Share

Bab 2 - Amerika Taylor

Dari ujung kelopak matanya Niko bisa dengan mudah mengenali wajah gadis yang kini tengah menata rambutnya.

Ada bekas luka goresan pada jari tangan wanita ini.

Sudut bibir Niko berkedut saat dia sungguh mengenali gadis yang baru saja dia tolong dan sosok yang kini ada di sampingnya adalah orang yang sama.

Amerika tampak serius, kedua tangannya lincah menata rambut Niko meski dia menahan rasa sakit di siku tangan dan jari tangannya yang tadi sempat tergores aspal.

Tapi Amerika harus menahannya untuk beberapa menit saja, saat ini dia hanya fokus melayani kliennya yang sebentar lagi tampil.

Aspen yang berdiri tak jauh dari Niko memperhatikan Amerika, dalam benaknya dengan kedua mata memicing Aspen berpikir kalau gadis yang tengah menata rambut Niko, apakah sama dengan gadis yang dia lihat tadi saat mobil miliknya menabraknya.

Ah, tidak mungkin, gumam Aspen masih berdiri dengan tegak mengamati sekeliling ruang ganti itu.

“Amerika, setelah ini kalau tidak ada waktu bisa ikut bergabung dengan kami, bagaimana?” seorang wanita muda dengan penampilan menarik dan cantik mendekati Amerika.

“Hmm, terima kasih. Malam ini aku sungguh tidak bisa, maaf!” jawab Amerika sambil tersenyum.

Niko memperhatikan, gadis yang disapa Amerika ini terlihat berbohong.

Amerika menatap Niko dari cermin di depannya, mata mereka beradu lagi.

Tapi Amerika tidak mempedulikannya.

“Ah, Amerika sungguh sayang sekali. Pesta ini akan ada banyak model dan bintang serta para styles. Apa kau sungguh tidak ingin bergabung dengan kami?” tanya wanita itu sekali lagi.

“Maafkan aku, mungkin lain kali saja.” Jawab Amerika dengan sopan kali ini dia berusaha tersenyum lebar.

Niko meringis melihat wajah Amerika yang memaksakan diri untuk tersenyum.

Terlihat jelas kalau gadis yang kini tengah menata rambutnya itu menahan sakit. Mata jeli Niko tidak bisa dibohongi.

Saat itu juga Amerika menangkap senyuman mencibir Niko kepadanya, tapi dia abaikan. Perlakuan seperti ini sudah sering terjadi, beruntungnya model satu ini tidak banyak protes pada Amerika saat dia tidak mengenakan maskernya.

Dia lupa di mana masker miliknya terjatuh.

“Baiklah, kalau kau sudah selesai kau boleh pergi Amerika sisanya biar aku saja yang membereskan. Kau pasti ada kerjaan lagi setelah ini, bukan?”

“Hmm ... makasih Sista. Jangan lupa hubungi aku kalau kau butuh bantuan lagi.” Kata Amerika dengan wajah berseri.

Setelah beberapa menit Amerika sudah selesai dengan pekerjaannya.

Niko tertegun saat melihat penampilan dirinya malam ini, sungguh sangat jauh berbeda.

Dia lama menatap dirinya sendiri, bagaimana bisa gadis itu membuat dirinya menjadi sangat berbeda.

“Sista, aku pergi dulu. Maaf aku tidak bisa bergabung bersamamu kali ini.” Pamit Amerika pada salah seorang wanita.

“Baiklah Amerika, nanti aku transfer gajimu, ok.”

“Ok.”

Setelah membereskan semua peralatan miliknya Amerika langsung keluar ruangan tanpa sekali pun menatap Niko.

Saat itu juga Niko tercengang, baru kali ini dia melihat ada sosok wanita yang acuh padanya. Padahal semua wanita yang selalu bekerja bersamanya akan terlihat histeris atau setidaknya tertegun saat melihat dirinya tapi gadis yang baru saja itu, sepanjang waktu mengabaikannya.

“Julia ...” panggil Niko pada salah satu wanita yang ada di ruangan itu.

“Ya, Sir.”

“Siapa gadis tadi yang membantu menata rambutku.”

“Oh dia, Amerika. Ada apa?”

“Hmm ... apa dia karyawan baru di salon milikmu?”

“Tidak, dia hanya pegawai pengganti karyawanku yang berhalangan.”

“Oh, begitu.”

Setelah itu Julia mengganti pakaian Niko bersiap untuk tampil ke atas panggung.

“Aspen ... jangan lupa pastikan kau bisa menemukannya malam ini, aku tidak ingin kehilangan dia lagi.”

“Nik, apa kau yakin kalau Bella ada di sini?” kata Aspen dengan suara berbisik.

“Aku yakin akan itu, apa kau tidak tahu kalau wanita itu sangat senang dengan dunia seperti ini. Dan kalau analisaku tidak salah, dia pasti menginvestasikan uangnya untuk acara malam ini.”

“Siap Nik. Aku akan berkeliling dan mencarinya saat kau tampil nanti.”

“Sir, apa kau sudah siap?” tanya Julia pada Niko yang tengah serius mengobrol dengan Aspen.

“Ok, apa sudah waktunya?” kata Niko.

Julia hanya mengangkat ibu jari tangannya sambil tersenyum.

Mereka akhirnya keluar menuju panggung utama.

Saat berjalan di lorong menuju panggung utama, Niko melihat Amerika tengah berdiri di sekitarnya ada dua laki-laki bertubuh tegap dengan setelan jas warna hitam.

Niko sempat meliriknya wajah Amerika terlihat pucat dan menunduk.

“Amerika kau masih di sini?” sapa Julia saat mereka melewati Amerika yang tengah berdiri dan bersandar pada dinding.

Amerika hanya melambaikan tangan dengan wajah meringis.

Tatapan Niko tajam kepada Amerika, ada apa dengan gadis itu, gumam Niko.

Aspen yang berjalan di sisi kanan Niko sempat melihat Amerika dan dua orang lelaki bertubuh tegap dan gempal dengan wajah terlihat garang tengah mengelilingi Amerika.

“Sampai kapan kau akan menundanya?” tanya salah satu pria berjas itu.

“Aku akan segera membayarnya tapi tolong beri aku waktu.”

“Kau selalu berjanji gadis manis tapi ini sudah ketiga kalinya. Jangan sampai..”

“Kalau kau memaksaku saat ini pun percuma, aku tidak punya uang sama sekali. Kalian boleh memeriksa tas dan dompetku ini, silakan.” Amerika memberikan tas  miliknya tapi ditepis oleh pria itu.

“Hm … kalau kau tidak punya uang ...” pria itu berhenti berkata kedua matanya menatap Amerika dari ujung rambut hingga kaki dan berkata lagi, “Kenapa kau tidak jual saja tubuh indahmu ini.” Dia menyeringai.

"Sialan!” kata Amerika dengan reflek memukul dada pria itu dengan tasnya.

“Dasar wanita jalang!” saat salah satu pria hendak memukul wajah Amerika, ada tangan lain yang menahannya.

“Kau ... siapa kau ikut campur urusan orang lain.” Kata pria lainnya saat melihat ada orang lain ikut campur dengan urusan mereka.

Amerika mendongak dan membuka kedua matanya, sosok yang tak dia kenali kini ada di depannya sedang membantunya.

“Aku tidak suka melihat wanita lemah dianiaya.” Jawab pria itu yang ternyata Aspen.

“Jangan ikut campur, bajingan.” Pria lainnya sudah mengangkat tangan hendak meninju Aspen tapi ditahan oleh pria lain.

“Bro, jangan di sini. Ada banyak kamera dan petugas keamanan. Lepaskan saja mereka, kalian lihat nanti. Dan kau, gadis brengsek. Kalau sampai besok kau tidak membayarnya lihat saja nanti.”

Setelah berkata kedua pria itu akhirnya pergi.

Amerika mendesah lega, setelah itu dia berjalan menuju pintu keluar tanpa sekalipun mengucapkan terima kasih pada lelaki yang sudah menolongnya.

“Hah!”

Aspen tertawa sendiri melihat gadis yang dia bantu mengabaikannya dan pergi meninggalkan dia sendirian berdiri termangu.

“Sialan, aku sudah berusaha membantunya dia malah mengabaikan aku.”

Aspen meringis menertawakan dirinya sendiri.

Amerika menghilang di balik pintu, dengan cepat Aspen berlari menuju panggung pertunjukan.

bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status