Share

BAB 6. Bekerja Sama

Dengan cepat Callista membalikkan arah jalannya lalu menarik kerah pakaian Letizia. Dia mengancam, “Jika kau tahu tentang si pelaku itu, katakan kepadaku! Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”

Secara perlahan, Letizia menarik tangan Callista. Wanita ini tertawa pelan. “Jangan terburu-buru, Senior! Aku tak akan memberikan informasi secara percuma. Sebagai anggota dari Foreszther, seharusnya kau tahu akan hal itu,” balasnya.

“Aku bukan anggota mereka lagi dan tidak sudi bekerja sama denganmu! Ka-“

“Tidak masalah kalau kau bukan lagi anggota di sana, aku tak begitu memedulikannya, tapi kita harus bekerja sama. Kau ingin informasi itu, kan?” tukas Letizia membuat Callista berdecak. Dengan kasar, wanita itu menarik tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Letizia lalu menjauh.

Callista sangat kesal karena di saat dia ingin mendapatkan informasi tentang si pelaku penembakan, malah ada orang lain yang ingin memanfaatkannya, terutama orang asing seperti Letizia. Ditambah wanita itu adalah anggota dari suatu kelompok yang ingin dia hindari. Namun ucapan Letizia mampu membuat Callista memikirkan ulang tentang perkataan yang dilontarkannya. Wanita tersebut memiliki informasi penting, tak mungkin dia membuang kesempatan ini.

“Seseorang telah membunuh kakakku, dia bernama Maxton. Kakak tewas tiga hari lalu, dia ditembak, tepat di bagian punggung dan kepalanya. Aku tidak terima dengan apa yang terjadi kepada dia dan ingin balas dendam. Aku tahu kau pun sama denganku, maka dari itu, kita harus bekerja sama dan saling memberitahukan informasi,” lanjut Letizia.

“Bagaimana kau tahu kalau pelaku penembakan adalah orang yang sama?” tanya Callista.

“Hanya perasaanku saja, tapi aku cukup yakin kalau pelaku tersebut sama dengan orang yang sedang kau incar.” Callista mendesis setelah mendengar jawaban Letizia. Dia merasa tidak percaya karena wanita di depannya ini tampak tidak bisa membuktikan ucapannya.

“Daripada kau mengatakan kata-kata naif, lebih baik beri tahu aku tentang si pelaku itu! Kau bilang kau memiliki informasinya, kan?” balas Callista. Wanita tersebut mendengkus ketika melihat Callista keras kepala dan enggan bekerja sama.

Alih-alih menjawab pertanyaan yang diajukan Callista, Letizia malah berkata, “Kalau kau dan aku bekerja sama, kita bisa memeriksa orang-orang dari kelompok mafia, siapa tahu salah satunya adalah orang itu. Aku yakin akan ada hasilnya meski harus memakan waktu lama. Aku mohon kepadamu, Zouch! Bekerjasamalah denganku!”

Mendengar hal itu, Callista naik pitam. Sayangnya, dia tak bisa meluapkan emosinya di tempat umum, apalagi kalau sampai menimbulkan kekacauan dan menarik perhatian orang lain. Wanita ini memilih melepaskan kesempatan daripada harus berurusan dengan Letizia, dia pun memundurkan tubuhnya lalu pergi dari sana seraya menahan emosi.

Melihat bagaimana reaksi Callista, Letizia mengejar. Dia terus mengoceh untuk meyakinkan wanita ini agar mau bekerja sama, tapi terus ditolak mentah-mentah. Bahkan ocehannya dianggap omong kosong serta tak dipercaya. Tampaknya Letizia tidak akan menyerah, dia terus mengejar Callista.

“Mantan suamimu itu bermasalah dengan kelompok ValHolitz,” ungkap Letizia membuat Callista menghentikan langkah kakinya untuk kesekian kali. Dia langsung berbalik menghadap ke arah Letizia. Tentu saja dia menatapnya dengan tajam.

“Kau tahu dari mana?” tanyanya.

“Sebelum ku jawab, lebih baik kau setuju kalau kita bekerja sama. Dengan begitu, kita bisa saling memberikan informasi penting,” tutur Letizia tanpa menjawab pertanyaan dari wanita di depannya itu. Callista berdecak kesal. Bagaimana tidak? Dengan berkata begitu, Letizia merasa menang dan dia dikalahkan. Mau tak mau dirinya harus bekerja sama agar informasi yang diinginkannya dapat dia dengar dari wanita ini.

Dengan terpaksa, Callista menyerah. “Baiklah. Kita akan bekerja sama. Cepat beri tahu aku apapun tentang Fernando!”

“Kau tak sabaran sekali, tapi akan ku beritahukan kepadamu dengan senang hati. Ku dengar, pria itu memiliki banyak musuh, entah itu dari kelompok mafia bernama ValHolitz, dengan Forezsther ataupun dengan beberapa para kriminal di kota ini. Mungkin permasalahan antara pria itu dengan mereka menjadi alasan kenapa suamimu sampai dibunuh," ungkap Letizia.

Callista mengernyitkan dahi. Wanita itu baru mengetahui hal ini, sebelumnya dia hanya tahu kalau Fernando tak memiliki masalah dengan mafia manapun. Bahkan mantan suaminya itu tampak seperti orang yang tidak pernah terjerumus dengan kriminalitas. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pikirnya.

“Kau tahu hal itu dari mana?”

“Siapa lagi kalau bukan bos? Aku mengetahuinya dari dia.”

“Cih! Sial! Ternyata iming-iming si tua itu,” gumam Callista seraya memalingkan wajah. Letizia hanya menganggukkan kepalanya. Dia melanjutkan, “Aku tak mau bergabung lagi. Si tua itu tak ada hubungannya denganku. Lebih baik kau beritahukan apa yang kau ketahui tentang Fernando!”

“Hanya itu yang aku ketahui, sisanya boslah yang tahu.”

“Sial!” geramnya. Dia begitu penasaran, tapi orang ini menyebutkan seseorang yang membuatnya kesal. Bos yang disebutnya adalah orang yang tidak mau ditemui Callista, tapi kalau memang orang tersebut mengetahui tentang Fernando, maka tak ada pilihan untuknya bertemu. Mungkin hanya ini cara satu-satunya agar dia bisa menemukan si pelaku yang sudah menembak mantan suaminya.

“Kau ingin mencari tahu tentang si pelaku itu, bukan? Maka dari itu, kita harus bekerja sama. Untuk sekarang, kita temui bos terlebih dahulu. Mungkin dia tahu sesuatu tentang mantan suamimu,” usulnya. Callista menggelengkan kepala. Dia meminta Letizia untuk memberikannya waktu memikirkan kerja sama ini. Tentu saja Letizia tidak akan melarangnya dan mencoba untuk mengerti Callista.

Karena tidak ada obrolan lagi, keduanya pun berpisah. Callista kembali ke rumah dan memikirkan ucapan Letizia tadi. Dirinya menjadi kesal sendiri karena baru tahu tentang Fernando yang memiliki masalah dengan para kriminal. Hal ini membuat Callista harus berpikir ulang tentang ajakan Letizia, ditambah dia sudah setuju akan bekerja sama.

***

Wanita ini menatap tangga menuju ke bunker yang ada di dalam bangunan besar yang sudah lama sekali tidak terpakai. Seketika saja sebuah kilas balik terlintas di benaknya. Dengan cepat, Callista berusaha untuk menghilangkan ingatan tak menyenangkan itu.

Wanita ini melangkahkan kaki masuk ke dalam sana. Baru beberapa langkah, dia melihat dua orang yang sedang berdiri di depan sebuah pintu berbesi. Mereka tampak terkejut. Terlihat jelas kalau mereka mengenal wanita ini.

“Bukalah!” suruh Callista. Mereka menurut dan membuka pintu itu.

Terlihatlah ruangan luas dengan banyaknya pria di dalam sana. Ruangan tersebut terlihat luas sekali, memiliki banyak pintu dan pencahayaan yang begitu terang. Callista masuk ke dalam dengan langkah pelan seraya memperhatikan orang-orang yang baru dilihatnya. Mereka tampak melihat ke arah Callista, ada pula yang bersiap dengan pistol yang mereka pegang untuk diarahkan ke wanita itu.

Callista terus berjalan tanpa henti meski tatapan tajam mengarah kepadanya hingga dia melihat seorang lelaki yang tampak familier sedang berbicara dengan orang lain. Callista menghampiri. “Jasper!” serunya.

Lelaki itu menoleh dan terkejut melihat Callista berada di sini. Jasper bertanya, “Callista? Kau sedang apa di sini?”

“Aku ingin bertemu dengan bos, di mana dia?” jawabnya. Jasper memberitahukan ruangan di mana bos mereka berada.

Callista pun menemui pria itu yang kini sedang memasang raut wajah terkejut setelah melihat wanita yang dikenalnya berada di hadapan dia. Pria tersebut berkata, “Callista Austerlitz Zouch, akhirnya kau datang kepadaku. Aku sangat senang melihatmu hadir di sini lagi. Silakan duduk!”

“Aku tidak memiliki banyak waktu. Cepat beri tahu aku tentang Fernando!” balas Callista tanpa memedulikan perkataan pria di depannya.

“Hahaha … seperti biasa, kau enggan berbasa-basi. Santai saja, Zouch! Aku tak akan pergi ke manapun, kau tak perlu terburu-buru. Ka-“

Pria itu langsung terdiam ketika Callista mengeluarkan pistol dari balik pakaiannya. Ujung pistol tepat berada di leher pria tersebut yang langsung berhenti berbicara. Dia terlihat terkejut, apalagi Callista bergerak sangat cepat sehingga tak ada waktu baginya untuk menyadari langkah wanita di depannya ini.

“Cepat katakan kepadaku tentang Fernando sebelum aku melubangi lehermu!”

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status