TARGETKU BOS MAFIA

TARGETKU BOS MAFIA

By:  ookamisanti_  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
180Chapters
605views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Seseorang yang tidak dikenal melepaskan peluru ke arah suami Callista Austerlitz Zouch tepat di hari pernikahan. Tak terima dengan kejadian itu, Callista pun melakukan balas dendam. Dia mencari si pelaku penembakan, bahkan sampai menjadi pembunuh bayaran. Di tengah pencariannya untuk menemukan informasi tentang si pelaku penembakan, dia bertemu dengan bos mafia, Richard Valfredo Holtzman. Richard membantu Callista, bahkan menjadi teman. Namun Callista tidak tahu identitas asli si pria yang sedang membantunya itu. Di balik itu, Richard merencanakan sesuatu terhadap Callista. Apa yang direncanakan Richard? Apakah Callista akan mengetahui siapa sebenarnya Richard? Dapatkan Callista menyelesaikan balas dendamnya?

View More
TARGETKU BOS MAFIA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
180 Chapters
BAB 1. Penembakan di Hari Pernikahan
“KEJAR DIA!”Callista berlari di tengah-tengah keramaian. Dia begitu panik ketika beberapa pria mengejarnya. Tidak ada yang peduli dengan apa yang terjadi, orang-orang tampak sibuk sendiri tanpa memedulikan wanita itu. Napasnya terdengar terengah-engah dengan keringat yang membanjiri wajahnya.Wanita itu pun membelokkan arah larinya ke gang kecil yang diapit oleh dinding bangunan. Sesekali dia menoleh, memastikan apakah para pengejar itu masih mengejar atau sudah jauh? Namun rupanya semakin lama, mereka semakin mendekat. Entah karena para pengejar yang lebih cepat atau langkah Callista yang mulai melemah. Tentu saja hal tersebut membuatnya semakin panik.BRUK!Tak sengaja dirinya menabrak seorang pria yang sedang berjalan berlawanan ke arah dia. Pria itu tampak memasang raut wajah kesal sembari melihat Callista yang kini berada di bawah. Dengan cepat Callista berdiri dan menatap orang yang ditabraknya itu.“Maafkan aku!” kata Callista merasa bersalah.Saat dia hendak berlari lagi, pri
Read more
BAB 2. Pertemuan Dengan Orang Asing
Satu bulan sudah berlalu sejak kejadian penembakan itu, Callista belum berhasil menemukan pelaku penembakan yang sudah membunuh Fernando. Meski kepolisian masih menyelidikinya, tapi dia tak bisa berdiam diri dan menunggu. Ambisinya untuk melakukan balas dendam sudah tak bisa ditahan lagi. Sudah tiga minggu dirinya mencari-cari si pelaku dan hanya mendapatkan sedikit informasi dari orang lain.Callista tidak akan menyerah begitu saja dan harus menemukan si pelaku entah bagaimana caranya. Untuk sekarang, dia sudah berhasil mengetahui kalau ada seseorang yang mungkin bisa membantu. Menurut informasi yang dia dapatkan, seorang pria berkulit hitam memiliki akses lebih tentang aktivitas kriminal di kota ini. Tak mau kehilangan kesempatan, maka Callista harus mencari keberadaannya.Tepat di kawasan sudut kota, Callista berjalan seorang diri. Dia mencari keberadaan orang yang dimaksud oleh si pemberi informasi dan di tangannya terdapat sebuah foto yang menunjukkan wajah pria tersebut. Wanita
Read more
BAB 3. Pandangan Matanya
Ternyata yang memanggilnya adalah Fritz Ryker, seorang pria yang dikenal Callista dari suatu tempat. Pria tersebut tampak tersenyum, tapi Callista malah mendengkus kesal karena dia salah mengira kalau Fernando yang menyerukan namanya. Suara Fritz tak jauh berbeda dengan sang mantan suami.“Maaf! Aku kira Fernando,” kata Callista kepada pria itu.“Tak perlu meminta maaf. Kau sedang apa di sini? Tidak biasanya kau pergi ke bar.” Fritz tampak penasaran. Dia duduk di samping Callista.“Kebetulan aku lewat jalanan ini dan mampir sebentar. Kata orang ini, mereka menjual informasi, siapa tahu mereka bisa membantuku,” jawab Callista seraya menunjuk Richard lalu sedikit mengubah posisi duduknya agar Fritz bisa melihat pria di sampingnya itu.Alih-alih membalas, Fritz malah menunjukkan raut wajah terkejut. Kedua matanya membelalak dengan lebar. Hal ini membuat Callista mengernyitkan dahi karena kebingungan. Ada apa dengan pria ini? Tanyanya dalam hati.“Kenapa wajahmu tampak terkejut begitu?” t
Read more
BAB 4. Rahasia di Balik Pertemuan
Callista berhenti melangkahkan kakinya dan berbalik menghadap ke arah Fritz. Dia sangat terkejut ketika mendengar ucapan pria itu. Dia kembali bertanya, “Apa kau bilang? Dia seorang bos mafia?”“Ya, dia berbahaya. Kau harus menjauhinya, Callista. Jika kau berurusan dengan dia, kemungkinan kau tidak akan dilepaskan olehnya. Ka-““Apakah kau memiliki bukti? Jika tidak ada bukti, jangan berbicara sembarangan! Dia hanyalah seorang CEO dari sebuah perusahaan, tidak mungkin seorang bos mafia. Terlihat dari wajahnya, tidak mungkin dia berbohong kepadaku,” tukas Callista tidak terima. Wanita ini tidak mengerti kenapa dirinya berkata begitu kepada Fritz. Padahal di dalam benaknya, dia ingin mempercayai ucapan temannya itu.“Kau tidak percaya kepadaku?” tanya Fritz dengan raut wajah menahan kesal.“Bukannya aku tidak percaya, aku hanya tidak mau kau berbicara sembarangan tentang orang lain,” jawab Callista.“Apakah kau membelanya setelah melihat wajah tampannya itu dalam jarak dekat?” sindir Fr
Read more
BAB 5. Panggilan
Callista berjalan seorang diri di sekitaran taman yang menjadi lokasi penembakan pada bulan lalu. Meski kenangan pahit itu kembali dia ingat, dirinya tidak ingin menyerah dan terus menelusuri kawasan itu. Siapa tahu ada sesuatu yang tertinggal, yang bisa menjadi petunjuk baginya. Padahal sudah berulang kali dia datang kemari, tetapi dia tidak menemukan apapun.Karena informasi yang dia dapatkan semalam cukup meyakinkan, makanya dia kembali ke sini untuk memastikannya sendiri. Kini dia berhenti di depan sebuah gang yang dimaksud oleh Fliora. Gang tersebut menjadi saksi kematian seorang pria yang dibunuh oleh seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Ada kemungkinan si pelaku adalah orang yang sama, mengingat kalau pelaku itu pergi ke sini setelah kejadian penembakan di taman sekitaran kawasan ini.Callista menghampiri seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari rumahnya. Dia menanyakan tentang kejadian waktu itu. Menurut pria tersebut, sebelum para medis dan kepolisian datang
Read more
BAB 6. Bekerja Sama
Dengan cepat Callista membalikkan arah jalannya lalu menarik kerah pakaian Letizia. Dia mengancam, “Jika kau tahu tentang si pelaku itu, katakan kepadaku! Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”Secara perlahan, Letizia menarik tangan Callista. Wanita ini tertawa pelan. “Jangan terburu-buru, Senior! Aku tak akan memberikan informasi secara percuma. Sebagai anggota dari Foreszther, seharusnya kau tahu akan hal itu,” balasnya.“Aku bukan anggota mereka lagi dan tidak sudi bekerja sama denganmu! Ka-““Tidak masalah kalau kau bukan lagi anggota di sana, aku tak begitu memedulikannya, tapi kita harus bekerja sama. Kau ingin informasi itu, kan?” tukas Letizia membuat Callista berdecak. Dengan kasar, wanita itu menarik tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Letizia lalu menjauh.Callista sangat kesal karena di saat dia ingin mendapatkan informasi tentang si pelaku penembakan, malah ada orang lain yang ingin memanfaatkannya, terutama orang asing seperti Letizia. Ditambah wanita itu adalah anggo
Read more
BAB 7. Kesempatan dan Kesepakatan
Pria di depan wanita ini terlihat tertawa pelan, membuat Callista menjadi kesal sendiri. Dengan perlahan, dia memegang senjata itu seraya menatap tajam mata Callista. Dirinya berkata, “Jangan seperti itu kepada bosmu sendiri, Zouch! Aku ingin kau kembali bergabung. Sebagai gantinya, aku akan menjawab semua keingintahuanmu tentang Fernando Foligno.”Alih-alih membalas, Callista hanya bergeming seraya menatapnya dengan tajam. Karena tak ada balasan, pria itu melanjutkan, “Silakan lubangi leherku! Alih-alih aku yang mati, malah kau yang tergeletak bersimbah darah akibat peluru anak buahku.”“Bagus, Bos Alberto! Dengan begitu kau kehilangan orang seperti aku.” Alberto langsung terdiam. Pria itu terlihat menahan emosinya setelah Callista berkata begitu. Melihat bagaimana reaksinya, Callista hanya mendesis.“Lebih baik kau beri tahu aku informasi tentang Fernando! Aku masih bisa sabar. Kalau tidak, aku akan benar-benar menghancurkan tempat ini meski harus kehilangan nyawaku sendiri!” ancam
Read more
BAB 8. Tim Baru
Callista sudah membulatkan tekadnya untuk bergabung dengan kelompok ini dan bekerja di bawah perintah Alberto. Dirinya terpaksa memutuskan hal tersebut demi menuntaskan balas dendam. Dia merasa hanya ini jalan satu-satunya. Kalau ada kesempatan besar, kenapa dia harus membuang kesempatan itu? Meski nyawa taruhannya dan memiliki risiko tinggi, Callista tak peduli.Mendengar keputusan yang disampaikan Callista membuat Alberto tertawa. Dia begitu senang karena wanita yang telah dia tunggu selama ini, kini bersedia bekerja sama. Tentu saja banyak rencana yang Alberto siapkan agar Callista tetap bergabung dan enggan untuk meninggalkan kelompok ini. Termasuk memasukkannya ke dalam tim yang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari sebelum wanita di depannya itu datang ke hadapan dia.“Keputusan yang bagus, Zouch. Dengan begini kita sudah sepakat, bukan?” tanya pria itu. Callista menganggukkan kepalanya.“Ya, asalkan kau menepati janjimu. Kalau tidak, aku tak akan segan untuk melakukan sesuatu kep
Read more
BAB 9. Kembali Bertemu
Teman-teman Vittoria terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Callista. Mereka sempat meminta wanita itu untuk melepaskan Vittoria. Namun dia enggan menjauh dan masih menatap tajam mata Vittoria yang kini terlihat membalas dengan tatapan tajam juga. Hal ini membuat Callista menjadi kesal kepadanya. “Vittoria, lebih baik kita tidak perlu tahu sampai sejauh itu. Kita bukanlah siapa-siapa baginya, apalagi baru kenal beberapa menit lalu.” Kini Justin menegur Vittoria. Wanita itu pun mendesis setelah Callista menjauhkan diri darinya. Terlihat jelas dia juga kesal dengan Justin. “Atas nama Vittoria, aku minta maaf, Zouch! Dia tidak bermaksud begitu,” katanya kepada Callista. “Katakan kepada anak buahmu itu untuk menutup mulutnya,” balas Callista tanpa menoleh. Justin menganggukkan kepala. Dia pun menyuruh mereka untuk duduk, termasuk Callista. Wanita ini menurut dan duduk kembali di sofa yang sebelumnya. Daripada membahas hal yang tak perlu dibicarakan, Justin memilih untuk memberitahukan
Read more
BAB 10. Saling Berdalih
Callista berhenti menyerang dan terkejut ketika melihat siapa orang yang kini ada di hadapan dia. Dirinya bertanya, “Richard? Huft! Ku kira siapa.”“Sepertinya kau hebat dalam bertarung dan memiliki kepekaan akan bahaya yang akan menyerangmu,” ujar Richard membuat Callista terkekeh pelan.“Hanya kebetulan saja. Aku sangat khawatir kalau seseorang membuatku celaka, ditambah sebelum ke sini aku sempat dijahili oleh orang lain, makanya aku mencoba menyerang meski tak pandai berkelahi,” dalihnya. Tak mungkin dia mengatakan kalau dirinya bisa berkelahi dan memiliki kepekaan akan situasi di sekitarnya. Callista tak mau pria di depannya itu tahu kalau dia tidak selemah yang dikira Richard.Richard manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari Callista. Dia pun bertanya, “Lalu kenapa kau ke ruangan ini?”“Aku mencoba memancing orang yang menjahiliku. Tidak ku sangka ternyata kau yang datang,” jawab Callista. Richard kembali manggut-manggut. Kini giliran Callista yang bertanya kenapa pria
Read more
DMCA.com Protection Status