Share

BAB 2 Dimulai

Pria dari masa depan tersebut sesekali menghadap kebelakang untuk memastikan bahwa orang yang ditemuinya tadi tidak sedang mengikutinya. Pria dari masa depan masih merasa curiga dengan orang itu. Setelah berjalan cukup jauh dan merasa tidak diikuti, pria dari masa depan tersebut mulai melangkahkan kakinya dengan santai. Dia mengarahkan pandangannya ke depan sambil mengingat wajah pria tadi. Kemudian dia berbicara dengan entitas di sebelahnya.

“Siapa dia? Kenapa kau bisa mengatakan kalau dia memiliki ikatan denganku?”

“Kau akan tahu siapa dia nanti. Yang penting sekarang, apa yang sedang kau pikirkan?”

Pria itu menatap langit dan membayangkan sesuatu di kepalanya. Sesuatu yang menurutnya sangat seru, namun tidak bagi orang lain. Pria itu menghentikan langkahnya dan berhenti di dekat lampu pinggir jalan. Ia mengubah pandangannya ke arah jalan raya. Tampak orang – orang berlalu lalang di trotoar. Dia mendapatkan ide dari penglihatannya.

Di ujung lampu lalu lintas, pria masa depan melihat pemuda – pemuda yang tampak lusuh sedang meminta – minta kepada pemilik mobil ketika lampu merah sedang menyala. Ia teringat akan suatu prediksi di masa lalu yang menyatakan negara tersebut akan terbebas dari kemiskinan di jaman yang saat ini ia berada. Pria tersebut berpikir bahwa kesenjangan pendapatan tampak jelas dari kondisi tersebut. Wajahnya tampak sinis melihat para pemuda compang – camping tersebut. Wajahnya mulai menunjukkan senyum yang mencurigakan. Entitas di sebelahnya mengetahui bahwa pria itu sudah merencanakan sesuatu.

“Kau lihat pemuda yang meminta – minta itu? Tampaknya visi dan misi negara ini di masa lalu hanyalah bualan belaka. Buktinya masih banyak yang seperti mereka,” ucap pria tersebut sambil menunjuk pemuda – pemuda lusuh tersebut.

“Turunkan tanganmu! Jangan sampai mereka melihat siapa yang kau tunjuk. Mereka tidak miskin. Mereka hanya malas menggunakan potensi mereka. Mereka melakukan itu karena mereka melihat fakta menjadi pengemis bisa menghasilkan uang yang lebih besar daripada pekerja kantoran. Mereka memanfaatkan kelemahan manusia. Belas kasihan.”

Sekejap mata pria tersebut sedikit melebar karena mendapat jawaban dari entitas di sebelahnya. “Belas kasihan, katamu?!” Tanpa pikir panjang, pria tersebut menyuruh entitas untuk mengambil nyawa para pemuda tersebut, “Segera cabut nyawa pemuda – pemuda itu!”

“Dengan cara apa aku harus mencabut nyawa mereka?” respon entitas tersebut.

Pria itu mulai memikirkan sesuatu.

“Tidak mungkin manusia mati secara tiba – tiba tanpa sebab yang jelas. Ingat! Segala sesuatu harus ada sebab akibat. Apa kau sudah memikirkannya?” tanya entitas tersebut untuk memperjelas perintah dari pria tersebut.

“Kau merepotkan sekali ya!” gerutu pria itu.

“Kalau tidak mau repot, cobalah hubungi Causa Prima,” saran entitas tersebut.

Pria itu merenung sejenak. Tiba – tiba muncul ide singkat di pikiran pria itu yang segera terbaca oleh entitas yang bersamanya. Pria itu memberi petunjuk kepada entitas tersebut melalui gerakan alisnya yang terangkat. Entitas tersebut mengerti makna gerakan itu. Tentu saja hal itu langsung dilaksanakan sesuai apa yang dipikirkan oleh pria itu.

Suasana jalan raya berubah menjadi lebih kelam. Langit tiba – tiba menjadi mendung karena awan menutupi sinar matahari. Angin mulai berhembus cepat. Lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Seluruh kendaraan yang awalnya berhenti terkena lampu merah, segera mempercepat lajunya. Bunyi klakson saling bersahutan dan membuat suasana jadi kacau dan berisik.

Pria dari masa depan itu kembali memberikan tanda kepada entitas di sebelahnya. Jari telunjuknya mengarah ke langit yang saat ini mendung. Hanya dengan tanda itu, hujan deras pun turun membasahi lokasi. Angin makin berhembus kencang, menyatu dengan hujan. Jarak pandang pun mulai pendek.

Tidak seperti biasanya, lampu hijau tidak kunjung berubah menjadi kuning. Jalan tersebut menjadi lebih kosong karena sedikit kendaraan yang melaluinya. Ketika jalanan sudah sedikit longgar, terdengar suara mesin sebuah mobil sport dari jauh melaju sangat kencang. Suara mesinnya bahkan terdengar dari kejauhan.

Salah satu pemuda melihat lampu hijau sudah berganti warna kuning. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk meminta – minta di jalan karena hujan. Pengendara mobil sport itu samar - samar melihat lampu kuning yang akan berubah menjadi merah. Ia segera melakukan akselerasi agar tidak terhindar dari lampu merah. Tiba – tiba pemuda tadi tersandung kakinya yang menyebabkan uang di gelas plastiknya terjatuh. Uang – uang koin pun bergelinding di tengah jalan. Segera pemuda tersebut turun ke jalan untuk mengambil uangnya. Ia tidak menghiraukan suara mesin kendaraan yang melaju ke arahnya.

Teman – teman pemuda itu melihat sebuah mobil sport sedang melaju kencang ke arah pemuda itu. Mereka segera memperingatkan pemuda yang uangnya terjatuh agar segera menyingkir dari jalan. Sayang sekali suara teman - temannya tidak dapat ia dengar. Ia tetap turun ke jalan untuk mengambil uangnya. Pengendara mobil itu kaget melihat pemuda itu tiba – tiba turun ke jalan. Ia tidak berani menginjak rem tiba – tiba karena takut resiko ban mobilnya selip. Pengendara itu terus melajukan kendaraannya. Teman – teman pemuda itu segera ikut turun ke jalan untuk menyelamatkan teman mereka.

Seperti yang bisa diduga, dengan kecepatan yang sangat tinggi, mobil tersebut menabrak para pemuda tersebut sehingga banyak dari mereka yang terlempar ke jalan. Mobil tersebut terus saja melaju meninggalkan pemuda – pemuda yang baru saja ia tabrak. Korban tabrak lari berserakan di mana - mana. Darah berceceran ikut membasahi aspal yang sebelumnya telah basah oleh air hujan. Orang – orang di sekitar jalan tersebut hanya bisa kaget melihat kejadian tersebut. Para wanita berteriak histeris melihat banyak korban bergeletakan tanpa nyawa. Tidak ada seorang pun di sana yang sempat merekam kejadian tersebut.

Karena derasnya hujan, darah para korban dengan cepat mengalir ke selokan. Tidak ada seorang pun di sana yang mau memindahkan mayat mereka. Mereka tidak mau direpotkan dengan menjadi saksi kecelakaan. Satu per satu para saksi mata mulai meninggalkan lokasi kejadian. Mereka mulai mencari tempat untuk berlindung dari hujan deras.

Masih di tempat yang sama, pria dari masa depan tersebut melihat sebuah CCTV yang terpasang di atas lampu lalu lintas. Berbekal teknologi dari masa depan, dia menyabotase rekaman kejadian kecelakaan tersebut. Ia mengeluarkan gawai miliknya dan mulai mengendalikan kamera pengawas di area tersebut. Ia meretas sistem dan menghapus data CCTV.

“Kenapa kau melakukan hal itu?” tanya entitas.

Pria itu tertawa mendengar pertanyaan entitas tersebut, “Aku harus berterima kasih kepada pengendara mobil itu. Karena dengan bantuannya, pemuda – pemuda itu bisa mati. Pengendara mobil tersebut adalah pengusaha yang memulai usahanya dari nol kan?”

“Kau melacak status kepemilikan mobil tersebut.”

”Tentu saja. Sudah selayaknya mereka yang benar – benar berusaha dengan cara bersih, layak mendapatkan itu. Bukankah begitu?”

“Aku paham maksudmu. Orang itu memang sedang terburu – buru karena ada rapat penting. Tapi secara tidak langsung kau menjebaknya ke dalam kondisi ini.”

“Anggaplah itu takdir dari pemuda – pemuda itu,” jawab pria itu dengan enteng.

“Dan kau mencoba membebaskan orang itu dari masalah ini?”

“Kau benar. Itulah tujuan aku meretas sistem. Agar tidak ada bukti yang bisa memberatkan pengemudi itu,” jawab pria itu dengan nada meyakinkan.

“Dia orang yang baik. Dia pasti akan merasa berdosa karena ini.”

“Itu tergantung bagaimana dia menggunakan kehendak bebasnya. Bila dia mengikuti kata hatinya, mungkin dia akan mengaku kalau dia yang telah menabrak. Bila tidak, dia akan aman – aman saja. Bukankah begitu?”

Entitas tersebut tidak membalas pertanyaan pria tersebut. Suasana kelam dan derasnya hujan masih menyelimuti lokasi.

“Lalu apa rencanamu selanjutnya?” tanya entitas.

“Kita harus memperbaiki negara ini menjadi sesuai dengan yang seharusnya,” jawab pria tersebut. Ia memacak pinggangnya dan membusungkan dadanya pertanda yakin akan berhasil.

“Kau mau memperbaiki negara dengan cara seperti itu?!”

“Tentu saja! Namun aku masih butuh bantuannya,” jawab pria itu sambil tersenyum.

“Maksudmu dia yang harus disembunyikan?”

“Kau benar, Death!”

ZAPPP!!!

Pria dari masa depan dan entitas tersebut tiba – tiba menghilang di tengah hujan yang deras. Hujan deras sedikit demi sedikit berhenti dan menyisakan kejadian tragis di lokasi itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status