Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)

Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)

Oleh:  Tere Bina  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
34Bab
2.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ayana heran dengan suaminya Dindar yang selalu marah bahkan tak segan melakukan kekerasan terhadap dirinya hanya sebuah kesalahan yang menurut Ayana tak patut untuk dijadikan masalah hingga melakukan kekerasan. Kesalahan Ayana yaitu mendesah saat melakukan hubungan suami istri. Sekalipun itu tak sengaja Ayana lakukan maka Dindar tak segan untuk marah dan menyakiti Ayana. Namun ternyata Dindar punya rahasia dibalik kelainan gairahnya tersebut.

Lihat lebih banyak
Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
34 Bab
Jangan Mendesah
"Jangan mendesah, Ay!" ingat Dindar, saat Ayana, istrinya tak sengaja mengeluarkan suara desahan akibat dari perlakuan Dindar.Ayana pun segera menggigit bibirnya agar suara yang lumrahnya kebanyakan lelaki sukai saat wanitanya mengeluarkan suara yang menandakan bahwa wanita tersebut merasa menikmati atas perbuatan suaminya tersebut namun dibenci oleh Dindar. Ayana tak pernah tahu apa alasan Dindar selalu melarangnya untuk bersuara disetiap kali mereka melakukan hubungan. Sedangkan Dindar begitu pintar dan lihai saat memancing hasrat bercinta Ayana. Namun ia sendiri melarang Ayana untuk menikmati apa yang ia lakukan.Setelah melihat Ayana yang berusaha mengatupkan bibirnya, agar tak mengeluarkan desahan, Dindar pun melanjutkan permainannya yang masih tahap pemanasan.Tangan kekar Dindar dari dada Ayana turun menggerayangi perut Ayana, lalu selanjutnya makin turun kebawah tepat di area paling sensitif milik Ayana. Ayana sekuat tenaga menahan agar dirinya tak sampai mengeluarkan sua
Baca selengkapnya
Tanda Merah
"Ayana!" seru Dindar saat sarapan pagi berlangsung.Ayana yang masih merasa sakit hati dengan perkataan kasar Dindar semalam hanya melirik Dindar tanpa berucap."Kamu masih marah samaku, Ay?" Dindar bertanya sambil terkekeh menatap Ayana.Lagi, Ayana masih bungkam. Wanita mana yang tak sakit hati jika suaminya memarahi dan menyalahkan dirinya sebab melakukan tak kesengajaan disaat mereka sama-sama meneguk madu."Maaf, ya, Ay!"Ayana menghela nafas seraya menyudahi sarapannya. Sudah biasa Ayana mendengar permintaan maaf Dindar setelah Dindar memarahinya sebab kesalahan yang sama."Kenapa kau tak menjawab, Ay?" tanya Dindar."Aku sudah terbiasa dengan permintaan maafmu, Mas!" Nada bicara Ayana tampak lesu. Sekilas mata Ayana melirik ke arah Dindar yang saat ini bergeming dengan mata sama menatap Ayana.Sekali lagi Ayana menghembuskan nafas sebelum akhirnya ia berdiri untuk membereskan meja makan."Tidak perlu kau lakukan itu, Ay!" Dindar segera berdiri dari kursinya, lalu berjalan mengh
Baca selengkapnya
Tali Dan Lakban
"Berikan Ayana pengobatan yang terbaik, Dok," ucap Dindar pada Dokter Althan. Dokter yang bekerja pada Dindar.Dokter Althan tersenyum seraya menyimpan stetoskopnya. "Saya sudah melakukan pengobatan yang terbaik untuk Bu Ayana. Dia tidak apa-apa," ujar Dokter Althan sambil mengemasi alat-alatnya."Tapi kenapa dia belum sadarkan diri juga?" Dindar menatap tajam pada Dokter Althan.Lagi, Dokter Althan tersenyum. "Sebentar lagi dia juga akan sadar, Pak."Dindar tak membalas. Ia mengalihkan pandangannya menatap Ayana yang terbaring di ranjang dengan kepala berbalut perban."Kalau begitu kau boleh pergi." Dindar berucap tanpa menatap Dokter Althan."Baik, Pak.""Amplop di meja ruang tengah jangan lupa diambil," ingat Dindar dengan masih tanpa menatap Althan."Baik, Pak. Terima kasih."Setelah kepergian Althan, Dindar melangkah mendekati ranjang Ayana.Benar apa yang dikatakan oleh Althan, tak berapa lama dari itu, Ayana sadarkan diri.Sontak Dindar tersenyum. "Kau sudah sadar, Ay?" Ayana
Baca selengkapnya
Mencari Informasi Pada Althan
"Mas, hentikan!" bentak Ayana. Sontak membuat usaha Dindar terhenti."Aku bukan binatang yang sesuka Mas Dindar lakukan dengan seenaknya!" Kali ini Ayana melawan. Nafasnya memburu menahan emosi."Aku istrimu, Mas. Tapi cara kau memperlakukanku sudah seperti bukan istrimu saja. Dengan kau mengikat dan melakban mulutku itu sudah seperti kau bukan ingin mengambil hakmu. Tapi kau merampas milik orang lain." "Diam, kau!" bentak Dindar, membuat Ayana kaget.Dindar mencengkeram rahang Ayana. "Kenapa sekarang kau membantah keinginanku, Aya?" "Lepas, Mas. Sakit." Ayana menyingkirkan tangan Dindar dari wajahnya."Aku tidak akan membantah jikalau Mas Dindar melakukan sesuatu yang wajar. Tapi ini tidak wajar, Mas. Kapan aku pernah menolak keinginan Mas Dindar. Kapan, Mas. Kapan?" Ayana membalas tatapan Dindar."Ayana, kau—""Aku bahkan diam saja saat Mas Dindar menyakitiku. Lihat ini!" Ayana menunjuk bekas luka di kepala Ayana yang masih belum sembuh dan berbekas sebab perbuatan Dindar kemarin
Baca selengkapnya
Ayana Diculik
"Sebenarnya apa, Dok?" tanya Ayana yang tak sabar untuk mendengar kelanjutan kata-kata dokter Althan.Althan tampak mendesah sembari mengusap wajahnya kasar."Maaf. Sebenarnya aku kurang tahu pasti dengan sikap yang dialami oleh suami Bu Ayana. Namun menurut prediksiku yang seorang dokter. Tampaknya suami Bu Ayana mengalami kepribadian ganda. Sebab jika saya lihat sepertinya setelah ia menyakiti Bu Ayana ia sangat menyesalinya. Dan saya bisa melihat itu sendiri saat Bu Ayana tak sadarkan diri sebab kepala Bu Ayana terluka karena perbuatan suami Bu Ayana."Ayana tampak menghela nafas. Tanpa Altha jelaskan pun kalau Dindar selalu menyesali perbuatannya pada dirinya, Ayana sendiri juga tahu itu. Cuman masalahnya Ayana tak tahu cara mengatasi sikap kelainan yang Dindar miliki itu. Sedangkan ia sudah tak tahan dengan sikap kasar Dindar.Ayana menjatuhkan diri di sofa sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku sudah capek dibuat seperti ini terus, Dok," keluh Ayana. Tampak frusta
Baca selengkapnya
Berusaha Mel3nyapkan Dindar
"Aku adalah Aham!" ucap pria di depan Ayana."Aham?" Kening Ayana mengkerut seraya tampak berpikir dan mengingat-ingat. Apa ia mengenal atau pernah bertemu dengan pria yang mengaku  bernama Aham tersebut."Abraham Pamungkas." Aham memperjelas namanya."Aku tidak mengenalmu. Dan aku rasa aku juga tak pernah punya urusan apalagi salah padamu. Oleh karena itu lepaskan aku," ucap Ayana. Pria itu tersenyum kecut. "Kau bilang kita tak pernah bertemu?" Aham semakin memajukan tubuhnya lagi. Hingga semakin dekat jarak antara Aham dan Ayana."Menjauh dariku. Kau salah orang. Kita tak pernah bertemu," sengit Ayana."Kita pernah bertemu, Ayana!" Mata Aham lekat menatap Ayana."Kapan? Dan dimana?" tanya Ayana. Dengan suara bergetar."Pada malam itu. Di pesta!""Pesta?""Tepatnya di depan toilet!"
Baca selengkapnya
Cerita Pahit Dindar
"Akhh…!" Ayana terpel4nting saat tangan kekar Dindar menangkis tangan Ayana yang begitu cepat ingin menghvnuskan b3lati ke perut Dindar.Dindar segera meraih tubuh kecil Ayana yang tersungkur di lantai dan membawanya duduk di sofa.Namun sebelum itu ia membuang bekau yang dioegang Ayana, melemparnya jauh.Ayana tertunduk takut. Takut akan amarah Dindar sebab barusan dirinya berusaha meleny4pkan Dindar."Ayana!"Ayana memejamkan matanya masih dengan kepala menunduk. Seruan Dindar benar-benar membuat detakan jantungnya berpacu lebih cepat. Jangankan menatap Dindar, masih mendengar suaranya saja wanita itu begitu takut. Hingga tangannya berkeringat dingin juga bergetar."Lihat aku, Ayana!"Ayana semakin takut. Ia tak tahu, apalagi yang akan Dindar lakukan pada dirinya kali ini. Tangan Ayana satunya meremas tangan yang lainnya. Gugup da
Baca selengkapnya
Pembenci Wanita
"Be-benarkah yang aku dengar ini, Mas?" Suara Ayana bergetar saat menanyakannya. Saking terkejutnya mendengar ini kandung dari Dindar mati sebab bunvh diri.Dindar menjawab dengan anggukan kepala."Lalu...apa penyebabnya?" tanyanya lagi."Karena pengkhianatan Ayahku. Ayahku seorang perwira, namun ia tukang selingkuh. Setiap malamnya Ayah selalu membawa perempuan yang  berbeda-beda ke dalam rumah. Aku dan Ibu setiap malamnya selalu mendengar rintihan wanita selingkuhan Ayah. Rintihan dan des4han dari wanita-wanita jal4ng Ayah. Oleh karena itu, setiap malamnya Ibu selalu menangis. Hingga pada suatu malam, saat aku baru saja masuk ke kamar Ibu, aku sudah menemukan Ibu bergantung ke sebuah tali." Dindar mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Sedangkan Ayana ternganga seolah tak percaya dengan apa yang ia barusan dengar dari cerita Dindar.Ayana tak menyangka bahwa Dindar ternyata punya kisah menyedihkan
Baca selengkapnya
Kau Tak Tahu Apa-Apa
Saat terbangun di pagi hari, Ayana langsung dikejutkan dengan keberadaan Dindar yang sedang duduk di pinggir kasur menatap Ayana.Ayana segera duduk dari posisi baringnya. "Ada apa, Mas?" tanya Ayana sebab merasa ada yang lain dari tatapan Dindar.Dindar tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Selamat pagi," seru Dindar. Ayana segera menyunggingkan senyuman manisnya. Tiba-tiba Ayana merasakan kalau Dindar sudah mengembalikan sikap awal waktu pertama Dindar mendekati dirinya. Begitu banyak kemanisan dan kelembutan dan tentunya sangat perhatian.Dalam hati Ayana berdoa. Semoga Dindar memang telah benar-benar berubah, sudah kembali seperti sifat sebelumnya."Aku sudah pesankan kamu sarapan. Makanlah." Tangan Dindar mengelus lembut kepala Ayana.Meskipun rasa Ayana pada Dindar sudah tak seperti sebelumnya yang mencintai Dindar, namun Ayana merasa senang dan bahagia dengan perlakuan lembut dan perhatian Dindar saat ini. Walaupun sebelumnya Ayana ada keinginan untuk berpisah dari Dind
Baca selengkapnya
Dindar Dan Seorang Wanita
"Sekarang kau mengerti, kan, Ayana? Kenapa kamu harus mendengarkan aku. Aku mengatakan ini padamu karena kasihan. Kau tak tahu apa-apa tentang Dindar." Aham berkata dengan tatapan yang begitu serius. Seolah ingin memperlihatkan pada Ayana bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah keberan.Sejenak Ayana masih termangu dengan kata-kata Aham, namun untuk selanjutnya ia menggelengkan kepala."Tidak. Kau salah. Kau yang tak tahu apa-apa tentang Dindar. Dan sekarang aku sudah tahu. Aku tahu kenapa dia punya sifat seperti itu," ucap Ayana penuh keyakinan."Aku sudah sangat percaya padanya. Dan seharusnya aku kemarin tak percaya sama kamu," ucap lagi Ayana."Kau harus lebih percaya aku, Ayana.""Kau siapa. Kenapa aku harus percaya kamu," tanggap Ayana. Sengit. "Aku tidak kenal kamu.""Lalu apa kau kenal Dindar.""Dia suamiku.""Suami akan memberikan surga untuk istrinya tapi dia akan memberikan neraka untukmu, Ayana.""Aku tidak percaya kata-katamu lagi. Aku tidak tahu ada masalah apa kamu s
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status