Ada tiga sejarah:
Alkisah terdapat suatu negara yang mempunyai cita - cita akan datangnya masa keemasan setelah seratus tahun kemerdekaanya. Berbagai harapan, visi, dan misi selalu dilontarkan oleh pemerintah negara tersebut melalui banyak media. Bahkan biarpun berulang kali berganti kepemimpinan, harapan itu tetap ada.
Masa itu adalah masa dimana negara tersebut mencapai target sasaran mereka di bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya. Namun harapan itu hanyalah sebuah harapan.
Berbagai rencana telah dibentuk bertahun – tahun demi terciptanya masa keemasan tersebut. Bahkan mereka berencana menjadi negara yang berpendapatan tinggi di tahun ke 90 kemerdekaannya. Cita – cita untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-5 di dunia telah disebarluaskan dengan didukung prediksi – prediksi oleh para ahli.
Kondisi negara mereka yang terdiri dari kepulauan sering menjadi kendala pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi yang merata. Berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saja kendala tersebut tidak bisa diselesaikan karena konflik kepentingan di dalam pemerintahan tersebut. Masyarakat negara tersebut menjadi korban akan kepentingan politik dari penguasa.
Pemimpin negara telah berulang kali berganti, namun tidak ada perubahan signifikan di dalamnya. Janji – janji manis ketika kampanye hanyalah gimmick menjelang pemilihan umum. Inilah negara yang stagnan dimana kebobrokan telah mengakar bertahun – tahun hingga menjadi budaya di negara tersebut.
------------------------------
100 Tahun Kemerdekaan
Dunia telah mengalami kemajuan yang signifikan. Seluruh teknologi berkembang pesat yang menyebabkan persaingan antar manusia semakin ketat. Setiap manusia meningkatkan kemampuan akademis dan non-akademisnya untuk memenangkan persaingan global. Jumlah manusia yang menghuni Bumi berkurang drastis dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Pola pikir manusia telah berubah. Mereka mengutamakan karir daripada hidup berkeluarga. Hampir semua negara dimana manusia yang berpikir seperti itulah yang semakin cepat berkembang. Negara tersebut mampu menciptakan teknologi yang benar – benar dibutuhkan oleh negara yang masih berkembang. Hal itu tidak terlepas dari tingkat pendidikan manusianya yang sangat terkualifikasi.
Dengan sedikitnya penduduk di negara yang maju tersebut menyebabkan minimnya pengangguran. Meskipun ada masyarakat yang menganggur, mereka tetap mendapat jaminan sosial dari pemerintah. Namun dengan mental yang dibentuk oleh negara yang sudah maju tersebut, para pengangguran merasa terhina bila mendapatkan bantuan dari pemerintah. Mereka memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk bekerja dan mandiri, sehingga mereka giat mencari pekerjaan atau membuka usaha sendiri.
Namun negara yang seperti itu bukanlah latar di cerita ini. Inilah negara Nuswan, negara yang menjadi latar dari cerita ini. Negara yang tertinggal dari negara lainnya. Negara yang dahulu dihuni oleh kaum dengan kemampuan khusus. Namun seiring berjalannya waktu, kaum tersebut menghilang keberadaanya. Sejarah tentang keberadaan kaum tersebut seperti hilang ditelan Bumi. Hanya peninggalan sejarah yang dapat mengungkapkan bahwa mereka pernah ada di wilayah itu.
------------------------------
10 Tahun sebelum 100 tahun kemerdekaan Nuswan
Sesosok pria sedang berdiri di puncak salah satu gedung. Dia melihat kondisi negara tersebut jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya, bahkan bila dibandingkan negara tetangganya yang selalu menjadi musuh besar negara tersebut.
Dia hanya memakai blazer dan celana hitam berkain tipis tanpa jahitan. Tidak ada inner maupun pakaian dalam. Jam tangan yang dia pakai memang tidak lazim digunakan oleh manusia yang berada di jamannya. Wujudnya seperti jam tangan mainan atau yang biasa digunakan oleh kamen rider namun tidak berhiaskan aksesories yang berlebihan.
“Seperti yang aku duga, negara ini tidak ada bedanya dengan ketika ia masih hidup.”
Sosok itu tampak berbicara sendiri di tengah keramaian kota. Saat ini ia berada di kota yang dahulunya menjadi ibukota negara Nuswan. Kota yang tenggelam oleh muka air tanah akibat pembangunan yang masif. Kenaikan air laut yang sangat drastis juga menambah cepatnya kota tersebut tenggelam. Dia melihat langit yang saat ini tidak dapat diprediksi karena perubahan iklim yang sangat kacau.
“Apa yang kau harapkan dari negara seperti ini?” Tiba – tiba suara muncul dari sampingnya. Muncul asap hitam yang membentuk suatu sosok. Itu adalah entitas yang ikut bersamanya menjelajahi negara tersebut. Entitas itu paham bahwa sosok yang ia ikuti tersebut sedang membuat rencana.
Seharusnya wilayah kota yang ia datangi saat ini tidak ada di peta di masanya. Karena kota tersebut seharusnya telah tenggelam oleh air di masa depan. Beruntung reklamasi membantu beberapa wilayah tertunda waktu tenggelamnya. Namun penyedotan air tanah yang masif tetap saja dilakukan oleh para pengembang di kota tersebut. Ijin pembangunan yang sarat akan korupsi membuatnya makin merajalela. Dia sangat kesal melihat keadaan kota tersebut. Sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan jamannya.
“Beruntung ibukota negara ini sudah dipindahkan. Setidaknya pembangunan sudah bisa lebih merata,” ucapnya sedikit mereda meskipun dalam hatinya masih terasa dongkol. “Apakah dunia alternatif itu nyata? Bila aku tidak mengubahnya, mungkinkah kondisi tidak akan seperti sekarang?”
“Tidak. Apapun yang kau ubah tetap akan berlangsung seperti sekarang. Itu sudah dituliskan.”
“Aku berharap tanggul tersebut segera selesai. Bila tidak, musnahlah manusia di sini,” ia mengarahkan matanya ke suatu konstruksi di dekatnya.
Pria itu terjun dari atas gedung, namun dengan teknologi yang ia miliki di sepatunya, ia dapat mendarat di tanah tanpa cedera sedikitpun. Orang – orang sekitar kaget melihat ia yang jatuh dari atas gedung. Pria tersebut tidak mempedulikan pandangan orang – orang di sekitarnya. Beberapa orang merekamnya melalui ponsel mereka.
Dia adalah manusia dari masa depan. Dia kembali melangkahkan kakinya di tengah – tengah keramaian. Beberapa orang meliriknya karena pakaian yang ia gunakan sangat tidak umum bila dibandingkan dengan pakaian masa itu. Orang – orang sekitar berpikir dia sedang cosplay menjadi karakter tertentu dari anime. Sekali lagi, pria tersebut tidak mempedulikan lirikan orang – orang di sekitarnya. Ia terus saja melangkahkan kakinya dengan tegas. Seketika pria tersebut berhenti di depan sebuah tempat duduk di area trotoar. Di kursi tersebut duduklah seorang pria yang berumur setengah abad sedang memainkan smartphonenya.
Pria dari masa depan menggunakan kursi tersebut untuk beristirahat sejenak usai mengelilingi beberapa kawasan di kota tersebut. Duduklah pria dari masa depan dan pria setengah abad tersebut di kursi yang sama. Sesekali pria masa depan itu tertawa sendiri ketika membaca artikel. Hal itu membuat orang sekitarnya kaget dan mengira orang tersebut gila. Pria di sebelahnya tersebut sesekali memperhatikan pria dari masa depan itu.
“Apa yang kau tertawakan?” tanya entitas yang bersamanya.
“Ternyata para akademisi sok tahu dengan masa depan. Prediksi mereka semua salah.”
Tiba – tiba pria setengah abad tersebut bertanya kepada pria dari masa depan karena kalimat yang dia ucapkan, “Permisi, anda sedang berbicara dengan siapa?”
Pria dari masa depan itu menatap pria di sebelahnya itu dengan pandangan sinis, “Aku berbicara dengan diriku sendiri. Ada masalah?” jawabnya ketus.
Pria setengah abad itu hanya tersenyum mendengar jawaban ketus dari pria masa depan tersebut, “Tidak apa – apa. Kalau kulihat dari penampilanmu, kamu bukan berasal dari sini. Kamu berasal dari mana?”
“Hm... kau bisa mengetahui dari cara berpakaianku?” pria itu melirik
“Tentu. Pasti di dunia asalmu sangat panas sehingga cara berpakaianmu seperti itu.”
Pria dari masa depan tersebut sedikit merasa aneh dengan cara penilaian orang yang baru ia temui. Dalam hati dia bertanya kepada entitas yang sedang bersamanya, “Apakah dia tahu bahwa aku berasal dari masa depan?”
“Dia tahu. Dia memiliki ikatan denganmu.”
Mendapat jawaban seperti itu, pria dari masa depan segera berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan pria setengah abad tersebut.
“Kalau aku boleh tau, siapa namamu?” sahut pria setengah abad itu sebelum pria dari masa depan beranjak pergi.
Pria dari masa depan tidak menjawab pertanyaan itu dan segera meninggalkan pria yang masih duduk di kursi tersebut dengan wajah sedikit kesal. Setelah pria dari masa depan cukup jauh dari darinya, pria setengah abad mulai berkomunikasi dengan entitas yang bersama dengannya. Asap hitam muncul di sebelahnya membentuk suatu sosok.
“Aku rasa dialah orangnya. Aku merasakan hawa manusia yang unik pada dirinya.”
“Aku juga merasa seperti itu. Hawa manusianya mirip sekali denganmu. Tapi bagaimana mungkin dia bisa datang kesini. Apa yang akan ia ubah di masa sekarang ini?”
“Aku tidak tahu. Semoga itu bukan hal yang buruk, Dark.”
Pria dari masa depan tersebut sesekali menghadap kebelakang untuk memastikan bahwa orang yang ditemuinya tadi tidak sedang mengikutinya. Pria dari masa depan masih merasa curiga dengan orang itu. Setelah berjalan cukup jauh dan merasa tidak diikuti, pria dari masa depan tersebut mulai melangkahkan kakinya dengan santai. Dia mengarahkan pandangannya ke depan sambil mengingat wajah pria tadi. Kemudian dia berbicara dengan entitas di sebelahnya.“Siapa dia? Kenapa kau bisa mengatakan kalau dia memiliki ikatan denganku?”“Kau akan tahu siapa dia nanti. Yang penting sekarang, apa yang sedang kau pikirkan?”Pria itu menatap langit dan membayangkan sesuatu di kepalanya. Sesuatu yang menurutnya sangat seru, namun tidak bagi orang lain. Pria itu menghentikan langkahnya dan berhenti di dekat lampu pinggir jalan. Ia mengubah pandangannya ke arah jalan raya. Tampak orang – orang berlalu lalang di trotoar. Dia mendapatkan ide dari pengl
ZAPPP!!!Pria dari masa depan berdiri di dekat pohon yang berdaun lebat dan rindang. Bayangan dari pohon tersebut menyembunyikan keberadaan pria tersebut. Pria dari masa depan telah tiba di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Lokasi yang sama padatnya dengan manusia yang berlalu lalang. Namun tidak ada manusia yang sadar akan kedatangan pria itu yang tiba – tiba hadir di antara mereka. Banyak mereka yang sibuk melihat gawai yang mereka pegang.Ia melangkahkan kakinya, berjalan di trotoar. Kini ia berada di antara kerumunan orang – orang. Sesekali ia melihat gedung – gedung pencakar langit di sekitarnya. Entitas yang melihat gelagat pria itu, mengetahui bahwa pria itu sedang memikirkan sebuah rencana.“Kau tahu kenapa aku membunuh mereka?” tanya pria itu kepada entitas di sebelahnya. Ia masih terus berjalan di tengah orang – orang yang berlalu lalang.“Aku tahu,” jawab entitas tersebut.
Dari sosok asap hitam yang halus, perlahan asap hitam itu makin tebal dan berubah menjadi padat. Itu adalah Death yang perlahan membentuk sosok manusia. Seorang pria dengan jubah hitam lengkap dengan tudung khas malaikat pencabut nyawa namun tanpa membawa sabit. Ia berdiri di samping Herrscher.“Tampaknya kau sedang suntuk. Bagaimana bila kita pergi ke perpustakaan di kota ini?” ujar Death memberi saran. Death berencana mengajak Herrscher untuk mendatangi sebuah perpustakaan di kota. Dengan wujud yang kasat mata, Herrscher bisa berbicara dengan Death selayaknya berbicara dengan manusia.“Ah, ide bagus!” Herrscher menyetujui ide Death. Herrscher berpikir, mungkin ia bisa mendapatkan ide dari buku yang ia baca di perpustakaan. Tiba – tiba Herrscher teringat sesuatu, “Namun sebelum itu, kau harus mengganti tampilanmu. Tampilanmu saat ini sangat tidak sesuai dengan budaya di sini.” Herrscher menunjuk jubah yang Death gunak
Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”“Tapi kau tidak membawa laptop.”“Ah, kau benar.”Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya. Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan
Malam hari menjelang. Keramaian kota masih tidak berubah karena kebiasaan yang makin nokturnal. Herrscher kini berada di atas gedung yang jarang didatangi pihak security. Dari atas gedung itulah Herrscher menyaksikan pemandangan kota.“Kita lakukan sekarang!” ajak Herrscher kepada Death.“Kau lupa membawa peralatanmu,” Death mengingatkan.”Astaga! Kenapa aku bisa seceroboh itu?” tanya Herrscher pada diri sendiri.Herrscher kembali mengaktifkan mesin waktunya. Efek dimensi ketika pintu waktu terbuka, membuat perangkat elektronik di gedung itu menjadi terganggu sementara. Lampu – lampu dalam gedung berkedip cepat, dimana seharusnya lampu di dalam gedung tersebut padam karena para karyawan sudah pulang sejak tadi. Herrscher menghilang dari masa tersebut.------------------------------Masa di mana Herrscher seharusnya .Herrscher mendatang
Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu
Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta
BAB 9 EFEKDagaz mendatangi kota yang kemarin hancur karena badai petir yang berpesta semalaman. Hanya hamparan gosong yang ia lihat di wilayah itu. Pihak – pihak pemberi bantuan silih berganti mendatangi lokasi tersebut. Dagaz menelusuri setiap area di kota tersebut dengan sepeda motornya. Jalan – jalan yang seharusnya halus menjadi rusak karena reruntuhan gedung dan tanaman yang menghalangi jalan. Banyak mayat berserakan di jalan yang tampak gosong.Armada pemadam kebakaran dari wilyah dekat kota itu, berbondong – bondong masuk wilayah kejadian. Mereka menyingkirkan puing – puing gedung yang hancur, pohon – pohon yang tumbang, dan fasilitas umum yang berserakan di jalan. Dagaz hanya menyaksikan armada tersebut bahu membahu, namun ia tidak ikut membantu. Ia merasa ada hal yang lebih penting untuk ia kerjakan saat ini.Beberapa saat setelah berkeliling, Dagaz melihat berbagai macam artis – artis sosial m