Pria dari masa depan tersebut sesekali menghadap kebelakang untuk memastikan bahwa orang yang ditemuinya tadi tidak sedang mengikutinya. Pria dari masa depan masih merasa curiga dengan orang itu. Setelah berjalan cukup jauh dan merasa tidak diikuti, pria dari masa depan tersebut mulai melangkahkan kakinya dengan santai. Dia mengarahkan pandangannya ke depan sambil mengingat wajah pria tadi. Kemudian dia berbicara dengan entitas di sebelahnya.
“Siapa dia? Kenapa kau bisa mengatakan kalau dia memiliki ikatan denganku?”
“Kau akan tahu siapa dia nanti. Yang penting sekarang, apa yang sedang kau pikirkan?”
Pria itu menatap langit dan membayangkan sesuatu di kepalanya. Sesuatu yang menurutnya sangat seru, namun tidak bagi orang lain. Pria itu menghentikan langkahnya dan berhenti di dekat lampu pinggir jalan. Ia mengubah pandangannya ke arah jalan raya. Tampak orang – orang berlalu lalang di trotoar. Dia mendapatkan ide dari penglihatannya.
Di ujung lampu lalu lintas, pria masa depan melihat pemuda – pemuda yang tampak lusuh sedang meminta – minta kepada pemilik mobil ketika lampu merah sedang menyala. Ia teringat akan suatu prediksi di masa lalu yang menyatakan negara tersebut akan terbebas dari kemiskinan di jaman yang saat ini ia berada. Pria tersebut berpikir bahwa kesenjangan pendapatan tampak jelas dari kondisi tersebut. Wajahnya tampak sinis melihat para pemuda compang – camping tersebut. Wajahnya mulai menunjukkan senyum yang mencurigakan. Entitas di sebelahnya mengetahui bahwa pria itu sudah merencanakan sesuatu.
“Kau lihat pemuda yang meminta – minta itu? Tampaknya visi dan misi negara ini di masa lalu hanyalah bualan belaka. Buktinya masih banyak yang seperti mereka,” ucap pria tersebut sambil menunjuk pemuda – pemuda lusuh tersebut.
“Turunkan tanganmu! Jangan sampai mereka melihat siapa yang kau tunjuk. Mereka tidak miskin. Mereka hanya malas menggunakan potensi mereka. Mereka melakukan itu karena mereka melihat fakta menjadi pengemis bisa menghasilkan uang yang lebih besar daripada pekerja kantoran. Mereka memanfaatkan kelemahan manusia. Belas kasihan.”
Sekejap mata pria tersebut sedikit melebar karena mendapat jawaban dari entitas di sebelahnya. “Belas kasihan, katamu?!” Tanpa pikir panjang, pria tersebut menyuruh entitas untuk mengambil nyawa para pemuda tersebut, “Segera cabut nyawa pemuda – pemuda itu!”
“Dengan cara apa aku harus mencabut nyawa mereka?” respon entitas tersebut.
Pria itu mulai memikirkan sesuatu.
“Tidak mungkin manusia mati secara tiba – tiba tanpa sebab yang jelas. Ingat! Segala sesuatu harus ada sebab akibat. Apa kau sudah memikirkannya?” tanya entitas tersebut untuk memperjelas perintah dari pria tersebut.
“Kau merepotkan sekali ya!” gerutu pria itu.
“Kalau tidak mau repot, cobalah hubungi Causa Prima,” saran entitas tersebut.
Pria itu merenung sejenak. Tiba – tiba muncul ide singkat di pikiran pria itu yang segera terbaca oleh entitas yang bersamanya. Pria itu memberi petunjuk kepada entitas tersebut melalui gerakan alisnya yang terangkat. Entitas tersebut mengerti makna gerakan itu. Tentu saja hal itu langsung dilaksanakan sesuai apa yang dipikirkan oleh pria itu.
Suasana jalan raya berubah menjadi lebih kelam. Langit tiba – tiba menjadi mendung karena awan menutupi sinar matahari. Angin mulai berhembus cepat. Lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Seluruh kendaraan yang awalnya berhenti terkena lampu merah, segera mempercepat lajunya. Bunyi klakson saling bersahutan dan membuat suasana jadi kacau dan berisik.
Pria dari masa depan itu kembali memberikan tanda kepada entitas di sebelahnya. Jari telunjuknya mengarah ke langit yang saat ini mendung. Hanya dengan tanda itu, hujan deras pun turun membasahi lokasi. Angin makin berhembus kencang, menyatu dengan hujan. Jarak pandang pun mulai pendek.
Tidak seperti biasanya, lampu hijau tidak kunjung berubah menjadi kuning. Jalan tersebut menjadi lebih kosong karena sedikit kendaraan yang melaluinya. Ketika jalanan sudah sedikit longgar, terdengar suara mesin sebuah mobil sport dari jauh melaju sangat kencang. Suara mesinnya bahkan terdengar dari kejauhan.
Salah satu pemuda melihat lampu hijau sudah berganti warna kuning. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk meminta – minta di jalan karena hujan. Pengendara mobil sport itu samar - samar melihat lampu kuning yang akan berubah menjadi merah. Ia segera melakukan akselerasi agar tidak terhindar dari lampu merah. Tiba – tiba pemuda tadi tersandung kakinya yang menyebabkan uang di gelas plastiknya terjatuh. Uang – uang koin pun bergelinding di tengah jalan. Segera pemuda tersebut turun ke jalan untuk mengambil uangnya. Ia tidak menghiraukan suara mesin kendaraan yang melaju ke arahnya.
Teman – teman pemuda itu melihat sebuah mobil sport sedang melaju kencang ke arah pemuda itu. Mereka segera memperingatkan pemuda yang uangnya terjatuh agar segera menyingkir dari jalan. Sayang sekali suara teman - temannya tidak dapat ia dengar. Ia tetap turun ke jalan untuk mengambil uangnya. Pengendara mobil itu kaget melihat pemuda itu tiba – tiba turun ke jalan. Ia tidak berani menginjak rem tiba – tiba karena takut resiko ban mobilnya selip. Pengendara itu terus melajukan kendaraannya. Teman – teman pemuda itu segera ikut turun ke jalan untuk menyelamatkan teman mereka.
Seperti yang bisa diduga, dengan kecepatan yang sangat tinggi, mobil tersebut menabrak para pemuda tersebut sehingga banyak dari mereka yang terlempar ke jalan. Mobil tersebut terus saja melaju meninggalkan pemuda – pemuda yang baru saja ia tabrak. Korban tabrak lari berserakan di mana - mana. Darah berceceran ikut membasahi aspal yang sebelumnya telah basah oleh air hujan. Orang – orang di sekitar jalan tersebut hanya bisa kaget melihat kejadian tersebut. Para wanita berteriak histeris melihat banyak korban bergeletakan tanpa nyawa. Tidak ada seorang pun di sana yang sempat merekam kejadian tersebut.
Karena derasnya hujan, darah para korban dengan cepat mengalir ke selokan. Tidak ada seorang pun di sana yang mau memindahkan mayat mereka. Mereka tidak mau direpotkan dengan menjadi saksi kecelakaan. Satu per satu para saksi mata mulai meninggalkan lokasi kejadian. Mereka mulai mencari tempat untuk berlindung dari hujan deras.
Masih di tempat yang sama, pria dari masa depan tersebut melihat sebuah CCTV yang terpasang di atas lampu lalu lintas. Berbekal teknologi dari masa depan, dia menyabotase rekaman kejadian kecelakaan tersebut. Ia mengeluarkan gawai miliknya dan mulai mengendalikan kamera pengawas di area tersebut. Ia meretas sistem dan menghapus data CCTV.
“Kenapa kau melakukan hal itu?” tanya entitas.
Pria itu tertawa mendengar pertanyaan entitas tersebut, “Aku harus berterima kasih kepada pengendara mobil itu. Karena dengan bantuannya, pemuda – pemuda itu bisa mati. Pengendara mobil tersebut adalah pengusaha yang memulai usahanya dari nol kan?”
“Kau melacak status kepemilikan mobil tersebut.”
”Tentu saja. Sudah selayaknya mereka yang benar – benar berusaha dengan cara bersih, layak mendapatkan itu. Bukankah begitu?”
“Aku paham maksudmu. Orang itu memang sedang terburu – buru karena ada rapat penting. Tapi secara tidak langsung kau menjebaknya ke dalam kondisi ini.”
“Anggaplah itu takdir dari pemuda – pemuda itu,” jawab pria itu dengan enteng.
“Dan kau mencoba membebaskan orang itu dari masalah ini?”
“Kau benar. Itulah tujuan aku meretas sistem. Agar tidak ada bukti yang bisa memberatkan pengemudi itu,” jawab pria itu dengan nada meyakinkan.
“Dia orang yang baik. Dia pasti akan merasa berdosa karena ini.”
“Itu tergantung bagaimana dia menggunakan kehendak bebasnya. Bila dia mengikuti kata hatinya, mungkin dia akan mengaku kalau dia yang telah menabrak. Bila tidak, dia akan aman – aman saja. Bukankah begitu?”
Entitas tersebut tidak membalas pertanyaan pria tersebut. Suasana kelam dan derasnya hujan masih menyelimuti lokasi.
“Lalu apa rencanamu selanjutnya?” tanya entitas.
“Kita harus memperbaiki negara ini menjadi sesuai dengan yang seharusnya,” jawab pria tersebut. Ia memacak pinggangnya dan membusungkan dadanya pertanda yakin akan berhasil.
“Kau mau memperbaiki negara dengan cara seperti itu?!”
“Tentu saja! Namun aku masih butuh bantuannya,” jawab pria itu sambil tersenyum.
“Maksudmu dia yang harus disembunyikan?”
“Kau benar, Death!”
ZAPPP!!!
Pria dari masa depan dan entitas tersebut tiba – tiba menghilang di tengah hujan yang deras. Hujan deras sedikit demi sedikit berhenti dan menyisakan kejadian tragis di lokasi itu.
ZAPPP!!!Pria dari masa depan berdiri di dekat pohon yang berdaun lebat dan rindang. Bayangan dari pohon tersebut menyembunyikan keberadaan pria tersebut. Pria dari masa depan telah tiba di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Lokasi yang sama padatnya dengan manusia yang berlalu lalang. Namun tidak ada manusia yang sadar akan kedatangan pria itu yang tiba – tiba hadir di antara mereka. Banyak mereka yang sibuk melihat gawai yang mereka pegang.Ia melangkahkan kakinya, berjalan di trotoar. Kini ia berada di antara kerumunan orang – orang. Sesekali ia melihat gedung – gedung pencakar langit di sekitarnya. Entitas yang melihat gelagat pria itu, mengetahui bahwa pria itu sedang memikirkan sebuah rencana.“Kau tahu kenapa aku membunuh mereka?” tanya pria itu kepada entitas di sebelahnya. Ia masih terus berjalan di tengah orang – orang yang berlalu lalang.“Aku tahu,” jawab entitas tersebut.
Dari sosok asap hitam yang halus, perlahan asap hitam itu makin tebal dan berubah menjadi padat. Itu adalah Death yang perlahan membentuk sosok manusia. Seorang pria dengan jubah hitam lengkap dengan tudung khas malaikat pencabut nyawa namun tanpa membawa sabit. Ia berdiri di samping Herrscher.“Tampaknya kau sedang suntuk. Bagaimana bila kita pergi ke perpustakaan di kota ini?” ujar Death memberi saran. Death berencana mengajak Herrscher untuk mendatangi sebuah perpustakaan di kota. Dengan wujud yang kasat mata, Herrscher bisa berbicara dengan Death selayaknya berbicara dengan manusia.“Ah, ide bagus!” Herrscher menyetujui ide Death. Herrscher berpikir, mungkin ia bisa mendapatkan ide dari buku yang ia baca di perpustakaan. Tiba – tiba Herrscher teringat sesuatu, “Namun sebelum itu, kau harus mengganti tampilanmu. Tampilanmu saat ini sangat tidak sesuai dengan budaya di sini.” Herrscher menunjuk jubah yang Death gunak
Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”“Tapi kau tidak membawa laptop.”“Ah, kau benar.”Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya. Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan
Malam hari menjelang. Keramaian kota masih tidak berubah karena kebiasaan yang makin nokturnal. Herrscher kini berada di atas gedung yang jarang didatangi pihak security. Dari atas gedung itulah Herrscher menyaksikan pemandangan kota.“Kita lakukan sekarang!” ajak Herrscher kepada Death.“Kau lupa membawa peralatanmu,” Death mengingatkan.”Astaga! Kenapa aku bisa seceroboh itu?” tanya Herrscher pada diri sendiri.Herrscher kembali mengaktifkan mesin waktunya. Efek dimensi ketika pintu waktu terbuka, membuat perangkat elektronik di gedung itu menjadi terganggu sementara. Lampu – lampu dalam gedung berkedip cepat, dimana seharusnya lampu di dalam gedung tersebut padam karena para karyawan sudah pulang sejak tadi. Herrscher menghilang dari masa tersebut.------------------------------Masa di mana Herrscher seharusnya .Herrscher mendatang
Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu
Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta
BAB 9 EFEKDagaz mendatangi kota yang kemarin hancur karena badai petir yang berpesta semalaman. Hanya hamparan gosong yang ia lihat di wilayah itu. Pihak – pihak pemberi bantuan silih berganti mendatangi lokasi tersebut. Dagaz menelusuri setiap area di kota tersebut dengan sepeda motornya. Jalan – jalan yang seharusnya halus menjadi rusak karena reruntuhan gedung dan tanaman yang menghalangi jalan. Banyak mayat berserakan di jalan yang tampak gosong.Armada pemadam kebakaran dari wilyah dekat kota itu, berbondong – bondong masuk wilayah kejadian. Mereka menyingkirkan puing – puing gedung yang hancur, pohon – pohon yang tumbang, dan fasilitas umum yang berserakan di jalan. Dagaz hanya menyaksikan armada tersebut bahu membahu, namun ia tidak ikut membantu. Ia merasa ada hal yang lebih penting untuk ia kerjakan saat ini.Beberapa saat setelah berkeliling, Dagaz melihat berbagai macam artis – artis sosial m
Beberapa tahun lalu, negara Nuswan sering mengalami berbagai bencana alam seperti banjir bandang, tsunami, tanah longsor, dan awan panas. Bahkan letusan gunung berapi merupakan hal yang sering menghiasi berita di layar kaca dan internet. Banyak indigo pada akhirnya hanya bisa memberikan prediksi datangnya bencana, namun tidak berani menyatakan waktu pastinya bencana tersebut datang. Itu semua karena Dagaz sering menggagalkan prediksi mereka. Dengan kemampuannya, Dagaz mampu menunda atau mempercepat bencana. Hingga akhirnya para indigo hanya berani memberikan berita melalui grup chat mereka sendiri. Mereka memberikan informasi secara bawah tanah. Seperti yang diketahui sebelumnya, Dagaz adalah mata – mata di group tersebut.Terdengar suatu legenda, akan datangnya sesosok pemimpin. Sosok yang akan membawa negara tersebut ke masa kejayaan. Dan menjadi barometer bagi negara lain. Namun karena legenda itu pula, banyak pihak yang mengaku – ngaku sebagai sosok lege