Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.
“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.
Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.
Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.
“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.
“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Ada tiga sejarah: Kejadian yang pernah terjadi dan ditulis Kejadian yang tidak pernah terjadi namus tertulis Kejadian yang pernah terjadi namun tidak tertulis Alkisah terdapat suatu negara yang mempunyai cita - cita akan datangnya masa keemasan setelah seratus tahun kemerdekaanya. Berbagai harapan, visi, dan misi selalu dilontarkan oleh pemerintah negara tersebut melalui banyak media. Bahkan biarpun berulang kali berganti kepemimpinan, harapan itu tetap ada. Masa itu adalah masa dimana negara tersebut mencapai target sasaran mereka di bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya. Namun harapan itu hanyalah sebuah harapan. Berbagai rencana telah dibentuk bertahun – tahun demi terciptanya masa keemasan tersebut. Bahkan mereka berencana menjadi negara yang berpendapatan tinggi di tahun ke 90 kemerdekaannya. Cita – cita untuk menjadi n
Pria dari masa depan tersebut sesekali menghadap kebelakang untuk memastikan bahwa orang yang ditemuinya tadi tidak sedang mengikutinya. Pria dari masa depan masih merasa curiga dengan orang itu. Setelah berjalan cukup jauh dan merasa tidak diikuti, pria dari masa depan tersebut mulai melangkahkan kakinya dengan santai. Dia mengarahkan pandangannya ke depan sambil mengingat wajah pria tadi. Kemudian dia berbicara dengan entitas di sebelahnya.“Siapa dia? Kenapa kau bisa mengatakan kalau dia memiliki ikatan denganku?”“Kau akan tahu siapa dia nanti. Yang penting sekarang, apa yang sedang kau pikirkan?”Pria itu menatap langit dan membayangkan sesuatu di kepalanya. Sesuatu yang menurutnya sangat seru, namun tidak bagi orang lain. Pria itu menghentikan langkahnya dan berhenti di dekat lampu pinggir jalan. Ia mengubah pandangannya ke arah jalan raya. Tampak orang – orang berlalu lalang di trotoar. Dia mendapatkan ide dari pengl
ZAPPP!!!Pria dari masa depan berdiri di dekat pohon yang berdaun lebat dan rindang. Bayangan dari pohon tersebut menyembunyikan keberadaan pria tersebut. Pria dari masa depan telah tiba di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Lokasi yang sama padatnya dengan manusia yang berlalu lalang. Namun tidak ada manusia yang sadar akan kedatangan pria itu yang tiba – tiba hadir di antara mereka. Banyak mereka yang sibuk melihat gawai yang mereka pegang.Ia melangkahkan kakinya, berjalan di trotoar. Kini ia berada di antara kerumunan orang – orang. Sesekali ia melihat gedung – gedung pencakar langit di sekitarnya. Entitas yang melihat gelagat pria itu, mengetahui bahwa pria itu sedang memikirkan sebuah rencana.“Kau tahu kenapa aku membunuh mereka?” tanya pria itu kepada entitas di sebelahnya. Ia masih terus berjalan di tengah orang – orang yang berlalu lalang.“Aku tahu,” jawab entitas tersebut.
Dari sosok asap hitam yang halus, perlahan asap hitam itu makin tebal dan berubah menjadi padat. Itu adalah Death yang perlahan membentuk sosok manusia. Seorang pria dengan jubah hitam lengkap dengan tudung khas malaikat pencabut nyawa namun tanpa membawa sabit. Ia berdiri di samping Herrscher.“Tampaknya kau sedang suntuk. Bagaimana bila kita pergi ke perpustakaan di kota ini?” ujar Death memberi saran. Death berencana mengajak Herrscher untuk mendatangi sebuah perpustakaan di kota. Dengan wujud yang kasat mata, Herrscher bisa berbicara dengan Death selayaknya berbicara dengan manusia.“Ah, ide bagus!” Herrscher menyetujui ide Death. Herrscher berpikir, mungkin ia bisa mendapatkan ide dari buku yang ia baca di perpustakaan. Tiba – tiba Herrscher teringat sesuatu, “Namun sebelum itu, kau harus mengganti tampilanmu. Tampilanmu saat ini sangat tidak sesuai dengan budaya di sini.” Herrscher menunjuk jubah yang Death gunak
Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”“Tapi kau tidak membawa laptop.”“Ah, kau benar.”Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya. Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan
Malam hari menjelang. Keramaian kota masih tidak berubah karena kebiasaan yang makin nokturnal. Herrscher kini berada di atas gedung yang jarang didatangi pihak security. Dari atas gedung itulah Herrscher menyaksikan pemandangan kota.“Kita lakukan sekarang!” ajak Herrscher kepada Death.“Kau lupa membawa peralatanmu,” Death mengingatkan.”Astaga! Kenapa aku bisa seceroboh itu?” tanya Herrscher pada diri sendiri.Herrscher kembali mengaktifkan mesin waktunya. Efek dimensi ketika pintu waktu terbuka, membuat perangkat elektronik di gedung itu menjadi terganggu sementara. Lampu – lampu dalam gedung berkedip cepat, dimana seharusnya lampu di dalam gedung tersebut padam karena para karyawan sudah pulang sejak tadi. Herrscher menghilang dari masa tersebut.------------------------------Masa di mana Herrscher seharusnya .Herrscher mendatang
Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu
Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta