang menghuni Bumi berkurang drastis dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Pola pikir manusia telah berubah. Mereka mengutamakan karir daripada hidup berkeluarga. Hampir semua negara dimana manusia yang berpikir seperti itulah yang semakin cepat berkembang. Negara tersebut mampu menciptakan teknologi yang benar – benar dibutuhkan oleh negara yang masih berkembang. Hal itu tidak terlepas dari tingkat pendidikan manusianya yang sangat terkualifikasi.

Dengan sedikitnya penduduk di negara yang maju tersebut menyebabkan minimnya pengangguran. Meskipun ada masyarakat yang menganggur, mereka tetap mendapat jaminan sosial dari pemerintah. Namun dengan mental yang dibentuk oleh negara yang sudah maju tersebut, para pengangguran merasa terhina bila mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mereka memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk bekerja dan mandiri, sehingga mereka giat mencari pekerjaan atau membuka usaha sendiri.

Namun negara yang seperti itu bukanlah latar di cerita ini. Inilah negara Nuswan, negara yang menjadi latar dari cerita ini. Negara yang tertinggal dari negara lainnya. Negara yang dahulu dihuni oleh kaum dengan kemampuan khusus. Namun seiring berjalannya waktu, kaum tersebut menghilang keberadaanya. Sejarah tentang keberadaan kaum tersebut seperti hilang ditelan Bumi. Hanya peninggalan sejarah yang dapat mengungkapkan bahwa mereka pernah ada di wilayah itu.

------------------------------

10 Tahun sebelum 100 tahun kemerdekaan Nuswan

Sesosok pria sedang berdiri di puncak salah satu gedung. Dia melihat kondisi negara tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya, bahkan bila dibandingkan negara tetangganya yang selalu menjadi musuh besar negara tersebut.

Dia hanya memakai blazer dan celana hitam berkain tipis tanpa jahitan. Tidak ada inner maupun pakaian dalam.  Jam tangan yang dia pakai memang tidak lazim digunakan oleh manusia yang berada di jamannya. Wujudnya seperti jam tangan mainan atau yang biasa digunakan oleh kamen rider namun tidak berhiaskan aksesories yang berlebihan.

“Seperti yang aku duga, negara ini tidak ada bedanya dengan ketika ia masih hidup.”

Sosok itu tampak berbicara sendiri di tengah keramaian kota. Saat ini ia berada di kota yang dahulunya menjadi ibukota negara Nuswan. Kota yang tenggelam oleh muka air tanah akibat pembangunan yang masif. Kenaikan air laut yang sangat drastis juga menambah cepatnya kota tersebut tenggelam. Dia melihat langit yang saat ini tidak dapat diprediksi karena perubahan iklim yang sangat kacau.

“Apa yang kau harapkan dari negara seperti ini?” Tiba – tiba suara muncul dari sampingnya. Muncul asap hitam yang membentuk suatu sosok. Itu adalah entitas yang ikut bersamanya menjelajahi negara tersebut. Entitas itu paham bahwa sosok yang ia ikuti tersebut sedang membuat rencana.

Seharusnya wilayah kota yang ia datangi saat ini tidak ada di peta di masanya. Karena kota tersebut seharusnya telah tenggelam oleh air di masa depan. Beruntung reklamasi membantu beberapa wilayah tertunda waktu tenggelamnya. Namun penyedotan air tanah yang masif tetap saja dilakukan oleh para pengembang di kota tersebut. Ijin pembangunan yang sarat akan korupsi membuatnya makin merajalela. Dia sangat kesal melihat keadaan kota tersebut. Sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan jamannya.

“Beruntung ibukota negara ini sudah dipindahkan. Setidaknya pembangunan sudah bisa lebih merata,” ucapnya sedikit mereda meskipun dalam hatinya masih terasa dongkol. “Apakah dunia alternatif itu nyata? Bila aku tidak mengubahnya, mungkinkah kondisi tidak akan seperti sekarang?”

“Tidak. Apapun yang kau ubah tetap akan berlangsung seperti sekarang. Itu sudah dituliskan.”

“Aku berharap tanggul tersebut segera selesai. Bila tidak, musnahlah manusia di sini,” ia mengarahkan matanya ke suatu konstruksi di dekatnya.

Pria itu terjun dari atas gedung, namun dengan teknologi yang ia miliki di sepatunya, ia dapat mendarat di tanah tanpa cedera sedikitpun. Orang – orang sekitar kaget melihat ia yang jatuh dari atas gedung. Pria tersebut tidak mempedulikan pandangan orang – orang di sekitarnya. Beberapa orang merekamnya melalui ponsel mereka.

Dia adalah manusia dari masa depan. Dia kembali melangkahkan kakinya di tengah – tengah keramaian. Beberapa orang meliriknya karena pakaian yang ia gunakan sangat tidak umum bila dibandingkan dengan pakaian masa itu. Orang – orang sekitar berpikir dia sedang cosplay menjadi karakter tertentu dari anime. Sekali lagi, pria tersebut tidak mempedulikan lirikan orang – orang di sekitarnya. Ia terus saja melangkahkan kakinya dengan tegas. Seketika pria tersebut berhenti di depan sebuah tempat duduk di area trotoar. Di kursi tersebut duduklah seorang pria yang berumur setengah abad sedang memainkan smartphonenya.

Pria dari masa depan menggunakan kursi tersebut untuk beristirahat sejenak usai mengelilingi beberapa kawasan di kota tersebut. Duduklah pria dari masa depan dan pria setengah abad tersebut di kursi yang sama. Sesekali pria masa depan itu tertawa sendiri ketika membaca artikel. Hal itu membuat orang sekitarnya kaget dan mengira orang tersebut gila. Pria di sebelahnya tersebut sesekali memperhatikan pria dari masa depan itu.

“Apa yang kau tertawakan?” tanya entitas yang bersamanya.

“Ternyata para akademisi sok tahu dengan masa depan. Prediksi mereka semua salah.”

Tiba – tiba pria setengah abad tersebut bertanya kepada pria dari masa depan karena kalimat yang dia ucapkan, “Permisi, anda sedang berbicara dengan siapa?”

Pria dari masa depan itu menatap pria di sebelahnya itu dengan pandangan sinis, “Aku berbicara dengan diriku sendiri. Ada masalah?” jawabnya ketus.

Pria setengah abad itu hanya tersenyum mendengar jawaban ketus dari pria masa depan tersebut, “Tidak apa – apa. Kalau kulihat dari penampilanmu, kamu bukan berasal dari sini. Kamu berasal dari mana?”

“Hm... kau bisa mengetahui dari cara berpakaianku?” pria itu melirik

“Tentu. Pasti di dunia asalmu sangat panas sehingga cara berpakaianmu seperti itu.”

Pria dari masa depan tersebut sedikit merasa aneh dengan cara penilaian orang yang baru ia temui. Dalam hati dia bertanya kepada entitas yang sedang bersamanya, “Apakah dia tahu bahwa aku berasal dari masa depan?”

“Dia tahu. Dia memiliki ikatan denganmu.”

Mendapat jawaban seperti itu, pria dari masa depan segera berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan pria setengah abad tersebut.

“Kalau aku boleh tau, siapa namamu?” sahut pria setengah abad itu sebelum pria dari masa depan beranjak pergi.

Pria dari masa depan tidak menjawab pertanyaan itu dan segera meninggalkan pria yang masih duduk di kursi tersebut dengan wajah sedikit kesal. Setelah pria dari masa depan cukup jauh dari darinya, pria setengah abad mulai berkomunikasi dengan entitas yang bersama dengannya. Asap hitam muncul di sebelahnya membentuk suatu sosok.

“Aku rasa dialah orangnya. Aku merasakan hawa manusia yang unik pada dirinya.”

“Aku juga merasa seperti itu. Hawa manusianya mirip sekali denganmu. Tapi bagaimana mungkin dia bisa datang kesini. Apa yang akan ia ubah di masa sekarang ini?”

“Aku tidak tahu. Semoga itu bukan hal yang buruk, Dark.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status