ZAPPP!!!
Pria dari masa depan berdiri di dekat pohon yang berdaun lebat dan rindang. Bayangan dari pohon tersebut menyembunyikan keberadaan pria tersebut. Pria dari masa depan telah tiba di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Lokasi yang sama padatnya dengan manusia yang berlalu lalang. Namun tidak ada manusia yang sadar akan kedatangan pria itu yang tiba – tiba hadir di antara mereka. Banyak mereka yang sibuk melihat gawai yang mereka pegang.
Ia melangkahkan kakinya, berjalan di trotoar. Kini ia berada di antara kerumunan orang – orang. Sesekali ia melihat gedung – gedung pencakar langit di sekitarnya. Entitas yang melihat gelagat pria itu, mengetahui bahwa pria itu sedang memikirkan sebuah rencana.
“Kau tahu kenapa aku membunuh mereka?” tanya pria itu kepada entitas di sebelahnya. Ia masih terus berjalan di tengah orang – orang yang berlalu lalang.
“Aku tahu,” jawab entitas tersebut.
Pria dari masa depan itu sama sekali tidak merasa bersalah atas kematian para pemuda itu. Dia beranggapan itu adalah contoh yang efektif untuk mengurangi beban negara. Baginya, semua yang tidak berguna sudah layak dan sepantasnya untuk dimusnahkan, tanpa pandang bulu. Adalah hal wajar baginya bila harus ada yang dikorbankan untuk mencapai hal tertentu.
“Seandainya aku memiliki kemampuan untuk menghapus eksistensi,” ucapnya.
Entitas itu kali ini tidak membalas perkataan pria itu.
“Kenapa kau tidak merespon perkataanku?” tanya pria itu kepada entitas.
“Kau memang tidak mampu menghapus eksistensi. Namun kau pasti tahu kalau kau bisa menghapus eksistensi dalam hal lain.”
“Aku paham maksudmu.”
Mereka masih melanjutkan perjalanan mereka yang entah kemana tujuannya. Pria itu masih sesekali memandangi gedung – gedung pencakar langit. Setelah sekian lama ia melihat gedung – gedung, ia tertarik dengan salah satu gedung di kota itu.
Tiba -tiba ia melihat dari jarak yang cukup jauh, seorang anak berlari di trotoar menuju ke arahnya. Ia mendengar suara orang memanggil suatu nama yang tak lain adalah nama anak itu. Pria itu melihat orang tua anak itu mengejar anak mereka. Ketika pria itu melihat wajah anak tersebut, ia teringat akan sesuatu. Ia segera melihat gawainya untuk mencari suatu informasi. Tak butuh waktu lama, ia menemukan informasi yang ia cari. Ia segera memikirkan suatu rencana. Lagi – lagi entitas menyadari hal tersebut.
Pria dari masa depan mengeluarkan sesuatu dari dalam blazernya. Sesuatu yang sangat kecil bahkan hanya terlihat seperti kertas struk yang dibuat berbentuk bola. Ia memelintir bola tersebut di jarinya dan menunggu waktu yang tepat. Pandangannya sesekali melihat ke arah jalan raya, tampak kendaraan melaju kencang. Ketika anak itu cukup dekat dengan pria tersebut, ia dengan sedikit gerakan tangan, melemparkan bola itu tepat di depan anak itu.
Ketika bola itu tepat menyentuh tanah, bola itu meletus seperti petasan. Suara petasan tersebut membuat anak itu kaget yang membuatnya melompat tiba – tiba ke jalan. Tepat seperti yang diperhitungkan pria itu. Sebuah mobil yang melaju cukup kencang, langsung menabrak anak itu dan menggilas kepalanya dengan ban. Anak itu mati seketika.
Orang – orang kaget dengan ledakan petasan tersebut. Namun mereka lebih tercengang melihat kecelakaan yang baru saja terjadi. Orang tua anak itu berteriak histeris melihat kematian anaknya. Wanita – wanita yang menyaksikan kejadian tersebut juga ikut histeris. Darah mengucur membasahi aspal. Orang – orang dengan sigap menghentikan mobil yang baru saja menabrak anak itu.
Melihat kejadian itu, pria dari masa depan sedikit demi sedikit menjauhi lokasi kejadian. Tidak ada yang menyadari bahwa kejadian tersebut adalah ulahnnya. Ia beranjak dari lokasi kejadian dengan santai, seakan tidak terjadi apa – apa.
Pria itu mengeluarkan robot berukuran kecil dari balik lengannya. Itu adalah robot yang berfungsi sebagai kamera pengintai. Ia mengeluarkan gawainya dan melihat tampilan anak yang baru saja mati. Sambil berjalan, sesekali ia melihat gawainya untuk memastikan bahwa anak itu benar – benar mati. Setelah cukup dari kejadian, ia melakukan teleportasi dengan jam di lengannya.
ZAPPP!!! Pria itu menghilang tiba – tiba.
------------------------------
Pria dari masa depan tiba – tiba sudah berada di puncak gedung tertinggi di kota tersebut. Dari puncak tersebut, pria itu menyaksikan keramaian kota oleh lalu lalang kendaraan yang melintasi jalan. Dari situ pula ia bisa melihat lokasi kecelakaan tadi.
“Ini kedua kalinya kau menghilangkan nyawa manusia, Herrscher,” ujar entitas dengan nada datar. “Kau bahkan belum satu hari di jaman ini. Apakah itu tidak berlebihan?”
“Tentu kau tahu siapa anak itu, bukan?” balas Herrscher kepada entitas.
“Tentu saja aku tahu,” jawab entitas.
“Aku sudah mencari informasi tentang anak itu. Dia akan menjadi pejabat yang korup di masa depan. Jadi tidak ada masalah bila anak itu mati. Daripada banyak rakyat yang dikorbankan karena ulah korupsinya, lebih baik dia dihapuskan saja eksistensinya di dunia ini.”
“Lalu bagaimana dengan pengemudi yang menabrak anak itu? Kau sudah membawanya ke dalam masalah.”
“Harus ada yang dikorbankan demi sesuatu yang berakhir baik. Jadi tidak masalah bila pengemudi itu menjadi kambing hitam dari kejadian tadi. Lagipula CCTV pasti dapat menceritakan dengan jelas bahwa anak itu yang tiba – tiba melompat ke jalan. Tidak ada lampu lalu lintas di dekat lokasi, jadi tidak ada masalah bila mobil itu melaju cukup kencang. Bila pengemudi yang disalahkan akibat kejadian tersebut, maka keadilan di jaman ini harus dipertanyakan. Apalagi melihat orang tua dari anak itu adalah dari kalangan berada.”
“Mengapa kau tidak secara terang - terangan mendorong anak itu ke jalan? Bukankah dengan begitu kau tidak perlu membawa pengemudi itu ke dalam masalah?”
“Bukankah dengan begitu kita bisa melihat bagaimana polisi di jaman ini menyelesaikan masalah?”
Entitas diam sejenak tidak membalas perkataan Herrscher.
“Lagipula kalau aku berurusan dengan polisi di jaman ini, itu hanya akan menghabiskan waktuku untuk menjalankan rencanaku. Itu sungguh merepotkan.”
Perdebatan pun selesai dengan cepat.
Ia berpindah ke sudut lain dari puncak gedung untuk menyaksikan pemandangan kota dari sisi lainnya. Ia menyentuh pelipis kepalanya dan sebuah kacamata hologram menutupi mata pria tersebut. Dengan kacamata hologram itulah, pria tersebut bisa melihat sesuatu yang jauh dengan sangat jelas.
Tampak dari kejauhan para pengemis yang mendekati mobil di lampu merah. Namun di dekat jalan itu pula, dia melihat para pekerja menghabiskan uangnya hanya untuk sekedar menikmati secangkir kopi yang harganya jauh lebih mahal daripada di angkringan. Cukup aneh baginya melihat kesenjangan sosial seperti itu. Herrscher mencoba mencari informasi tentang pengemis tersebut.
Kacamata hologram menangkap wajah dari pengemis – pengemis itu. Dari data wajah itulah lalu diolah untuk mencari identitas dari para pengemis tadi. Herrscher terkejut dengan hasil yang ia dapatkan. Dari data yang ia dapatkan dari gawainya, ternyata mereka tidak benar – benar miskin.
Herrscher geram membaca hasil identifikasi. Namun ia tidak bisa apa – apa karena mendapatkan fakta bahwa para pengemis tadi memang sengaja berpura – pura miskin. Pandangannya terhadap jaman ini menjadi berubah. Dalam hatinya, ia ingin sekali membumihanguskan para pengemis itu. Wajahnya tampak sangat marah.
Tiba - tiba suara notifikasi terdengar dari jam tangannya. Pria itu membaca salah satu artikel berita yang muncul dari jam tangannya dan membentuk layar hologram. Tampak sebuah kalimat provokatif yang menyatakan bahwa banyak masyarakat mengeluh dengan mahalnya kebutuhan hidup di kota tersebut. Pria itu hanya menggeleng – gelengkan kepala ketika membacanya. Ia menutup layar hologram dengan menekan salah satu tombol di jamnya.
“Death, manusia – manusia ini tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka dengan sukarela mengeluarkan uangnya hanya untuk mengikuti gaya hidup mereka. Namun mereka berkoar – koar mahalnya biaya hidup, padahal itu hanya karena mereka mengikuti gaya hidup. Tampaknya negara ini harus benar – benar di tata ulang,” ucap pria itu sambil tetap menyaksikan pemandangan kota dari ketinggian gedung. Angin berhembus kencang, namun tidak dapat mengurangi kestabilan pria tersebut yang saat ini berdiri di ujung gedung.
“Tidak juga. Beberapa dari mereka juga memang kekurangan. Yang kau lihat saat ini memang seperti itu karena kau sedang berada di tengah kota. Kawasan yang cukup elit. Namun aku juga tidak menyalahkan pendapatmu. Karena mereka yang memang saat ini kekurangan, juga ikut - ikutan bergaya yang tidak sesuai dengan kemampuan hidup mereka. Mengikuti gaya hidup hedon,” Death menyambut pendapat Herrscher. Death menyaksikan Herrscher memasang raut kesal di wajahnya.
Dari sosok asap hitam yang halus, perlahan asap hitam itu makin tebal dan berubah menjadi padat. Itu adalah Death yang perlahan membentuk sosok manusia. Seorang pria dengan jubah hitam lengkap dengan tudung khas malaikat pencabut nyawa namun tanpa membawa sabit. Ia berdiri di samping Herrscher.“Tampaknya kau sedang suntuk. Bagaimana bila kita pergi ke perpustakaan di kota ini?” ujar Death memberi saran. Death berencana mengajak Herrscher untuk mendatangi sebuah perpustakaan di kota. Dengan wujud yang kasat mata, Herrscher bisa berbicara dengan Death selayaknya berbicara dengan manusia.“Ah, ide bagus!” Herrscher menyetujui ide Death. Herrscher berpikir, mungkin ia bisa mendapatkan ide dari buku yang ia baca di perpustakaan. Tiba – tiba Herrscher teringat sesuatu, “Namun sebelum itu, kau harus mengganti tampilanmu. Tampilanmu saat ini sangat tidak sesuai dengan budaya di sini.” Herrscher menunjuk jubah yang Death gunak
Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”“Tapi kau tidak membawa laptop.”“Ah, kau benar.”Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya. Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan
Malam hari menjelang. Keramaian kota masih tidak berubah karena kebiasaan yang makin nokturnal. Herrscher kini berada di atas gedung yang jarang didatangi pihak security. Dari atas gedung itulah Herrscher menyaksikan pemandangan kota.“Kita lakukan sekarang!” ajak Herrscher kepada Death.“Kau lupa membawa peralatanmu,” Death mengingatkan.”Astaga! Kenapa aku bisa seceroboh itu?” tanya Herrscher pada diri sendiri.Herrscher kembali mengaktifkan mesin waktunya. Efek dimensi ketika pintu waktu terbuka, membuat perangkat elektronik di gedung itu menjadi terganggu sementara. Lampu – lampu dalam gedung berkedip cepat, dimana seharusnya lampu di dalam gedung tersebut padam karena para karyawan sudah pulang sejak tadi. Herrscher menghilang dari masa tersebut.------------------------------Masa di mana Herrscher seharusnya .Herrscher mendatang
Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu
Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta
BAB 9 EFEKDagaz mendatangi kota yang kemarin hancur karena badai petir yang berpesta semalaman. Hanya hamparan gosong yang ia lihat di wilayah itu. Pihak – pihak pemberi bantuan silih berganti mendatangi lokasi tersebut. Dagaz menelusuri setiap area di kota tersebut dengan sepeda motornya. Jalan – jalan yang seharusnya halus menjadi rusak karena reruntuhan gedung dan tanaman yang menghalangi jalan. Banyak mayat berserakan di jalan yang tampak gosong.Armada pemadam kebakaran dari wilyah dekat kota itu, berbondong – bondong masuk wilayah kejadian. Mereka menyingkirkan puing – puing gedung yang hancur, pohon – pohon yang tumbang, dan fasilitas umum yang berserakan di jalan. Dagaz hanya menyaksikan armada tersebut bahu membahu, namun ia tidak ikut membantu. Ia merasa ada hal yang lebih penting untuk ia kerjakan saat ini.Beberapa saat setelah berkeliling, Dagaz melihat berbagai macam artis – artis sosial m
Beberapa tahun lalu, negara Nuswan sering mengalami berbagai bencana alam seperti banjir bandang, tsunami, tanah longsor, dan awan panas. Bahkan letusan gunung berapi merupakan hal yang sering menghiasi berita di layar kaca dan internet. Banyak indigo pada akhirnya hanya bisa memberikan prediksi datangnya bencana, namun tidak berani menyatakan waktu pastinya bencana tersebut datang. Itu semua karena Dagaz sering menggagalkan prediksi mereka. Dengan kemampuannya, Dagaz mampu menunda atau mempercepat bencana. Hingga akhirnya para indigo hanya berani memberikan berita melalui grup chat mereka sendiri. Mereka memberikan informasi secara bawah tanah. Seperti yang diketahui sebelumnya, Dagaz adalah mata – mata di group tersebut.Terdengar suatu legenda, akan datangnya sesosok pemimpin. Sosok yang akan membawa negara tersebut ke masa kejayaan. Dan menjadi barometer bagi negara lain. Namun karena legenda itu pula, banyak pihak yang mengaku – ngaku sebagai sosok lege
Suasana dini hari kali ini sangat damai, tidak seperti kemarin. Herrscher masih sibuk dengan laptopnya. Ia mencari informasi di internet. Ia sangat gigih untuk menjalankan rencananya. Ia rela begadang demi rencana itu. Death menyaksikan antusiasme Herrscher.“Kenapa kau gigih sekali? Kau bahkan tidak punya kepentingan dalam hal ini.”Herrscher berhenti sejenak dari kesibukkannya. Dia diam sejenak.“Kau benar. Aku tidak memiliki kepentingan apapun tentang ini,” jawab Herrscher.“Kalau begitu, kenapa kau merepotkan dirimu hanya untuk ini?”“Entahlah, seperti ada sesuatu yang membuatku merasa... aku harus memperbaiki kondisi di masa ini. Bagaimanapun caranya, kondisi di jaman ini harus dirubah...”Tiba laptopnya mengeluarkan suara notifikasi yang menghentikan kalimat Herrscher.“Sistemku menemukan petunjuk!” seru Herrscher sambil menunjukkan layar laptopnya kep