Share

BAB 5 PERBANDINGAN

Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya  memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.

“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi  dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”

“Tapi kau tidak membawa laptop.”

“Ah, kau benar.”

Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya . Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan  lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian   yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan tangan kirinya, lalu menaruhnya di atas meja.

“Bagus, dengan begitu kau bisa berbaur dengan manusia di jaman ini,”ucap Death.

“Tentu saja. Aku tidak sebodoh itu.”

Herrscher lalu membuka laptop tersebut dan menghubungkan dengan jaringan pada jam di tangannya. Tampak tampilan operating system yang berbeda dibandingkan aplikasi di jaman itu. Death segera menyuruh Herrscher mengubah tampilan sistem laptopnya. Hanya dengan sedikit sentuhan, tampilan layar Herrscher sudah menjadi seperti di jaman itu..

Herrscher membuka browser dan membaca artikel dari masa lalu, 26 tahun sebelum masa itu. Berbagai macam konflik politik disusupi isu agama. Para politisi menggunakan agama untuk memuluskan jalan mereka. Herrscher menggeleng – gelengkan kepala.

“Beruntunglah di jamanku, agama dan pemerintahan dipisahkan. Tidak ada lagi pengkotak – kotakan golongan seperti itu. Hanya berdasarkan kemampuan manusia itu sendiri.”

“Kau jangan membandingkan jaman ini dengan jamanmu. Di jamanmu, semua pemuka agama palsu langsung diberantas habis. Perilaku mereka harus sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Sehingga pengikutnya benar – benar sesuai dengan ajaran mereka. Beruntung pula semua kitab – kitab agama langit telah diketahu asal – usulnya. Sehingga bagian – bagian yang palsu telah berhasil diidentifikasi. Tidak ada lagi kitab yang terdapat unsur kepentingan kelompok di dalamnya. Semua berjalan sesuai dengan perjalanan spiritual masing – masing.”

Herrscher itu mengangguk setuju dengan jawaban Death. Pikiran Herrscher terbesit tentang buku Herrscher yang menceritakan dirinya. Dia ingin mengubah isi dari buku tersebut atau mengubah takdirnya. Dia ingin menggunakan cara lain untuk proses pemusnahan massal yang dilakukannya di buku itu. Herrscher tiba – tiba menyadari sesuatu.

“Di buku ini tidak membahas agama atau memihak ke salah satu agama manapun. Berarti sesuai dengan jamanku dimana agama bukanlah suatu hal yang penting. Manusia lebih mengutamakan sisi kemanusiaannya  dalam kehidupan. Tapi kalau terjadi seperti itu, apa yang menjadi penyebab terjadinya hal itu? Aku jadi penasaran dengan hal ini. Siapa yang menjadi penyebab terjadinya hal ini? Siapa yang bisa menghilangkan kepentingan agama di masa depan? Aku tidak punya data tentang itu.”

“Apa rencanamu sekarang, Herrscher?”

Herrscher pun langsung mengarahkan pandangannya pada Death. Dia kembali teringat akan suatu legenda akan datangnya raja yang akan memimpin negara tersebut. Raja tersebut memimpin dengan penuh keadilan dan tegas. Seorang pria yang memiliki dua sifat dalam dirinya, maskulin dan feminim.

“Aku berencana mempercepat kedatangan raja yang menjadi legenda sesuai dengan ramalan yang heboh di jaman dulu. Dengan kedatangan raja tersebut, tentu negara ini akan mencapai masa kejayaan. Tapi pertanyaan muncul dalam pikiranku. Bila keadaan di jamanku sudah seperti itu, seharusnya raja itu sudah pernah muncul sebelum di jamanku. Bukankah begitu?”

Death tidak menjawab pertanyaan Herrscher. Ia hanya diam sembari memalingkan wajahnya.

Herrscher pernah mendengar legenda di masa lalu dimana seorang raja akan hadir untuk menjadi penyelamat bagi mereka yang dia pimpin. Kedatangan raja ini telah diramalkan oleh raja yang hidup di jaman kuno. Raja yang diramalkan tersebut memiliki tingkat konsisten yang tinggi dalam hal kebenaran, kebijaksanaan, dan keadilan. Dia memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi sehingga mampu berpikir secara logis. Tingkah lakunya sangat sopan dan sesuai antara perbuatan dan perkataannya .

Kehadiran raja ini diramalkan setelah datangnya masa kehancuran. Hal ini ditandai dengan munculnya kemelut sosial, bencana alam dan jatuhnya raja yang memimpin wilayah tersebut. Polemik dan bencana terjadi secara beruntun seperti tidak ada habisnya. Bagaikan hari penghakiman bagi manusia.

“Kau tidak perlu mencari raja tersebut, karena raja itu akan muncul dengan sendirinya. Yang lebih penting adalah kau harus mencari dia yang saat ini sedang bersembunyi. Dia yang akan memimpin negara ini, namun dia tidak akan menjadi pemimpin negara. Kedatangannya pun bukan untuk mensejahterahkan ataupun memberikan fasilitas, namun dia hanya bertugas membawa keadilan.”

“Kau benar. Dia sosok yang penting saat ini. Menurut rumor, apapun yang dikatakan olehnya, selalu terbukti. Tapi di jamanku pun, tidak ada yang tahu siapa sebenarnya sosoknya. Seakan – akan, keberadaannya memang disembunyikan,” ucap Herrscher penuh keheranan.

Herrscher kemudian terhenyak sejenak. Dia tiba – tiba takut dengan sosok tersebut. Legenda mengatakan bahwa sosok tersebut sangat sakti. Dengan kemampuannya meramalnya yang setara dengan dewa, ada kemungkinan bahwa sosok tersebut sudah memprediksi, atau malah mengetahui akan kedatangan Herrscher.  Tentu Herrscher harus merencanakan secara matang.

“Menurutmu, apakah sosok itu tahu bahwa aku akan datang ke jaman ini?” tanya Herrscher.

“Tentu saja, dan berhati – hatilah dengannya,” jawab Death.

Herrscher berpikir, dia harus melakukan langkah – langkah yang berseberangan dengan keadilan untuk mencapainya. Tentu  sosok itu akan marah padanya, namun baginya, itu harus dilakukan.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tenang saja, aku akan memperingatkanmu untuk hal ini.”

“Terima kasih, Death.”

“Kau jangan terlalu takut. Dia bukanlah sosok yang mengerikan. Dia bahkan suka bercanda.”

“Tampaknya kau sangat mengenalinya,” Herrscher memandang Death penuh curiga.

Death tidak memberikan respon atas kalimat Herrscher, membuat Herrscher makin yakin ada yang Death sembunyikan darinya.

Herrscher kembali membaca artikel dari masa lalu. Tiba – tiba Herrscher tertawa kecil karena artikel tersebut. Death hanya memandang datar Herrscher.

“Baru saja kita membahas raja tersebut. Tiba – tiba aku membaca artikel di masa lalu, sosok raja tersebut justru dijadikan bahan kampanye untuk memenangkan pemilu. Sepertinya sosok tersebut sudah kehilangan kesakralannya sejak jaman dulu. Aku bisa menganggap hal itu wajar. Sosok raja tersebut memang merupakan topeng yang indah. Banyak yang mengaku sebagai titisan atau sosok raja tersebut. Tampaknya di masa lalu benar – benar memprihatinkan. Sosok raja tersebut dijadikan utopia untuk mendapatkan banyak suara.”

“Sebelum jaman artikel yang kau baca, atau bisa kubilang jaman ketika negara ini masih berbentuk kerajaan. Konsep sosok raja tersebut memang digunakan untuk menghimpun massa. Dan seperti yang kau duga, cara itu sangat ampuh untuk mendatangkan pasukan yang secara sukarela membantu sosok yang mengaku raja untuk melawan penjajah negara ini di masa lalu.”

“Sebegitu besar efek sosok raja tersebut ternyata. Benar – benar krisis harapan,” Herrscher memegang dagunya sambil membayangkan betapa memprihatinkan manusia di masa lalu yang mudah dibodohi dengan konsep itu.

“Kau jangan selalu menilai manusia di masa lalu bodoh. Itu karena mereka belum melewati evolusi pola pikir. Adalah suatu hal yang wajar bila mereka berpikiran seperti itu,” ucap Death dengan nada kesal karena Herrscher selalu merendahkan manusia di masa lalu.

“Maaf. Aku masih terpaku dengan masa depan dan masih membawa pikiranku di masa itu,” pinta Herrscher namun tanpa memandang wajah Death.

Death memaafkan Herrscher dan memaklumi karena Herrscher masih memiliki unsur manusia yang bisa salah.

Herrscher tiba – tiba mempunyai ide dalam benaknya.

“Aku harus mendatangi masa sebelum tahun ini untuk melihat kejadian di masa sebelumnya. Pasti ada penyebab awal dari ini semua.”

“Kemana kita akan melaju?” tanya Death yang tiba – tiba tidak bisa membaca pikiran Herrscher.

“Kita coba 15 tahun sebelum tahun ini. Kurasa ada yang menjadi penyebab penundaan kedatangan raja tersebut. Ayo kita menuju tahun itu!”

Mereka bergegas membereskan laptop dan segera beranjak dari kursi. Mereka keluar dari pintu perpustakaan lalu mencari tempat yang sangat sepi. Herrscher menemukan tempat yang tepat. Mereka berhenti di dekat pohon rindang yang banyak bayangan di sekitarnya. Herrscher mengangkat lengannya. Dengan bantuan Death, mereka pun segera mengaktifkan mesin waktu dari jamnya dan berangkat ke masa lalu.

------------------------------

Di lain tempat, tetap di kursi yang sama, pria setengah abad masih membaca artikel dari gawai miliknya. Entitas itu masih berdiri di belakangnya. Sambil tetap membaca artikel di tangan kirinya, pria itu mulai melepaskan satu per satu riasan yang menempel di wajahnya dengan tangan kanannya. Tampak wajah pria tersebut sekarang tampak jauh lebih muda daripada umur yang sebenarnya. Pria itu menyamarkan rupanya dari Herrscher. Karena dialah yang menulis kisah tentang Herrscher, tentu pria itu penasaran dengan rupa sosok yang di tulisnya. Sebenarnya pria itu tidak mengetahui rupa Herrscher yang ia tulis, sehingga ia tidak mendetailkan seperti apa rupa Herrscher dalam karyanya.

“Apakah aman kau melepaskan penyamaranmu saat ini?”

“Tenang saja, dia sudah jauh dari sini. Dia tidak akan menyadari bahwa dia sudah bertemu orang yang menjadi penulisnya. Penyamaranku sempurna,” jawabnya bangga.

“Jangan gegabah. Dia tidak sebodoh yang kau pikirkan,” ujar Dark memperingatkan.

Mendengar kalimat tersebut, pria tersebut kembali menggunakan penyamarannya kembali. “Riasan ini membuatku berkeringat.” Pria itu mengusap keningnya yang mulai berkeringat.

“Perbaiki kumismu. Posisinya miring,” perintah Dark sambil menunjuk kumis pria itu.

Segera pria itu memperbaiki posisi kumisnya. Setelahnya, ia melanjutkan membaca artikel di gawainya. “Kalau dia adalah Herrscher, berarti saat ini Death sedang bersamanya. Apakah kau merasakan kehadiran Death?” tanya pria itu penasaran dengan kemampuan entitas miliknya.

“Aku bisa merasakannya, namun aku tidak bisa melihatnya. Aku dan Death berbeda. Dia adalah makhluk spiritual, sedangkan aku adalah makhluk kuantum. Sama seperti Light, Gray, dan yang lain.”

Pria itu mendengarkan ucapan Dark, namun matanya tetap menuju gawainya.

“Apa yang sebenarnya sedang kau baca? Kau hanya menggilir halaman artikel – artikel.”

“Aku sedang memperhatikan berita. Mengawasi berita yang tiba – tiba berubah. Kedatangan Herrscher ke masa lalu pasti akan mengubah masa depan. Aku ingin memastikan itu. Semua manusia pasti ingatannya akan berubah mengikuti perubahan tersebut. Namun hal seperti Mandela Effect tidak akan berlaku padaku. Karena aku berada di posisi alternatif yang berbeda. Kau tentu tahu hal itu. ”

Pria itu khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh Herrscher untuk masa lalu. Dia mengenal Herrscher adalah sosok yang terlalu tegas juga kejam, bahkan tidak sungkan memusnahkan  manusia hanya untuk menjadikan keseimbangan tetap berjalan. Tidak ada istilah benar dan salah dalam segala tindakan Herrscher. Karena bagi Herrscher, semua perbuatan yang terlihat jahat bagi manusia awam, akan terlihat baik bila dilihat dari sisi masa depan. Dunia yang relatif akan menjadi alasan Herrscher melakukan hal itu.

 “Apakah kau ingat apa yang kau lakukan 15 tahun yang lalu?”

Pria itu mencoba mengingat kejadian di masa lalu. Ia teringat perannya terhadap negara tersebut. Ia terpaksa melakukan hal tersebut demi menyelamatkan keseimbangan alam di kala itu. Pria itu menunduk lemas. Dia membayangkan bila Herrscher datang ke masa itu. Entah apa yang akan dilakukan Herrscher bila melihat dirinya saat itu. Tentu dia dan Herrscher akan bertarung. Namun pria itu optimis bahwa Herrscher tidak akan bertemu dengan pria tersebut di 15 tahun yang lalu. Semangat meyakinkan diri terpancar dari wajah pria tersebut.

“Tampaknya kau optimis sekali dengan pikiranmu, Dagaz.”

“Tentu saja, hehehe. Jadi manusia harus optimis.”

“Akhirnya keluar juga kelakuanmu yang asli, Dagaz.”

Dagaz mengacak – acak rambutnya. Ia yakin dengan pemikirannya, tapi di dalam hatinya, ia masih berharap Herrscher tidak bertemu dengannya kala itu. Kini Dagaz hanya menggaruk – garuk kepalanya tanda ia sedang berpikir rencana selanjutnya.

------------------------------

15 Tahun sebelumnya

ZAPPP

“Kita telah sampai di waktu yang kau inginkan, Herrscher.”

“Terima kasih, Death.”

Herrscher mulai menapaki kakinya di masa itu, tepat berada di puncak gedung yang sebelumnya ia datangi. Itu berarti gedung tersebut sudah ada di 15 tahun sebelum 100 tahun kemerdekaan. Herrscher melihat sedikit perbedaan pandangannya dengan 15 tahun setelahnya. Kafe – kafe yang sebelumnya berbeda tampilan fasadenya. Tampaknya tren kafe saat itu sudah berubah. Herrscher hanya menatap datar, namun di dalam pikirannya sedang berlangsung suatu rencana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status