Share

Bab 3 - Niko Sang Idola

“Hah!” 

Aspen tertawa sendiri melihat gadis yang dia bantu mengabaikannya dan pergi meninggalkan dia sendirian berdiri termangu.

“Sialan, aku sudah berusaha membantunya dia malah mengabaikan aku.”

Aspen meringis menertawakan dirinya sendiri.

Amerika menghilang di balik pintu, dengan cepat Aspen berlari menuju panggung pertunjukan.

Aspen masuk ke area panggung, suara musik keras dan suara gemuruh para penonton yang menyaksikan semua model yang tengah berjalan di atas panggung membuat Aspen harus fokus.

Kini giliran Niko tengah berlenggak lenggok di atas panggung, semua penonton terkesima melihat penampilannya.

Iya, Niko adalah sang model yang diidolakan hampir semua wanita, siapa yang tidak mengenali Niko di dunia modelling.

Niko selalu terlihat menawan setiap kali berjalan di atas panggung, saat dia berjalan kedua matanya tak henti mengedar mencari seseorang.

Pakaian yang kini Niko kenakan terlihat sederhana, hanya setelan jas berwarna putih yang senada dengan celana dan dasi warna merah maroon, tapi harga dari pakaian yang ia kenakan setelah beberapa menit pastinya akan menjadi harga yang selangit dan langsung laris manis.

Selalu seperti itu.

Saat itu juga di sudut panggung dalam kegelapan Aspen tak mau kalah dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, memperhatikan dengan jeli dan teliti setiap penonton tapi sosok yang dia cari tidak juga terlihat.

Aspen mendesah, melangkah kan kakinya lebih dekat ke arah panggung saat itu juga Niko sudah akan selesai dan melenggok untuk putaran terakhirnya di atas panggung.

Dari luar panggung di balik tirai, saat Amerika hendak melangkah keluar dia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya saat melihat sosok Niko terlihat begitu menawan.

Amerika mendesah sudut bibirnya bergerak dan bergumam, “Jadi dia idola malam ini.”

Saat kedua matanya tajam menatap ke sosok Niko, Amerika seperti ada yang mengawasinya dari kejauhan. Ada sinar merah yang jatuh tepat pada kedua matanya yang membuatnya tidak bisa menatap jelas ke arah panggung.

Saat itu juga dia tersadar, itu sinar merah dari sebuah senjata yang mengarah ke atas panggung.

Amerika terkejut kedua matanya melebar, saat itu juga saat sinar itu berubah arah ke atas panggung, entah apa yang ada dipikirannya.

Amerika dengan cepat berlari ke arah panggung membuat semua penonton terkesima melihat apa yang dilakukannya.

Dengan cepat juga Aspen terkejut dan berlari, tapi terlambat suara itu ...

DOR!

Jatuh tepat mengenai pundak Amerika yang kini sudah berada di atas panggung dan memeluk tubuh Niko.

Detik kemudian suara jeritan dan semua orang yang ada di ruangan itu langsung berhamburan berusaha keluar.

Aspen sudah berdiri di depan Niko, memegang tubuh wanita yang berlumuran darah tak sadarkan diri.

Aspen dengan cepat menatap ke arah suara senapan dan hendak menodongkan pistolnya tapi di tahan oleh Niko karena saat itu juga semua lampu tiba-tiba mati.

“Aspen, aku baik-baik saja. Jangan lakukan itu atau semua orang akan mencurigai kita berdua.”

“Niko ...”

“Aspen ... plis! Cepat kita bawa gadis ini segera ke rumah sakit terdekat.”

Niko terlihat panik kedua tangannya menopang tubuh Amerika sementara darah terus mengucur dari pundak gadis yang sudah menyelamatkan hidupnya.

Aspen dengan cepat mengambil ponsel miliknya dari saku bajunya, segera menghubungi nomor darurat.

Tanpa banyak bicara Niko langsung menggendong Amerika membawanya keluar panggung, Aspen mengikutinya dengan waspada.

“Nik, biar aku saja yang membawanya. Apa kau baik-baik saja?” Kata Aspen dengan berjalan tergesa-gesa mengikuti Niko.

“Sudah, biarkan aku saja. Selama masih ada lampu yang menyala aku baik-baik saja.”

“Tapi Nik ...”

“Aspen, kita harus cepat menyelamatkan nyawanya.”

Niko terlihat panik berjalan cepat menuju ke arah pintu bertuliskan ‘exit’ bersama dengan semua orang yang juga berlarian berusaha untuk keluar.

Di luar gedung mobil polisi dan ambulance sudah datang memenuhi jalanan. Semua terlihat sibuk dan panik, ada banyak wartawan juga. Beruntung Aspen menutupi wajah Niko dengan jaketnya saat berada di luar agar tidak menjadi bahan perhatian semua orang.

Beberapa petugas polisi langsung berlarian masuk ke dalam gedung.

Kerumunan orang ramai di luar gedung dengan wajah panik.

Untuk pertama kalinya acara seperti ini dan insiden penembakan terjadi.

“Cepat bawa dia ke rumah sakit.” Teriak Niko langsung masuk ke dalam mobil ambulance.

“Aspen, cepat kau ambil mobil dan kita ikuti mobil ambulance ini.” Perintah Niko, Aspen langsung mengangguk dengan cepat berlari menuju parkiran mobil.

“Apa kau bisa membuat darahnya tidak mengalir deras.” Tanya Niko dengan panik pada salah satu petugas saat Amerika dimasukkan ke dalam mobil ambulance.

“Akan aku usahakan, semoga saja dia bisa kuat sampai rumah sakit. Pelurunya masuk lebih dalam ke tubuh gadis ini.” Kata si petugas kesehatan.

Niko masih memandangi gadis tersebut, dan saat itu juga dia tersadar kalau gadis yang tengah terbaring ini adalah gadis yang sama, penata rambut yang beberapa saat yang lalu membantunya.

Niko mendesah dalam dan terlihat khawatir, kenapa gadis ini sangat berani dan rela membantunya mengorbankan diri untuknya.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status