Beberapa tahun lalu, negara Nuswan sering mengalami berbagai bencana alam seperti banjir bandang, tsunami, tanah longsor, dan awan panas. Bahkan letusan gunung berapi merupakan hal yang sering menghiasi berita di layar kaca dan internet. Banyak indigo pada akhirnya hanya bisa memberikan prediksi datangnya bencana, namun tidak berani menyatakan waktu pastinya bencana tersebut datang. Itu semua karena Dagaz sering menggagalkan prediksi mereka. Dengan kemampuannya, Dagaz mampu menunda atau mempercepat bencana. Hingga akhirnya para indigo hanya berani memberikan berita melalui grup chat mereka sendiri. Mereka memberikan informasi secara bawah tanah . Seperti yang diketahui sebelumnya, Dagaz adalah mata – mata di group tersebut.
Terdengar suatu legenda, akan datangnya sesosok pemimpin. Sosok yang akan membawa negara tersebut ke masa kejayaan. Dan menjadi barometer bagi negara lain. Namun karena legenda itu pula, banyak pihak yang mengaku – ngaku sebagai sosok legenda itu. Hal itu mereka lakukan demi kepentingan pribadi dan kelompok. Para indigo pun tidak berani mengungkapkan siapa sebenarnya sosok yang mereka tunggu kedatangannya. Karena bagi mereka, biarlah raja itu datang dengan sendirinya.
------------------------------
Dagaz telah berada di dimensi yang berbeda dari sebelumnya. Ia bersama arwah – arwah orang yang baru saja mati, terbang menuju langit. Ia yang saat ini melayang di langit, membentangkan telapak tangannya ke arah Bumi. Dari tangannya keluar energi berbentuk frekuensi. Arwah – arwah yang bersamanya berkumpul masuk ke dalam tubuh Dagaz. Pancaran energinya pun semakin kuat.
Suatu frekuensi yang aneh melintasi lapisan udara di negara itu. Frekuensi yang menyeimbangkan frekuensi kiriman Herrscher dan menyebabkan total frekuensi tersebut mendekati normal. Frekuensi yang mempengaruhi medan elektromagnetik bumi. Frekuensi kebalikan tersebut membuat frekuensi yang saat ini berada di posisi tinggi, menjadi kembali ke posisi rendah. Dagaz menyadari, bila membiarkan frekuensi yang tinggi tersebut, akan menyebabkan sistem saraf manusia di dalamnya dilanda stress. Frekuensi kebalikan itulah yang Dagaz gunakan untuk mengembalikan sistem saraf manusia menjadi kembali santai. Juga untuk mengembalikan Bumi dalam keadaan normal kembali.
------------------------------
Herrscher merasakan ada yang memanipulasi frekuensi tinggi yang seharusnya sedang berjalan. Dia tidak tahu siapa pihak yang mensabotase frekuensi tersebut. Jam tangannya terus menerus memberikan notifikasi tentang kemunculan frekuensi tersebut. Sang Penghancur yang Herrscher harapkan kedatangannya, seharusnya sudah muncul di tahun tersebut. Bencana yang direncanakan datang silih berganti, seakan tertahan. Dengan adanya frekuensi kebalikan tersebut, Herrscher mengerti penyebab Sang Penghancur tidak kunjung datang. Selama ini, ada pihak yang menghambat kedatangan Sang Penghancur.
Herrscher yang saat ini berdiri di puncak tertinggi gedung, kembali mengecek jam tangannya. Terpampang angka 7,8Hz di layar jam tersebut. Herrscher mencoba kembali menganalisa sumber frekuensi kebalikan dengan smartphone miliknya. Titik berkedip muncul dari layar . Namun perlahan titik itu menghilang, begitu pula peralatan milik Herrscher yang semakin panas karena dipaksa untuk menghasilkan frekuensi yang dia inginkan.
Karena melihat peralatannya mengalami overheat, Herrscher segera mematikan peralatannya. Ia tidak mau mengambil resiko bila alat miliknya rusak. Herrscher menarik napas panjang. Menenangkan pikirannya yang merasa ditantang pihak misterius. Ia menjauhi peralatannya, lalu menatap langit yang perlahan tertutup awan. Udara panas mulai berkurang. Angin menghembuskan udara segar. Pandangan mata Herrscher seperti orang yang sedang kesal.
“Baiklah. Untuk saat ini aku akan menjadikan lokasi ini sebagai markasku.”
“Tidak. Jangan di gedung ini. Carilah gedung yang telah lama ada dan terbengkalai dan telah lama ada . Karena kau membutuhkan wilayah yang tidak berubah sejak berpuluh – puluh tahun lamanya,” saran Death pada Herrscher.
“Ada apa?” Herrscher tidak mengerti alasan perkataan Death. Alisnya saling asimetris.
“Ada baiknya kau kembali ke masa yang lebih lampau untuk mengatasi masalah ini.”
Herrscher berpikir sejenak. Namun tak butuh waktu yang cukup lama, Herrscher menerima saran Death. Untuk sementara, Herrscher akan memfokuskan pencarian lokasi yang tepat sebagai markas miliknya.
“Menurut perkiraanku, seharusnya di tahun ini banyak kejadian bencana alam yang masif. Sepertinya yang menjadikannya tidak terjadi adalah karena ulah pihak itu. Entah itu adalah pribadi atau kelompok. Teknologiku tidak bisa mendeteksinya,” ujar Herrscher sambil memegang dagunya. Jari – jarinya mulai masuk ke mulutnya. Ia menggigit kukunya yang sangat tipis.
Herrscher kemudian melipat tangannya di depan dada. Pikirannya saat ini melalang buana mencari kemungkinan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Ia berpindah ke tepi gedung, menyaksikan keadaan kota tersebut dari puncak gedung.
------------------------------
Tubuh astral Dagaz yang saat ini berada di langit, mulai merasakan bahwa frekuensi mulai normal. Ia menstabilkan energi yang ia pancarkan lalu perlahan melepaskannya. Setelah merasa cukup dengan kiriman frekuensi tandingannya. Dagaz kembali menormalkan dirinya.
Satu per satu arwah di tubuh Dagaz keluar. Mereka kini mengelilingi Dagaz.
“Terima kasih atas bantuan kalian. Tanpa kalian, sepertinya aku akan kesulitan untuk menghentikan ulahnya,” ucap Dagaz kepada para arwah.
“Sama – sama,” balas salah satu arwah. “Setidaknya, inilah yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan dunia kami.”
Satu per satu arwah tersebut kemudian menghilang menjadi berkas cahaya yang terasa hangat di penglihatan.
Dagaz menarik napas dalam – dalam hingga di kepalanya terasa aliran listrik yang berasal dari tulang punggungnya menuju ke kepalanya. Kini Dagaz telah kembali ke fisiknya.
Dagaz terbangun dari tidurnya.
“Hahaha, aktingmu sangat bagus, Dagaz,” sambut Dark ketika Dagaz baru saja terbangun.
“Apa maksudmu?” tanya Dagaz heran.
“Kau bahkan tidak memerlukan bantuan arwah itu kalau hanya untuk mengembalikan frekuensi kembali ke asalnya.”
“Hm... itu benar. Tidak salah.”
“Lalu.... kenapa kau meminta bantuan para arwah?”
Dagaz ingin tertawa tapi ia menahannya.
“Kenapa kau tertawa?”
“Hahaha.... “ tawa Dagaz terbahak – bahak. “Suka – suka aku dong...” Dagaz bangkit dari tempat tidurnya. “Kan setidaknya aku memberikan mereka kesempatan agar berguna bagi Bumi terutama negara ini. Lagipula, aku tidak punya kepentingan apapun terhadap negara ini. Mau negara ini hancurpun juga aku tidak peduli.”
“Aku bingung dengan pola pikirmu. Kalau begitu, kenapa kau tidak biarkan saja dia yang mengganggu.”
“Ah, tak apa. Aku hanya tidak suka saja, ada yang mencampuri kondisi di sini. Apalagi ini adalah wilayahku.” Dagaz memiringkan bibirnya, matanya mengarah ke kanan, “Ah aku punya suatu ide.”
“Ide seperti apa?”
“Kita harus segera menemui dia!” ucap Dagaz tiba – tiba.
“Dia? Dia siapa? Kalau bicara yang jelas!” tanya Dark kaget mendengar ajakan Dagaz yang terkesan spontan.
“Dia.... Sang tokoh legendaris yang dulunya adalah penasehat raja di masa lampau. Hehehe. Lebih tepatnya ketika masa negara ini masih berupa kerajaan.”
“Oh, maksudmu dia yang tidak mau menampakkan dirinya?” balas Dark.
“Bukan! Bukan dia. Kalau yang kamu maksud itu adalah dia yang disembunyikan. Bukan dia maksudku. Dia yang tersamarkanlah yang ku maksud.”
“Tersamarkan?” Dark semakin bingung dengan petunjuk Dagaz.
“Astaga.... Paman Gendut!” ucap Dagaz sambil menggerakkan kedua tangannya. Jari kanan telunjuknya menunjuk ke depan, sedangkan tangan satunya menekuk di belakang punggungnya. Ia menirukan perwujudan dari fisik yang menjadi gambaran orang – orang di masa itu.
“Oh, Shamar maksudmu?”
“Ya! Dia yang kumaksud. Astaga... kau harus diberi petunjuk sedetail itu.”
“Siapa suruh memberi petunjuk tidak jelas seperti itu!” Dark mulai kesal.
“Sudah... sudah... Jangan emosi. Yang penting sekarang kan kamu sudah tahu maksudku.”
“Kalau begitu, ayo kita segera pergi menemuinya! Kau tahu lokasinya kan?”
“Aku sebenarnya juga tidak tahu. Hehehe. Tapi biarkan instingku yang akan mengantarkan kita kepadanya. Aku khawatir bila janji yang ia ucapkan justru dipercepat kedatangannya.”
Suasana kamar yang hening mematikan pembicaraan antara Dagaz dan Dark. Dagaz kembali duduk di kasurnya. Ia kembali merebahkan badannya.
“Loh, kok malah tidur?”
“Kita kan tidak tahu harus mulai mencari dari mana,” jawab Dagaz dengan santai.
“Ah, benar juga.”
“Sudahlah, aku mau tidur dulu. Aku mau istirahat. Kan aku sudah mengembalikan Bumi ke kondisi normal,” ucapnya dengan bangga.
“Terserah kamu saja!”
Dark pergi meninggalkan Dagaz. Tubuhnya menjadi kabut asap yang menghilang dengan cepat. Kini hanya Dagaz sendirian di kamarnya.
------------------------------
Terdapat suatu legenda tokoh di negara itu. Hal ini dimulai ketika negara tersebut masih berupa kerajaan. Tersebutlah tokoh yang menjadi penasihat seorang raja secara turun temurun di kerajaan masa lampau. Setiap kalimat yang diucapkan oleh penasihat itu adalah berupa ajaran kebenaran. Setiap kalimat yang dilontarkan olehnya, bagaikan gema yang mengisi semesta. Tokoh itu sangat konsisten dan berani bertanggung jawab atas apa yang telah ia katakan. Karena kekonsistenannya, ia selalu mengulang – ulang apa yang telah ia ucapkan dan tidak ada kalimat yang berubah darinya.
Namun sangat disayangkan, suatu ketika terjadi perbedaan prinsip antara raja dan dirinya. Karena marah terhadap prinsip yang dipilih raja tersebut, penasihat itu memilih berpisah dengan Sang Raja. Tepat sebelum dia pergi, ia mengirimkan kutukan kepada wilayah itu. Sang Penasihat berjanji bahwa dia akan kembali suatu saat nanti. Bila sang penasihat datang kembali, maka ia akan menghapus prinsip yang telah dipilih oleh raja tersebut. Dia akan mengembalikan prinsipnya untuk kembali dipegang oleh wilayah tersebut.
Tanda kedatangannya kembali adalah ketika wilayah tersebut mengalami bencana bertubi – tubi. Polemik yang abadi akan menjadi santapan sehari – hari. Setelah mengucapkan kutukan tersebut, penasihat itu berubah wujud menjadi cahaya dan terbang ke arah timur.
Suasana dini hari kali ini sangat damai, tidak seperti kemarin. Herrscher masih sibuk dengan laptopnya. Ia mencari informasi di internet. Ia sangat gigih untuk menjalankan rencananya. Ia rela begadang demi rencana itu. Death menyaksikan antusiasme Herrscher.“Kenapa kau gigih sekali? Kau bahkan tidak punya kepentingan dalam hal ini.”Herrscher berhenti sejenak dari kesibukkannya. Dia diam sejenak.“Kau benar. Aku tidak memiliki kepentingan apapun tentang ini,” jawab Herrscher.“Kalau begitu, kenapa kau merepotkan dirimu hanya untuk ini?”“Entahlah, seperti ada sesuatu yang membuatku merasa... aku harus memperbaiki kondisi di masa ini. Bagaimanapun caranya, kondisi di jaman ini harus dirubah...”Tiba laptopnya mengeluarkan suara notifikasi yang menghentikan kalimat Herrscher.“Sistemku menemukan petunjuk!” seru Herrscher sambil menunjukkan layar laptopnya kep
Saat ini Herrscher terdesak. Kedua raksasa itu terus saja menghujaninya dengan serangan gada mereka. Herrscher hanya bisa menghindar dari serangan itu. Beruntung Herrscher memiliki kecepatan diatas manusia pada umumnya. Hantaman demi hantaman dilayangkan oleh kedua raksasa. Beberapa hantaman mengenai Herrscher yang membuatnya terlempar beberapa meter.Herrscher mencoba menusuk makhluk itu dengan vector miliknya. Namun vector tersebut hanya memberi goresan terhadap kedua makhluk tersebut. Sepertinya kulit makhluk tersebut terlalu keras untuk vector miliknya. Herrscher terus menerus menghindar dari setiap hantaman yang mereka lancarkan. Berulang kali juga Herrscher terkena hantaman dari kedua gada mereka yang silih berganti menyerangnya. Herrscher melihat Death yang hanya diam saja ketika ia diserang kedua makhluk astral.“Death! Bantu aku! Teknologiku tidak bisa digunakan untuk melawan mereka!” pinta Herrscher dengan nada yan
Masih di hutan yang sama, sosok itu masih berbincang – bincang dengan Shamar.“Apa alasanmu, Shamar?” tanyanya.“Manusia di sana masih belum siap untuk menghadapi kedatangannya. Akan percuma mendatangkan dia yang akan menjadi pemimpin mereka,” jawab Shamar.“Kau benar. Sayang sekali, prinsip yang dibawa sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini, tidak akan bisa membawa manusia pada pencapaian sempurna. Mereka terjebak oleh akal pikiran dan dualitas. Mereka masih mencari kebenaran menurut dualitas. Padahal sesuatu yang benar dan salah adalah hasil tarik menarik. Mereka mengumpulkan berbagai kebenaran, yang tanpa mereka sadari berasal dari kenangan buruk. Mata batin mereka pun akhirnya menjadi gelap.” Sosok itu menatap ke langit yang terhalang oleh dedaunan pohon nan tinggi. “Sama seperti pandangan ini. Ingin melihat langit namun terhalang oleh pohon – pohon ini. Cahayanya bahkan tak bisa menembus tanah.&rdq
Suasana hening sekarang menjadi nuansa di hutan tersebut. Dagaz masih di sana bersama Shamar. Dagaz melangkahkan kakinya mendekati Shamar. Suara gemerisik daun mengikutinya. Shamar menunjuk portal hijau yang terbuka di dekatnya, kemudian mengajak Dagaz mengikutinya. “Mari, ikutlah denganku.”Tanpa rasa curiga, Dagaz mengikuti ajakan Shamar. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam portal tersebut dan tibalah mereka di suatu tempat yang juga berupa hutan.“Di sinilah sebenarnya aku berada selama ini,” sambut Shamar saat Dagaz pertama kali mendatangi sisi lain hutan. Dimensi yang berbeda dari hutan sebelumnya.Suatu pertanyaan muncul di benak Dagaz. Demi memuaskan penasarannya, Dagaz segera bertanya kepada Shamar. “Apakah hutan ini sebenarnya adalah bagian dari kerajaan tersebut? Apakah tempat ini memang sengaja disembunyikan ketika kerajaan lain menghancurkan kerajaanmu dulu?”Shamar tidak langsung menjawab pertanyaan Dagaz
TAHUN 1996Herrscher tiba di masa yang sama dengan Dagaz. Dia berdiri di atap gedung yang tinggi. Seperti yang sudah – sudah. Karena dari ketinggianlah, dia bisa melihat kondisi wilayah itu. Ketinggian dalam bukan arti harafiah. Herrscher mencari informasi tentang kondisi negara itu melalui media. Dari media yang dia baca, Herrscher mengetahui bahwa saat ini negara tersebut sedang dikuasai oleh penguasa yang diangkat secara kebetulan. Dia kembali menelusuri sejarah negara tersebut melalui gawainya.“Sia – sia perjuangan penguasa pertama. Dia sudah akrab dengan nuansa penjara hanya untuk membebaskan negara ini dari penjajah. Namun dia telah dilengserkan secara halus.”“Hahaha... negara ini hanya kebetulan saja mendapatkan kemerdekaannya. Penjajah mereka diserang musuh sehingga penjajah itu harus menarik pasukannya dari sini. Negara ini hanya berada di waktu yang tepat untuk menyatakan kemerdekaannya.”
TAHUN 1996Dagaz menelusuri kota yang nuansanya jauh berbeda dengan jamannya. Benar – benar suasana yang membawa kita nostalgia ke jaman dulu. Kota bernuansa tua bagi manusia di masa depan. Dagaz mendatangi kios koran yang menyediakan berbagai koran yang sudah kadaluarsa. Dia mengambil salah satu koran di meja kios itu lalu ia baca.Dari koran itulah, Dagaz tahu bahwa pernah terjadi sebuah peristiwa yang tiba – tiba menjadi topik hangat di masa itu. Dagaz membaca berita yang tersiar bahwa istri penguasa telah meninggal beberapa hari lalu. Dagaz tidak heran dengan berita itu karena ia yakin kalau itu adalah ulah Herrscher. Kejadian itu adalah bagian dari rencananya. Dagaz hendak mencari di mana Herrscher di masa itu.“Kita harus segera menemukannya!” ajak Dagaz.“Percuma! Kita terlambat. Dia sudah selesai menjalankan aksinya di tahun ini. Lebih baik kita pergi ke tahun depan. Dia pasti ingin menyaksikan ha
Herrscher bersiap mengeluarkan kemampuan matanya. Bola matanya menjadi putih seluruhnya. Ditengah bola matanya, muncul sigil berwarna merah darah menyala. Dengan kemampuan mata tersebut, Herrscher mampu mengendalikan makhluk halus itu sesukanya. Salah satu makhluk astral yang paling dengan Herrscher menjadi imbas serangan pertama. Hanya dengan sedikit menyipitkan mata, makhluk astral itu langsung tersungkur dan menghilang bagaikan debu. “Kalian ternyata berani denganku...” suara Herrscher menggema di gedung tersebut. “Darimana kau memiliki mata itu?” tanya salah satu makhluk astral. Aura kemarahan tampak di sekeliling Herrscher. Udara di gedung tersebut menjadi dingin seketika. Dengan cepat Herrscher berlari ke salah satu makhluk itu dan mencengkram kepala mereka. Cengkraman tersebut ternyata bertujuan mengambil energi dari makhluk itu. Aura energi makhluk astral itu menyebar mengelilingi tangan Herrscher dan masuk ke tubuhnya. Makhluk itu p
Herrscher melangkahkan kakinya dan berdiri di samping Death.”Aku ingin kau segera memunculkan dirimu. Aku ingin kau segera menyatakan janji akan kedatanganmu,” pinta Herrscher dengan nada halus.Shamar tidak merespon permintaan Herrscher. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya.“Apa yang kau tunggu? Bukankah tanda – tanda kedatanganmu sudah terlihat? Sudah waktunya kau menyatakan diri. Apa perlu sampai sehancur – hancurnya baru kau akan hadir di tengah publik?”Shamar menggeleng – gelengkan kepalanya lagi, “Belum saatnya aku datang. Jaman ini sedang berproses untuk menuju ke sana. Bila sudah waktunya, tentu tanpa kau minta, aku akan datang.”Seketika suasana hutan berubah. Waktu terhenti. Daun pohon yang hendak jatuh ke tanah pun melayang karenanya. Waktu benar – benar berhenti. Kini mereka berdua berada di dunia lain. Seluruh obyek menjadi bernuansa hijau. Mereka berada di lokasi yang