Share

Bab 4 - Khawatir!

Niko masih memandangi gadis itu, dan saat itu juga dia tersadar kalau gadis yang tengah terbaring adalah gadis yang sama, penata rambut yang beberapa saat yang lalu membantunya.

Niko mendesah dalam dan terlihat khawatir, kenapa gadis ini sangat berani dan rela membantunya mengorbankan dirinya.

Setelah Amerika dibawa oleh mobil ambulance, Niko dan Aspen dengan cepat juga menuju mobil miliknya lalu pergi meninggalkan tempat kejadian tanpa seorang pun yang tahu kepergian mereka, karena semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Dengan cepat mobil ambulance sudah tiba di rumah sakit terdekat. 

Di depan UGD beberapa perawat sudah bersiap dengan brankar dorong. 

Berita perihal penembakan model terkenal di kota Paris langsung ramai hampir di seluruh berita televisi, wajar saja para perawat yang bertugas sudah bersiap.

Niko masih dengan wajah panik duduk di kursi penumpang dengan kedua tangan gemetar. Mereka berdua berhasil melarikan diri dari kerumunan saat semua orang panik mencarinya.

“Nik, are you ok?” tanya Aspen melirik di balik kemudi, terlihat panik juga.

Aspen merasa bersalah dengan situasinya, beruntung gadis itu menyelamatkan Niko. Apa jadinya kalau Niko yang tertembak, Aspen berpikir lebih jauh. Keluarga Niko tidak akan membiarkannya hidup kalau Niko sampai terbaring di rumah sakit.

“Aku tidak apa-apa. Ayo kita ke rumah sakit.”

“Nik ...”

“Aku tidak ingin membiarkan gadis itu sendirian.”

“Berbahaya sekali Niko, kalau kita ke sana sekarang.”

“Aku tidak peduli. Apa kau tidak melihatnya, dia begitu saja melakukannya. Aku penasaran kenapa dia sampai berani mengorbankan dirinya.”

“Apa kau tahu siapa dia?”

Tanya Aspen pada Niko dengan serius menyetir.

“Iya, dia gadis yang kita temui di jalan dan juga penata riasku. Apa kau tidak mengingatnya?”

Aspen menghela napas dalam, ternyata Niko mengingatnya.

Padahal Niko selama ini tidak pernah peduli dengan orang yang dia temui.

”Aku harus menemuinya Aspen, Ayolah kau bisa mengebut bukan?”

“Niko ...”

“Aku hanya khawatir.”

“Hey ... kau ... sejak kapan peduli dengan orang lain.”

“Aspen, ini tentang nyawa orang, apa kau tidak merasa kasihan pada gadis itu?”

“Hmm ... baiklah. Aku sudah meminta orang kita untuk menyelidiki tempat kejadian. Malam ini juga kita akan mendapatkan informasinya.”

“Oke, aku yakin itu pasti perbuatan Amanda.”

Niko menggeram kuat tatapan matanya tajam keluar mobil.

“Nik, apa sebaiknya kau balik saja ke apartemen biar aku saja yang ke rumah sakit.”

“Aspen, apa sekarang kau mulai membantah apa yang aku katakan.” Suara Niko terdengar tinggi.

Aspen terkejut, baru kali ini dia mendengar Niko, teman sekaligus atasannya itu berbicara dengan keras.

“Baiklah. Asal kau menurut dengan apa yang aku katakan nanti. Aku tidak ingin semua orang melihatmu dan kau akan kesusahan pastinya.”

“Kau jangan terlalu banyak berpikir, mengemudi saja yang kencang dan fokus segera bawa aku ke rumah sakit, Kau berisik sekali Aspen.”

Aspen tersenyum mendengar kalimat Niko, sudah lama sekali dia tidak mendengar Niko memarahinya.

Dan kali ini Aspen sedikit senang karena pada akhirnya Niko kembali seperti dulu, selama ini Niko sangat dingin dan Aspen seperti kehilangan teman masa kecilnya beberapa tahun.

Aspen mengemudi dengan kencang, mereka berdua terdiam.

Beberapa saat kemudian mobil memasuki kawasan rumah sakit.

Aspen dengan tenang mengendarai mobil sambil memperhatikan sekitar rumah sakit, dia khawatir kalau-kalau ada wartawan atau awak berita yang sudah standby di sana.

Tapi ternyata di sana terlihat sepi.

Aspen memarkirkan mobilnya dengan pelan setelah memastikan semuanya baik-baik saja dan aman untuk keluar.

“Nik. Kau harus menggunakan ini.” Aspen memberikan topi kepada Niko.

Awalnya Niko enggan, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Akan lebih baik kalau dia mengikuti apa yang dikatakan Aspen.

Bukan hanya sebuah topi saja, di dalamnya ada pula masker penutup wajah.

Niko mendesah lagi ...

“Kalau kau tidak mau, kita pulang saja.” Ancam Aspen.

“Baiklah!” jawab Niko langsung mengenakan topi dan masker.

Setelah memastikan kalau Niko tidak dapat dikenali, Aspen baru membuka pintu mobil.

Bukan tanpa alasan Aspen melakukan itu, wajah Niko saat ini ada di hampir semua berita terkini.

Dia tidak ingin capek mengurusi semua orang yang ingin berusaha mengambil kesempatan dan bahkan kalau mereka tahu siapa sesungguhnya Niko, semua rencananya selama ini bersama Niko akan hancur.

Tidak apa-apa, mereka masih memberitakan asumsi tentang Niko yang tertembak. Karena belum ada satupun orang yang melihatnya dengan jelas.

Semua berita itu akan berakhir setelah diselesaikan oleh orang-orang mereka.

Aspen tersenyum melirik Niko yang berjalan di sisinya.

Mengingatkan pada kenangan saat mereka masih kuliah dan jauh dari masalah.

Saat mereka melewati pintu masuk terdengar suara perawat dengan suara kencang.

“Tolong, apakah ada seseorang yang memiliki golongan darah AB rhesus positif. Ada seorang gadis sedang sekarat saat ini membutuhkan darah itu.”

Niko yang mendengar langsung terdiam tidak bergeming.

Pun dengan Aspen.

Apakah yang disebut oleh si perawat adalah gadis yang menolong Niko.

Mereka berdua berdiri mematung saling berpandangan, terlihat tegang.

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status