Share

BAB 7 RESONANSI

Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.

“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”

Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.

“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”

“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”

Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu terbangun dari tidur mereka karena berisiknya suara petir. Semua manusia akhirnya terjaga malam itu. Badai petir benar – benar merusak heningnya malam. Herrscher senang melihat kejadian itu.

Petir semakin menjadi – jadi dan menyerang puncak – puncak gedung. Pohon – pohon di taman juga menjadi sambarannya. Malam itu menjadi malam yang mencekam. Kobaran api akibat sambaran petir menjadi lampu malam itu. Beberapa lampu gedung tiba – tiba padam. Semua orang keluar dari gedung dan rumah mereka. Mereka melihat ke langit yang penuh kilatan cahaya. Mereka menutup telinga mereka karena tidak tahan dengan suara yang sangat menggelegar.

“Kau tidak takut petir itu menyambarmu?” tanya Death.

“Tenang saja, aku sudah memasang lapisan pelindung di atap gedung ini. Petir itu tidak akan bisa menyentuhku,” jawab Herrscher penuh percaya diri.

------------------------------

Di waktu yang sama, pria yang sejak tadi memperhatikan gedung dimana Herrscher berada, akhirnya segera menggunakan kemampuannya. Dia memejamkan matanya. Ia berkonsentrasi membayangkan sesuatu. Ia membuat suatu visual dalam benaknya yang selanjutnya akan ia implementasikan ke dalam bentuk nyata. Pria itu membuka matanya.

“Ayo kita lakukan!”

Sosok entitas muncul di sampingnya.

“Ayo!” ucap entitas di sebelahnya.

Pria itu mengambil buku catatan kecil dari kantongnya. Ditulisnya suatu kalimat ke dalam catatan berwarna hitam tersebut.

- Petir segera berhenti tepat malam ini dan tidak membahayakan manusia di sekitarku. -

Entitas tersebut berubah wujud menjadi sesuatu cahaya yang abstrak namun tak dapat dilihat mata. Cahaya itu tampak perlahan memudar namun meluas. Semakin lama, cahaya itu perlahan benar – benar menghilang.

Seketika gelegar petir sedikit berkurang intensitasnya. Hal itu membuat manusia di wilayah itu sedikit tenang. Sambaran petir pun tidak seagresif  sebelumnya. Orang – orang mulai kembali ke gedung dan rumah mereka, kecuali mereka yang rumahnya tersambar petir. Pria itu adalah Dagaz yang berada di masa yang sama dengan Herrscher saat ini.

Cahaya yang tadinya menghilang, kembali berkumpul menjadi cahaya yang lebih terang. Cahaya itu membentuk suatu sosok yang abstrak. Dialah Dark yang merupakan entitas yang selalu bersama Dagaz.

“Setidaknya ini dapat mengurangi efek yang lebih besar,” ujar entitas tersebut.

“Kau benar. Untunglah aku yang di masa lalu mendapat penglihatan tentang kejadian ini.”

“Kau harus berhati – hati. Bisa jadi dia menyadari kalau yang barusan adalah ulah kita.”

“Kita harus segera pindah dari sini, Dark,” ajak Dagaz kepada entitasnya.

Mereka pun bergerak meninggalkan tempat mereka berdiri sebelumnya. Petir masih tetap mengelegar meski tidak separah sebelumnya. Langit masih berhiaskan kilatan garis cahaya putih di tengah gelapnya langit malam.

------------------------------

Sebuah siaran berita nasional tiba – tiba memotong siaran yang berlangsung saat itu. Media tersebut menyiarkan keadaan dan kondisi mencekam di wilayah yang terjadi badai petir. Tampak di layar keadaan sangat mencekam.  Tampak wajah orang – orang yang menyaksikan berita itu seperti melihat suatu kiamat kecil. Seorang reporter wanita menyampaikan berita langsung dari lokasi kejadian. Kilat – kilat petir membuyarkan penglihatan pemirsa karena terlalu silau untuk dilihat. Reporter wanita itu seperti di sorot lampu flash dari segala arah hingga tidak terlihat wajah ayu darinya. Setelah menyiarkan berita tersebut, ia berlindung di dalam gedung untuk menghindari sambaran petir yang sangat acak.

 ------------------------------

Herrscher yang masih berada di puncak gedung, merasa ada yang janggal dengan kondisi alam yang dibuatnya. Ia merasa ada pihak yang mengintervensi apa yang sedang ia kerjakan.

“Apa – apaan ini? Kenapa tiba – tiba frekuensinya kembali melemah?”

“Ada yang berusaha mengembalikan alam ke kondisi semula,” jawab Death.

“Siapa?” tanya Herrscher.

Death tidak menjawab pertanyaan Herrscher. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Death, Herrscher kembali mengutak atik peralatannya. Petir kembali menggelegar, namun tidak bisa seagresif  sebelumnya. Herrscher bingung karenanya. Ia heran karena peralatannya tidak berfungsi seperti yang ia harapkan.

“Percuma kau berusaha untuk mengubah resonansi. Selama makhluk Bumi tidak mendukung apa yang kau inginkan, hal itu tidak akan berpengaruh signifikan.”

“Maksudmu, Law of Attraction?”

“Kau benar.”

Herrscher menutup matanya. Kemudian ia mulai memvisualkan sesuatu dalam benaknya. Suatu badai petir yang sangat besar bahkan sampai menciptakan kobaran api di mana – mana. Sambaran petir yang bahkan mampu menghancurkan gedung beton sekalipun. Pohon – pohon terbakar namun tidak ada hujan sehingga api tidak dapat padam. Herrscher fokus berkonsentrasi dalam pikirannya.

Terdengar suara sirene pemadam kebakaran berlalu lalang. Badai petir itu menyambar salah satu dari mobil pemadam kebakaran yang sedang melintas. Hal ini menyebabkan pertolongan menjadi terkendala. Kondisi yang sebelumnya mulai tenang menjadi kacau kembali.

 Herrscher kembali membuka matanya. Ia kembali mengutak atik peralatannya. Apa yang diharapkannya terjadi sesuai keinginannya. Ia senang dengan hal itu.

“Kalau Law of Attraction bisa digunakan untuk hal positif, maka bisa juga dipakai untuk tujuan negatif, bukan?” ujar Herrscher dengan sedikit tertawa senang.

------------------------------

Dagaz yang posisinya kini lebih jauh dari sebelumnya, memandang ke langit. Petir kembali bergemuruh. Kilatan menjadi kembali lebih intens. Ia menyadari sesuatu.

“Dia menggunakan kemampuan yang sama denganku,” ucap Dagaz.

“Lalu apa rencanamu?” tanya Dark.

“Tidak ada, aku tidak bisa mengendalikan lebih dari ini. Aku belum sehebat itu.”

“Lebih baik kita segera menyingkir dari sini! Daerah ini sudah tidak aman!”

Petir semakin liar menyambar gedung – gedung bertingkat. Namun ada satu gedung di wilayah itu yang tidak terkena sambaran petir. Orang – orang mulai curiga dengan fenomena yang aneh itu. Mereka yang menyadari segera mengajak yang lain untuk mendatangi gedung yang tampaknya aman dari sambaran petir. Terdengar suara orang – orang yang ramai di jalan menuju ke gedung itu. Itulah gedung di mana Herrscher kini berada.

Herrscher menyadari bahwa orang – orang beranjak menuju gedung di mana dia berada. Tanpa pikir panjang, Herrscher segera meningkatkan resonansi sehingga petir makin menggila. Petir pun menghantam gedung di mana Herrscher berpijak. Orang – orang yang mau mendatangi gedung tersebut mengurungkan niatnya.

“Gedung itu juga tidak aman!” teriak salah satu orang di sana.

Beberapa gedung mulai retak karena berulang kali terkena sambaran petir. Beberapa orang mati mendadak karena tersambar petir yang makin liar. Aroma gosong dari manusia tercium menyebar di wilayah itu. Semua manusia di sekitar itu panik. Banyak dari mereka yang tiba – tiba menjadi religius dengan memohon kepada Sang Pencipta .

Dari tepi gedung, Herrscher melihat tingkah laku manusia di bawahnya.

“Ah, sudah terlambat, saudara – saudara...” ucap Herrscher dengan senyumnya yang sadis.

Herrscher mendekati peralatannya. Ia semakin liar meningkatkan resonansi.

“Apa yang kau lakukan?!” seru Death yang tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Herrscher. Death menahan tangan Herrscher. “Kau bisa mati di sini!” Death memberikan peringatan kepada Herrscher.

“Tenang saja, segera kita akan teleport ke tempat lain.”

Herrscher meningkatkan resonansinya dan sebuah petir dengan kilatan cahaya yang sangat besar langsung menghujam ke daratan wilayah itu.

ZAPPP!!! Tepat sebelum petir itu menyambar seluruh kota, Herrscher telah berpindah lokasi. Tempat yang jauh dari wilayah itu.

------------------------------

Siaran berita masih berlangsung. Reporter yang menyiarkan berita tadi beranjak keluar dari gedung. Ia ingin agar para pemirsa di rumah dapat menyaksikan langsung kejadian badai petir yang kembali kacau.

“Awas!!” teriak kameramen memperingatkan reporter itu.

Para pemirsa bisa menyaksikan kilatan cahaya yang besar itu dari layar TV mereka. Betapa kagetnya para pemirsa yang menyaksikan reporter wanita yang memberikan berita itu tewas terpanggang sambaran petir. Tubuhnya hangus seketika menjadi hitam legam. Tampak kameramen juga ikut terkena sambaran petir karena siaran kamera tersebut jatuh setelah kejadian itu. Pihak stasiun TV segera mengganti siaran berita karena kejadian tersebut dengan iklan. Kejadian ini akan menjadi ingatan kelam bagi manusia di wilayah itu. Sebuah peninggalan buruk yang diberikan oleh manusia dari masa depan yang bernama Herrscher.

------------------------------

“Kau berpindah di waktu yang tepat.”

“Tentu saja, aku tidak sebodoh itu terpengaruh oleh emosi. Semua sudah kuperhitungkan.”

“Jadi ini juga salah satu caramu untuk memancing?”

“Tepat sekali. Dengan begini, bila dia tidak mau memunculkan dirinya, maka akan kubuat bencana yang lebih parah dari ini,” ucap Herrscher penuh keseriusan.

Herrscher kini telah berada di puncak gedung di kota yang lain. Ia memandang langit malam yang tenang dan minim bintang karena cahaya lampu kota. Berbeda dengan langit wilayah sebelumnya yang ia buat kacau. Herrscher tertawa dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status