Dari ujung kelopak matanya Niko bisa dengan mudah mengenali wajah gadis yang kini tengah menata rambutnya.
Ada bekas luka goresan pada jari tangan wanita ini.
Sudut bibir Niko berkedut saat dia sungguh mengenali gadis yang baru saja dia tolong dan sosok yang kini ada di sampingnya adalah orang yang sama.
Amerika tampak serius, kedua tangannya lincah menata rambut Niko meski dia menahan rasa sakit di siku tangan dan jari tangannya yang tadi sempat tergores aspal.
Tapi Amerika harus menahannya untuk beberapa menit saja, saat ini dia hanya fokus melayani kliennya yang sebentar lagi tampil.
Aspen yang berdiri tak jauh dari Niko memperhatikan Amerika, dalam benaknya dengan kedua mata memicing Aspen berpikir kalau gadis yang tengah menata rambut Niko, apakah sama dengan gadis yang dia lihat tadi saat mobil miliknya menabraknya.
Ah, tidak mungkin, gumam Aspen masih berdiri dengan tegak mengamati sekeliling ruang ganti itu.
“Amerika, setelah ini kalau tidak ada waktu bisa ikut bergabung dengan kami, bagaimana?” seorang wanita muda dengan penampilan menarik dan cantik mendekati Amerika.
“Hmm, terima kasih. Malam ini aku sungguh tidak bisa, maaf!” jawab Amerika sambil tersenyum.
Niko memperhatikan, gadis yang disapa Amerika ini terlihat berbohong.
Amerika menatap Niko dari cermin di depannya, mata mereka beradu lagi.
Tapi Amerika tidak mempedulikannya.
“Ah, Amerika sungguh sayang sekali. Pesta ini akan ada banyak model dan bintang serta para styles. Apa kau sungguh tidak ingin bergabung dengan kami?” tanya wanita itu sekali lagi.
“Maafkan aku, mungkin lain kali saja.” Jawab Amerika dengan sopan kali ini dia berusaha tersenyum lebar.
Niko meringis melihat wajah Amerika yang memaksakan diri untuk tersenyum.
Terlihat jelas kalau gadis yang kini tengah menata rambutnya itu menahan sakit. Mata jeli Niko tidak bisa dibohongi.
Saat itu juga Amerika menangkap senyuman mencibir Niko kepadanya, tapi dia abaikan. Perlakuan seperti ini sudah sering terjadi, beruntungnya model satu ini tidak banyak protes pada Amerika saat dia tidak mengenakan maskernya.
Dia lupa di mana masker miliknya terjatuh.
“Baiklah, kalau kau sudah selesai kau boleh pergi Amerika sisanya biar aku saja yang membereskan. Kau pasti ada kerjaan lagi setelah ini, bukan?”
“Hmm ... makasih Sista. Jangan lupa hubungi aku kalau kau butuh bantuan lagi.” Kata Amerika dengan wajah berseri.
Setelah beberapa menit Amerika sudah selesai dengan pekerjaannya.
Niko tertegun saat melihat penampilan dirinya malam ini, sungguh sangat jauh berbeda.
Dia lama menatap dirinya sendiri, bagaimana bisa gadis itu membuat dirinya menjadi sangat berbeda.
“Sista, aku pergi dulu. Maaf aku tidak bisa bergabung bersamamu kali ini.” Pamit Amerika pada salah seorang wanita.
“Baiklah Amerika, nanti aku transfer gajimu, ok.”
“Ok.”
Setelah membereskan semua peralatan miliknya Amerika langsung keluar ruangan tanpa sekali pun menatap Niko.
Saat itu juga Niko tercengang, baru kali ini dia melihat ada sosok wanita yang acuh padanya. Padahal semua wanita yang selalu bekerja bersamanya akan terlihat histeris atau setidaknya tertegun saat melihat dirinya tapi gadis yang baru saja itu, sepanjang waktu mengabaikannya.
“Julia ...” panggil Niko pada salah satu wanita yang ada di ruangan itu.
“Ya, Sir.”
“Siapa gadis tadi yang membantu menata rambutku.”
“Oh dia, Amerika. Ada apa?”
“Hmm ... apa dia karyawan baru di salon milikmu?”
“Tidak, dia hanya pegawai pengganti karyawanku yang berhalangan.”
“Oh, begitu.”
Setelah itu Julia mengganti pakaian Niko bersiap untuk tampil ke atas panggung.
“Aspen ... jangan lupa pastikan kau bisa menemukannya malam ini, aku tidak ingin kehilangan dia lagi.”
“Nik, apa kau yakin kalau Bella ada di sini?” kata Aspen dengan suara berbisik.
“Aku yakin akan itu, apa kau tidak tahu kalau wanita itu sangat senang dengan dunia seperti ini. Dan kalau analisaku tidak salah, dia pasti menginvestasikan uangnya untuk acara malam ini.”
“Siap Nik. Aku akan berkeliling dan mencarinya saat kau tampil nanti.”
“Sir, apa kau sudah siap?” tanya Julia pada Niko yang tengah serius mengobrol dengan Aspen.
“Ok, apa sudah waktunya?” kata Niko.
Julia hanya mengangkat ibu jari tangannya sambil tersenyum.
Mereka akhirnya keluar menuju panggung utama.
Saat berjalan di lorong menuju panggung utama, Niko melihat Amerika tengah berdiri di sekitarnya ada dua laki-laki bertubuh tegap dengan setelan jas warna hitam.
Niko sempat meliriknya wajah Amerika terlihat pucat dan menunduk.
“Amerika kau masih di sini?” sapa Julia saat mereka melewati Amerika yang tengah berdiri dan bersandar pada dinding.
Amerika hanya melambaikan tangan dengan wajah meringis.
Tatapan Niko tajam kepada Amerika, ada apa dengan gadis itu, gumam Niko.
Aspen yang berjalan di sisi kanan Niko sempat melihat Amerika dan dua orang lelaki bertubuh tegap dan gempal dengan wajah terlihat garang tengah mengelilingi Amerika.
“Sampai kapan kau akan menundanya?” tanya salah satu pria berjas itu.
“Aku akan segera membayarnya tapi tolong beri aku waktu.”
“Kau selalu berjanji gadis manis tapi ini sudah ketiga kalinya. Jangan sampai..”
“Kalau kau memaksaku saat ini pun percuma, aku tidak punya uang sama sekali. Kalian boleh memeriksa tas dan dompetku ini, silakan.” Amerika memberikan tas miliknya tapi ditepis oleh pria itu.
“Hm … kalau kau tidak punya uang ...” pria itu berhenti berkata kedua matanya menatap Amerika dari ujung rambut hingga kaki dan berkata lagi, “Kenapa kau tidak jual saja tubuh indahmu ini.” Dia menyeringai.
"Sialan!” kata Amerika dengan reflek memukul dada pria itu dengan tasnya.
“Dasar wanita jalang!” saat salah satu pria hendak memukul wajah Amerika, ada tangan lain yang menahannya.
“Kau ... siapa kau ikut campur urusan orang lain.” Kata pria lainnya saat melihat ada orang lain ikut campur dengan urusan mereka.
Amerika mendongak dan membuka kedua matanya, sosok yang tak dia kenali kini ada di depannya sedang membantunya.
“Aku tidak suka melihat wanita lemah dianiaya.” Jawab pria itu yang ternyata Aspen.
“Jangan ikut campur, bajingan.” Pria lainnya sudah mengangkat tangan hendak meninju Aspen tapi ditahan oleh pria lain.
“Bro, jangan di sini. Ada banyak kamera dan petugas keamanan. Lepaskan saja mereka, kalian lihat nanti. Dan kau, gadis brengsek. Kalau sampai besok kau tidak membayarnya lihat saja nanti.”
Setelah berkata kedua pria itu akhirnya pergi.
Amerika mendesah lega, setelah itu dia berjalan menuju pintu keluar tanpa sekalipun mengucapkan terima kasih pada lelaki yang sudah menolongnya.
“Hah!”
Aspen tertawa sendiri melihat gadis yang dia bantu mengabaikannya dan pergi meninggalkan dia sendirian berdiri termangu.
“Sialan, aku sudah berusaha membantunya dia malah mengabaikan aku.”
Aspen meringis menertawakan dirinya sendiri.
Amerika menghilang di balik pintu, dengan cepat Aspen berlari menuju panggung pertunjukan.
bersambung ...
“Hah!”Aspen tertawa sendiri melihat gadis yang dia bantu mengabaikannya dan pergi meninggalkan dia sendirian berdiri termangu.“Sialan, aku sudah berusaha membantunya dia malah mengabaikan aku.”Aspen meringis menertawakan dirinya sendiri.Amerika menghilang di balik pintu, dengan cepat Aspen berlari menuju panggung pertunjukan.Aspen masuk ke area panggung, suara musik keras dan suara gemuruh para penonton yang menyaksikan semua model yang tengah berjalan di atas panggung membuat Aspen harus fokus.Kini giliran Niko tengah berlenggak lenggok di atas panggung, semua penonton terkesima melihat penampilannya.
Niko masih memandangi gadis itu, dan saat itu juga dia tersadar kalau gadis yang tengah terbaring adalah gadis yang sama, penata rambut yang beberapa saat yang lalu membantunya.Niko mendesah dalam dan terlihat khawatir, kenapa gadis ini sangat berani dan rela membantunya mengorbankan dirinya.Setelah Amerika dibawa oleh mobil ambulance, Niko dan Aspen dengan cepat juga menuju mobil miliknya lalu pergi meninggalkan tempat kejadian tanpa seorang pun yang tahu kepergian mereka, karena semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.Dengan cepat mobil ambulance sudah tiba di rumah sakit terdekat.Di depan UGD beberapa perawat sudah bersiap dengan brankar dorong.Berita perihal penembakan model terkenal di
“Ada di sini.” Teriak Niko lantang dengan tangan kanan terangkat lurus ke atas, sontak semua orang yang ada di sana menengok ke tempatnya berdiri.Sementara itu Aspen yang berdiri di sisi kanan Niko terlihat pucat, dia paham dengan apa yang dilakukan Niko.Niko lalu menatapnya saat tangannya sudah kembali turun dan seorang perawat dengan sedikit berlari mendekat ke arah mereka.“Niko ...” gigi Aspen bergemeretak saat itu juga dia sadar kalau yang dimaksud oleh Niko adalah dirinya sendiri.“Hey, jangan bilang kau masih takut dengan jarum suntik Aspen Larsen.” Goda Niko menyeringai saat mendapati perubahan wajah Aspen, pucat pasi.Niko menahan senyum melihat Aspen gugup.
Langkah kaki ketiganya dan suara roda brankar yang melewati lorong itu terdengar kencang malam itu. Beberapa orang yang melihatnya ikut panik dan menatap dengan rasa was-was juga meski mereka tidak tahu apa yang tengah terjadi tapi mereka berpikir pasti ada seseorang yang sedang sekarat saat ini.Sampai di depan ruang operasi Niko melepas mereka dan duduk di kursi tunggu yang dingin dengan gusar.Niko hanya bisa duduk terdiam tanpa sedikit pun bergerak, sudut kedua matanya menggenang air yang berusaha dia tahan.Sudah hampir dua jam lebih lampu itu belum juga berubah warna, saat Niko menoleh untuk memastikannya.Apa yang harus dia lakukan pada gadis itu.Bagaimana dengan keluarganya, Niko semakin memikirkannya dia semakin cem
Aspen sudah kembali seperti semula setelah istirahat beberapa jam.Setelah menyelesaikan segalanya baik administrasi rumah sakit dan kamar inap VIP yang dia pesan dua kamar, satu untuk dia dan Niko dan satunya untuk Amerika.Aspen sudah kembali ke ruangan saat itu Niko tengah tertidur pulas.“Ada apa denganmu sepupuku, tidak biasanya kau bersikap seperti ini.” Kata Aspen lirih menatap Niko dengan tersenyum kecil.Suara ponsel Aspen berbunyi, dia langsung memeriksanya.Ada banyak foto yang diterimanya dari pesan pribadi Aspen.Foto-foto itu adalah tempat tinggal Amerika yang dia minta kepada anak buahnya beberapa jam yang lalu setelah dia berdiskusi dengan Niko.
Tanpa disadarinya Aspen tertidur di sofa bersama Amerika sementara Niko terbangun dan terkejut saat melihat isi ruangan kosong tidak ada Aspen di sana.Bergegas Niko bangun dari tempat tidur, dia berjalan keluar.Niko langsung menuju ruangan yang ada di sebelahnya, saat dia membuka pintu Aspen ada di sana.Niko mendengus saat menemukan Aspen, dia sudah panik sebelumnya khawatir terjadi sesuatu pada Aspen.Bukan tanpa alasan, kejadian donor danar membuatnya merasa bersalah.“Aspen bangunlah.” Niko menyentuh lengan Aspen yang tertidur dengan duduk di sofa.“Hmm ...” Aspen membuka matanya, melihat Niko sudah berdiri di hadapannya dia sedikit terkejut, kedua al
“Nona, bisakah kau sedikit sopan.” Kata Aspen pada Amerika.Amerika terdiam untuk beberapa saat, dia menunduk mengapa hidupnya setragis ini. Dia hanya ingin dengan begitu semua masalah hidupnya akan terselesaikan.Tapi pada kenyataannya peluru itu justru membuatnya masuk ke dalam masalah lagi, dua orang ini tidak akan membiarkan dirinya lepas begitu saja.Lalu bayangan para penagih hutang yang selalu mengejarnya membuatnya semakin bergidik. Amerika terisak tanpa dia sadari air mata jatuh dengan deras.Aspen dan Niko bingung melihat Amerika menangis histeris.Tiba-tiba ruangan itu hening …Suara tangisan Amerika pecah.
Di sebuah apartemen pinggiran kota Paris yang sedikit kumuh, beberapa orang pria dengan tubuh kekar dan tampan seram tengah mendobrak sebuah kamar tak berpenghuni, setelah pintu terbuka salah satu dari mereka mendengus kesal.“Sialan! Ke mana kaburnya gadis jalang itu.”Pria itu mengepalkan tinju, rahangnya mengeras.“Bro Dimitri, sepertinya dia sudah melarikan diri.” Kata salah satu anak buahnya setelah dia mengitari kamar itu.“Ah, sialan!” Pria yang disebut Dimitri itu langsung menendang sembarang benda dengan kesal.Klontang!Suara benda-benda yang jatuh ke lantai membuat keributan.Sementara di