Share

Bab 12 - Tidak Biasa

Aspen hanya meringis saat dia menoleh pada Niko yang terlihat kesal mendengar perkataan Aspen.

Amerika hanya bisa bengong, pria tampan berotot di hadapannya ini ternyata bisa bersikap manis juga, pikir Amerika.

“Baiklah, hari ini kau bisa pulang setelah menyelesaikan semua urusan administrasi. Dan ini ada beberapa resep obat yang harus kau minum juga agar kau cepat pulih kembali. Semoga lekas kembali sehat Nona Amerika. Ah, kulitmu sungguh bagus sekali, aku sebagai wanita iri melihatnya, di mana kau merawatnya?” 

Mendengar kalimat si dokter, Amerika hanya tersenyum, sejak kapan dia perawatan kulit. Bahkan untuk biaya hidupnya saja dia kesusahan, batin Amerika yang pada akhirnya hanya meringis tanpa menjawab sepatah kata pun.

“Gadis sekarang memang selalu merahasiakan kecantikannya, bukan.” Lanjut si dokter merasa malu karena Amerika acuh padanya.

“Dokter, apa semuanya sudah beres?” tanya Aspen yang merasa kalau dokter ini sengaja ingin berlama-lama di ruangan ini dengan alasan Niko pastinya.

Aspen tersenyum canggung pada si dokter setelah berkata.

“Ok … aku sudah selesai.” Merasa diketahui apa yang sedang dipikirkannya oleh Aspen, si dokter langsung menyudahi percakapannya.

Setelahnya, dokter dan si perawat keluar ruangan, Aspen mengikutinya lalu menutup pintu kembali.

“Ah, sialan! Dokter itu sengaja ingin berlama-lama di sini.” Gerutu Aspen saat melangkah.

Niko langsung menghadang Aspen, dengan tatapan tajam dan bibirnya bergerak-gerak. Dia ingin memprotes atas perkataan Aspen tentang merawat gadis ini.

Aspen paham dengan tingkah laku Niko. Dia hanya meringis, mengangkat bahunya dan setengah berbisik pada Niko, “Kau harus baik kepadanya, kalau tidak bukankah kau yang harusnya terluka seperti dia.”

Mendengar kalimat Aspen, Niko hanya diam terpaku tanpa bisa berkata apa-apa.

Memang benar apa yang dikatakan Aspen, dia berhutang budi pada gadis ini tapi bukan berarti dia harus juga merawat gadis ini, kan.

Aspen lalu melangkah meninggalkan Niko yang masih terdiam, terpaku dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.

“Nona Amerika. Hm … jadi, begini. Selama perawatan dan pemulihanmu, kami yang akan menjagamu jadi … kau jangan khawatir tentang semuanya.”

Perlahan Aspen berkata pada Amerika.

“Maaf, jangan panggil aku dengan sebutan Nona, aku bukan seperti apa yang kau pikirkan. Cukup panggil aku, Rika, Amerika.” Kata Amerika merasa tidak enak dengan sebutan nona pada dirinya.

Niko memandangi Aspen yang tengah berkata lembut dan manis pada gadis itu. Kenapa sepupunya itu bisa bersikap seperti itu, sejak kapan?

Niko mencibir menatap Aspen yang berusaha berbicara pada Amerika.

“Jadi, setelah ini aku akan membawamu sementara ke tempat kami sampai kau benar-benar sembuh.” Kata Aspen lagi.

“Ah, tidak perlu serepot itu. Aku bisa merawat diriku sendiri.”

“Bukan begitu Nona … “

“Amerika, panggil saja aku, Amerika atau Rika. OK!”

“Hm … baiklah! Setelah aku membereskan semua administrasinya aku akan kembali ke sini dan membawamu pulang bersama kami.”

“Sudah aku katakan, tidak perlu. Aku bisa merawat diriku sendiri.” Kata Amerika keukeuh.

“Woi, Aspen. Kenapa kau bersikeras kalau dia tidak menginginkannya. Ah … sudahlah dia memang wanita keras kepala.” Sahut Niko pada akhirnya karena kesal mendengar percakapan Aspen dan Amerika yang tidak ada ujungnya.

“Yak! Aku bukan wanita seperti itu,” teriak Amerika kesal menatap Niko dengan wajah geram.

“Niko!” Aspen melotot, Niko hanya meringis.

“Bukankah sudah jelas dia tidak mau, yah sudah jangan dipaksa. Wanita semakin dirayu oleh lelaki semakin berkepala tinggi.” Kata Niko dengan entengnya.

Aspen merasa kesal, Niko memang selalu seperti ini. Dia tidak pernah berinteraksi dengan orang maka sikap sombong dan semaunya itu memang terkadang membuat orang lain merasa kesal dan tersinggung dengan perkataannya.

“Baiklah kalau begitu, aku akan ikut bersama kalian.” Jawab Amerika kesal menatap Niko.

“Hah?” 

Kini giliran Niko yang terkejut dengan jawaban Amerika. Padahal dia berharap gadis itu akan tetap dengan pendiriannya dan dia bisa bebas darinya tapi kenyataannya terbalik.

Aspen yang melihat perubahan wajah Niko langsung tersenyum.

Biasanya kalau seseorang diprovokatori oleh Niko akan berhenti dan menyerah akan tetapi Amerika justru sebaliknya.

Untuk pertama kalinya Aspen tersenyum lebar melihat raut wajah Niko yang terlihat kesal dengan apa yang dikatakan Amerika.

“Dasar wanita tidak konsisten.” Celetuk Niko menjatuhkan dirinya ke sofa dengan kesal.

“Eh, apa katamu?” Amerika berusaha turun dari tempat tidur, melihat reaksi Amerika. Dengan cepat Aspen mencegahnya.

“Nik, bisakah kau menahan diri. Dia masih dalam keadaan shock. Kau jangan memprovokasinya.” Sambil memegang lengan tangan Amerika, Aspen menoleh pada Niko.

Melihat pemandangan tersebut, ekspresi Niko langsung berubah lagi.

Ada apa dengan Aspen?

Kenapa dia terlihat sangat ingin menjaga gadis itu ….

Sementara Aspen, saat dia melihat tatapan Niko pada dirinya, dia baru sadar kalau wajahnya dan wajah Amerika kini sangat dekat bahkan dia bisa merasakan udara yang berhembus dari hidung gadis dihadapannya mengenai pipinya.

Saat itu juga Aspen menoleh, dia bertatapan dengan Amerika sangat dekat sekali hanya berjarak satu ibu jari.

Bersambung ... 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status