Share

Hati Untuk Presdir
Hati Untuk Presdir
Author: Wina Faathimah

Menolak Produk Baru

Alya masih mengamati sampel produk yang dikirimkan anak buahnya. Kemarin masuk barang sangat banyak dari supplier baru. Ia mengambil sebungkus milk shake dan mengamatinya dengan seksama, di sana tertulis kode X-B017. Lalu berpindah mengamati supplier produk tersebut, tertulis Starbig Foods.

"Tolong cari informasi tentang Starbig Foods sekarang juga!" perintah Alya, wajahnya merah padam melihat produk yang terdapat campuran barang haram di dalamnya. X-B adalah kode produk yang mengandung minuman keras dalam komposisi bahan.

Tidak lama kemudian, seorang anak buah membawa sebuah dokumen di tangannya dan diserahkan kepada Alya.

"Starbig Foods adalah salah satu anak perusahaan Starbig Group, khusus memproduksi makanan. Mereka salah satu perusahaan manufaktur besar yang sudah mendunia," papar pria yang mengantar dokumen tadi.

"Mereka yang beberapa bulan lalu mengajukan kerja sama dan Abah Nayef yang menandatangani kontraknya," imbuh seorang pria di sebelahnya.

Alya mengangguk sambil terus membaca dokumen di tangannya. Ia memang baru dua bulan menjabat sebagai Presdir Almanar Group menggantikan ayahnya yang sakit keras. 

"Syukron Jazakumullahu khairan (Terima kasih, semoga Allah membalas kebaikan kalian)." Alya menutup dokumen itu lalu menghela napas berat. Ayahnya pasti tidak teliti saat menandatangani kontrak sehingga berurusan dengan perusahaan sebesar Starbig dan tidak memastikan produk-produk mereka aman masuk dalam etalase perusahaannya.

Sesuai dengan lingkup keluarga yang religius, perusahaan yang mereka bangun juga membawa nilai-nilai agama. Sebuah muslim mall terbesar di kota itu dan ratusan minimarket dengan konsep islami tersebar di dalam dan luar kota. Tentu produk-produk yang dijual juga tidak jauh-jauh dari produk halal dan thayib (baik). Oleh karena itu, mereka selalu selektif memilih supplier agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

"Tolak semua produknya. Aku khawatir banyak produk-produk yang lain mengandung bahan seperti itu. Sampaikan baik-baik, perusahaan kita tidak menerima produk yang mengandung bahan yang diharamkan agama. Aku yakin, mereka akan mengerti," ucap Alya sambil menerawang ke luar jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan kota yang indah.

"Baik, Ummi," tukas mereka serentak. Lantas bersiap membereskan barang-barang yang berhamburan di atas meja.

"Tunggu!" Alya memanggil kembali.

Ia mendekati sampel-sampel produk lagi, mengambil sebuah fruit drink. Memperhatikan kemasannya, memutar-mutar dengan seksama, lalu berdecak sambil menggeleng.

"Di sini tertera aman. Tapi sama saja, tidak ada logo halalnya. Aku mau periksa dulu di lab kandungan bahan-bahannya." Alya melangkah keluar ruangan menuju ke laboratorium yang letaknya dua ruangan dari ruang kerjanya. 

Ia masuk ke dalam, beberapa petugas di dalam menyambutnya dengan ramah dan segera menyiapkan segala keperluan Presdir muda tersebut.

"Ada apa dengan minuman itu, Ummi?" tanya seorang laboran. Ummi adalah panggilan kesayangan para karyawan Almanar Group kepada pimpinan mereka, baik kepada Alya maupun ibunya.

"Ini dari supplier baru, mereka belum memahami kriteria produk yang kita terima jadi mengirimkan produk-produk yang mengandung bahan-bahan tidak layak," tukas Alya sembari memasukkan cairan minuman berwarna kuning itu ke dalam tabung reaksi. Lalu meneteskan beberapa tetes reaktan, menunggu hingga sepuluh menit dan cairan dalam tabung reaksi berubah menjadi keunguan.

"Astaghfirullah," ucap Alya melihat hasil yang terlihat.

Hasil itu menunjukkan minuman kemasan tersebut mengandung Perfluoroalkyl chemicals (PFAS) yang merupakan senyawa kimia berbahaya karena dapat bertahan lama di dalam tubuh dan sulit terurai. Selain itu juga ditemukan kandungan etanol yang cukup tinggi.

Alya dan para laboran saling pandang mengamati hasil mengejutkan itu.

"Kenapa mereka melakukan itu?" Alya bertanya entah pada siapa, sebab pastinya para laboran tidak mengetahui jawabannya.

Alya melepaskan kaos tangan karet yang melekat di tangannya, membuangnya ke tong sampah, lalu kembali ke ruangannya.

Ia mencuci tangan sebelum duduk di kursi kerjanya. Sejenak mengamati pantulan dirinya di cermin yang terpajang di dinding, tampak jilbabnya sudah miring ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum geli melihat dirinya dengan kondisi demikian kacau, lalu membuka peniti cantik yang mengait jilbab di bagian dagu dan merapikannya sedemikan rupa sehingga menjadi rapi kembali. Terakhir, merapikan ujung jilbabnya yang menjuntai hingga ke bawah perutnya.

Ia duduk di kursinya, iseng-iseng browsing dengan kata kunci Starbig. Dan ia terperangah melihat deretan informasi yang ditampilkan oleh mesin pencari berita online itu. 

✓ Starbig Meraih Penghargaan Sebagai Perusahaan Tersukses Nomor 1 Di Tanah Air.

✓ CEO Starbig, Egie Andirasmaja, Didaulat Sebagai Pengusaha Muda Paling Sukses Se-Asia.

Alya membuka sebuah situs yang menampilkan gambar CEO itu paling besar. "Egie Andirasmaja, CEO muda berusia 35 tahun yang sukses memimpin perusahaan besar ke kelas dunia. Starbig...." Alya menghentikan bacaannya, beralih memperhatikan gambar sang CEO yang berpose berdiri tegak tanpa senyum dengan sorot mata sangat tajam. Seorang pria berwajah tampan aristokrat dengan rahang tegas dan hidung tinggi, serta dahi lebar. Dari pertama melihatnya, ia yakin pria itu pasti berdarah blasteran.

Alya menutup tab-nya ketika seseorang mengetuk pintu, lalu muncul sosok asisten pribadinya, Hanami.

"Surat-surat pengembalian produk ke Starbig sudah siap, Ummi. Tapi apa Ummi yakin mau kembalikan semuanya?" Hanami terlihat ragu.

Alya sejenak memikirkan kedudukan Starbig yang jauh di atas melampaui perusahaannya yang mungkin tidak akan bisa mencapai prestasi itu. Tapi ia hanya ingin memberitahukan bahwa tidak selayaknya perusahaan sekelas Starbig menggunakan bahan berbahaya dalam meracik produknya.

"Ya, aku yakin. Kamu lakukan saja sesuai prosedur," tukasnya dengan mantap. 

Ia lalu membaca tiap lembar dokumen yang diletakkan di hadapannya, lalu mengangguk setuju dan membubuhkan tanda tangan tanpa ragu sedikit pun. Ia yakin semuanya akan baik-baik saja, tujuannya baik, dan produk juga dikembalikan dengan cara yang paling baik.

Setelah semuanya selesai, ia segera pulang ke rumah dengan wajah ceria, seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang besar selama di kantor. Dilihatnya ayah dan ibunya sedang menikmati Halloumi grilled (keju dari susu kambing atau domba atau keduanya yang dipanggang).

"Yummi, enak nih," sapa Alya dan langsung bergabung dengan kedua orang tuanya setelah mencium tangan mereka.

"Wah, ibnaty (anak gadisku) sudah pulang rupanya." Abah Nayef tersenyum sumringah melihat putrinya berjalan mendekati mereka.

"Abah dan Umma dengar sudah masuk barang dari Starbig?" Abah Nayef langsung menanyakan seputar perusahaan.

Alya mencomot sepotong Halloumi, memasukkannya ke dalam mulutnya, tidak terlalu menanggapi pertanyaan sang ayah. Dia yakin ayahnya sudah mengetahui lebih dari cukup dari laporan orang kepercayaannya.

"Na'am (iya). Tapi sudah aku balikin semua produknya, nggak layak dimasukkan ke etalase kita, banyak yang mengandung bahan berbahaya dan bahan haram," jawab Alya enteng.

"Apa?!" Abah Nayef sangat terkejut, bahkan membelalakkan mata saking kagetnya, membuat Alya juga terkejut. "Kamu kembalikan semuanya?!" ulang sang ayah.

"Iya, kenapa, Bi?" Alya mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Itu tidak boleh, aduh....." Abah Nayef memegang dadanya yang tiba-tiba berdenyut kencang dan terasa sangat nyeri.

"Abi, Abi kenapa?" Alya dan ibunya menjadi panik dan histeris, mereka segera memanggil sopir keluarga dan melarikan Abah Nayef ke rumah sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status