Share

BAB 7. Kesempatan dan Kesepakatan

Pria di depan wanita ini terlihat tertawa pelan, membuat Callista menjadi kesal sendiri. Dengan perlahan, dia memegang senjata itu seraya menatap tajam mata Callista. Dirinya berkata, “Jangan seperti itu kepada bosmu sendiri, Zouch! Aku ingin kau kembali bergabung. Sebagai gantinya, aku akan menjawab semua keingintahuanmu tentang Fernando Foligno.”

Alih-alih membalas, Callista hanya bergeming seraya menatapnya dengan tajam. Karena tak ada balasan, pria itu melanjutkan, “Silakan lubangi leherku! Alih-alih aku yang mati, malah kau yang tergeletak bersimbah darah akibat peluru anak buahku.”

“Bagus, Bos Alberto! Dengan begitu kau kehilangan orang seperti aku.” Alberto langsung terdiam. Pria itu terlihat menahan emosinya setelah Callista berkata begitu. Melihat bagaimana reaksinya, Callista hanya mendesis.

“Lebih baik kau beri tahu aku informasi tentang Fernando! Aku masih bisa sabar. Kalau tidak, aku akan benar-benar menghancurkan tempat ini meski harus kehilangan nyawaku sendiri!” ancam Callista lagi seraya menjauhkan diri serta pistol yang dipegangnya. Secara bersamaan, Alberto menghembuskan napas lega karena ketegangan yang dia rasakan tadi sekarang sudah berakhir.

Alberto terdiam sejenak. Dia merasa tak bisa lagi mengancam Callista, apalagi dirinya tahu betul bagaimana keras kepalanya wanita di depan dia itu. Alberto pun menatapnya lalu berkata, “Fernando Foligno sempat menjadi anak buahku selama 3 tahun. Alasannya bekerja di sini karena dia ingin mendapatkan uang dengan cepat. Di usianya yang masih muda, dia berhasil membunuh banyak orang. Sayangnya, Foligno melakukan pengkhianatan yang membuatku membencinya.”

Penjelasan yang dilontarkan Alberto membuat Callista membelalakkan mata. Dia tak menyangka kalau mantan suaminya pernah mengkhianati pria di depannya ini. Apa yang dilakukan Fernando? Apa alasannya? Banyak pertanyaan yang terlintas di benak Callista, tapi dia tak bisa memotong pembicaraan karena ingin tahu lebih lanjut.

“Aku ingin membunuhnya karena pengkhianatan itu dan terus mencari dia. Sialnya, dia pandai bersembunyi sehingga kami kesulitan untuk menemukannya. Namun ku dengar, setahun kemudian Foligno bekerja dengan kelompok mafia. Bahkan menjadi seorang mata-mata untuk mematai musuh mafia tersebut,” lanjut Alberto seraya memerintahkan asistennya yang sedari tadi ada di ruangan itu untuk mencarikan sebuah dokumen.

“Kau mendapatkan informasi itu dari mana?” tanya Callista.

“Aku memiliki seorang informan, Zouch. Jelas saja aku mencari tahu dan mengetahuinya,” jawabnya. Callista hanya mendengkus. Dia ingin tahu lebih jauh tentang Fernando. Tak lama, asisten Alberto menunjukkan sesuatu kepada Callista.

“Apa ini?”

“Itu adalah bukti kalau Foligno sering bepergian dari satu markas mafia ke markas mafia lain.” Callista melihat foto dari rekaman cctv yang menampilkan mantan suaminya sedang berjalan di suatu tempat dan menuju ke sebuah bangunan. Hal tersebut dilakukan berulang kali dan di hari yang berbeda. Di sana juga terlihat aktivitas yang dilakukan Fernando.

“Karena dia sudah bergabung dengan mereka, kami tidak bisa menyentuh Foligno. Kalau kami melakukan hal itu, kelompok kami akan mendapatkan masalah. Apalagi dia bergabung dengan kelompok mafia yang lain dengan identitas yang berbeda. Kita tak akan bisa mendekati meski tahu di mana keberadaannya,” imbuh Alberto.

Callista mendengkus lagi lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dirinya sangat penasaran dengan apa yang dilakukan Fernando di masa lalunya sampai menjadi anggota mafia bahkan menjadi mata-mata. Sebelum tahu hal ini, Callista tidak tahu banyak tentang mantan suaminya karena pria itu tidak menceritakan kepada dia. Jadi, ini, rahasia yang dimiliki Fernando? Tanyanya dalam hati.

Dia pun bertanya, “Apakah kau tahu musuh-musuh Fernando?”

“Aku memiliki banyak musuh yang tak terhitung jumlahnya, apalagi dia yang terus bergabung dengan banyak kelompok, kemungkinan musuhnya lebih banyak dariku.”

Callista menggelengkan kepalanya pelan, dia tak menyangka Fernando akan terlibat dengan kriminalitas. Seandainya dia mengetahui hal ini sebelum kenal dengan Fernando, mungkin dia tak mau menikahi orang itu. Padahal Callista sudah berjanji kepada dirinya sendiri kalau dia akan menikah dengan orang yang berbeda, bukan seorang kriminal dan terbebas dari permusuhan di dunia yang kini sedang dia hadapi. Sayang sekali, kenyataan inilah yang harus dia dengar.

Wanita ini terus bertanya-tanya, kenapa Fernando menyembunyikan hal sepenting itu? Apa yang menyebabkannya terus diam dan tak mengungkapkan kepada Callista? Dia ingin tahu kebenarannya secara menyeluruh, tapi dia tak tahu harus bertanya kepada siapa selain kepada Fernando. Sayangnya, sang suami sudah tiada.

“Jadi, apakah kau mau bergabung setelah mendengar kenyataan itu? Aku bisa membantumu menuntaskan balas dendam dengan mencari tahu si pelaku penembakan,” ujar Alberto dengan antusias.

“Tidak mau!” tolak Callista. Alberto terlihat mendengkus kesal.

“Baiklah, aku tak akan memaksamu,” serah pria itu. “Namun jangan mencariku kalau aku mendapatkan si pelaku terlebih dulu daripada dirimu.”

Wanita itu terlihat kesal dengan ucapan pria di depannya. “Kau ingin menangkapnya? Bukankah tidak ada hubungannya denganmu?”

“Kau benar, tapi aku tetap menginginkan si pelaku. Siapa tahu dia bisa memberikanku informasi yang bagus. Aku bisa mengirim anak buah terbaikku untuk mencarinya. Mudah bagi kami untuk menangkap orang itu. Bahkan ketika dia sudah masuk ke dalam penjara.”

Mendengar perkataan Alberto membuat Callista berdecak kesal. Kalau Alberto sudah menangkap si pelaku, maka sulit untuk dia membunuh orang itu. Bisa-bisa si pelaku akan dijadikan anak buah kalau otaknya dimanipulasi oleh pria di depannya ini. Hal tersebut bisa saja terjadi mengingat Callista tahu betul siapa Alberto.

“Kalau aku bergabung, apakah kau akan menyuruhku untuk membunuh seseorang?”

Alberto memasang raut wajah kemenangan mendengar pertanyaan dari Callista. Dia tahu kalau wanita itu akan bergabung, apalagi perkataannya tadi membuat Callista tidak terima. Padahal dia hanya berbohong dan enggan mencari si pelaku penembakan yang tidak ada hubungannya dengan dia. Ucapan Alberto tadi hanyalah pancingan agar Callista bersedia bekerja untuknya.

Pria itu menjawab, “Tentu saja. Harus ada balasan dari apa yang sudah ku berikan kepadamu. Kau harus melaksanakan misi dariku.”

“Kau hanya memanfaatkan aku, Pria tua! Ka-“

“Mana mungkin aku memanfaatkanmu. Kita saling diuntungkan, Zouch. Kau mendapatkan apa yang kau inginkan, begitupula denganku. Kesepakatan ini sangat adil, bukan? Dan aku yakin kau tak akan mengecewakanku, aku begitu yakin dengan kemampuanmu,” tukas Alberto dengan percaya diri. Callista membuang napasnya dengan kasar.

Melihat bagaimana reaksinya, Alberto tersenyum licik. Dia yakin sekali kalau Callista akan memikirkan hal ini. Meskipun dirinya sendiri tidak yakin akan menemukan si pelaku penembakan Fernando, tapi kalau dia dan para anak buah berusaha, mungkin hasilnya akan didapat. Apalagi si pelaku pasti masih berkeliaran di kota ini.

“Misimu tidak begitu sulit, hanya melakukan pembunuhan saja, Zouch. Ditambah kau akan mendapatkan imbalan dariku selain bantuan dari anak-anak buahku,” lanjutnya.

Mengerti dengan arah pembicaraan Alberto, Callista pun bertanya, “Berapa jumlahnya?”

“Kau ingin berapa? Jika kau ingin misi berat, maka jumlahnya akan semakin besar, tapi kalau kau memilih misi yang mudah, mungkin aku tidak akan membayarmu dan hanya akan membantumu mencari si pelaku.”

Callista terdiam. Saat ini dia juga membutuhkan uang, tapi di sisi lain dirinya tidak mau bergabung dengan mereka lagi. Callista harus memikirkan banyak pertimbangan, dia tak bisa memutuskannya secara sembarangan, apalagi hal ini menyangkut nyawa seseorang dan balas dendamnya.

“Pertimbangkan dengan baik, Zouch! Semua keputusan ku serahkan kepadamu.” Callista menundukkan kepala. Dia sangat memikirkan ucapan Alberto, ditambah ada keuntungan yang akan dia dapatkan kalau bergabung. Selain mendapatkan informasi, dia juga akan mendapatkan uang serta kemungkinan si pelaku dapat ditemukan dalam waktu dekat. Namun di sisi lain, dia harus melakukan sesuatu yang seharusnya dia hindari, tapi hanya ini satu-satunya kesempatan besar untuk menemukan pelaku yang telah membunuh mantan suaminya.

Beberapa menit berlalu, Callista pun menatap Alberto. Dia berkata, “Aku akan bergabung!”

Bersambung …

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status