Aruna Ayuningtias memutuskan pergi meninggalkan kota Surabaya, setelah mengetahui perselingkuhan suaminya, Adrian Dewantara dan Zia Anjani sahabatnya sendiri. Hingga tanpa sengaja Aruna sampai di Pantai Selatan dan bertemu dengan pria bernama Amar Mahendra. Setelah setahun Aruna pergi meninggalkan kota Surabaya dan hidup tenang dengan Amar yang selalu menemaninya, Adrian datang menemui Aruna dan meminta Aruna untuk kembali. Apakah Aruna akan kembali pada Adrian yang telah menghianatinya atau memilih Amar yang telah menaruh hati pada Aruna? tapi ketika Aruna sudah memilih fakta-fakta baru mulai terungkap tentang siapa amar sebenarnya dan kenyataan masa lalu tentang ibunya mulai terkuak.
Lihat lebih banyakMereka berdua kini sedang berada di lorong rumah yang terlihat luas juga mewah."Siapa dia?" Tanya Aruna."Dia Lily," jawab Adrian sambil mendorong kursi roda Aruna ke arah kamar.Aruna menganggukkan kepalanya paham, "Jadi nama perempuan bercadar itu Lily, yah aku juga mendengar nama itu tadi," gumam Aruna."Apa hubungan Lily dengan mu Adrian?" tanya Aruna kembali."Tak ada," jawab Adrian santai."Kau pembohong," sinis Aruna."Lily Seperti sangat berarti bagi mu, dan apa aku mengenal dia?" Tanya Aruna beruntun sambil mengingat kejadian di ruang tamu ketika Adrian membela Lily di depannya.Adrian yang terus di beri pertanyaan seperti itu semakin kesal."Kau bisa tidak diam," bentak Adrian yang sudah hilang kesabaran."Kenapa kau membentak ku?' tanya Aruna tak suka, ini baru pertama kalinya Adrian membentak dirinya hanya untuk seorang perempuan yang Aruna sendiri tak tahu siapa dia, meskipun Aruna merasa familiar pada wanita tersebut.Adrian tak menjawab pertanyaan Aruna, ia terlihat me
"Apa yang nona ucapkan?" Tanya Anna tak mengerti.Karena sejak tinggal di sini Aruna selalu di mandikan oleh Adrian, dan baru kali ini ia mandi di bantu oleh orang lain."Kau akan mengerti ketika aku membuka seluruh bajuku," ucap Aruna sambil melepaskan baju lengan panjangnya.Anna menutup mulutnya tak percaya, ketika melihat pemandangan yang tampak mengeringkan di depannya ini.Lengan perut bahkan punggung Aruna penuh dengan luka goresan panjang yang sangat dalam, hanya bagian payudara saja yang tampak bersih tanpa tergores sedikit pun di bagian sana.Bagaimana bisa bekas luka itu sangat banyak dan hampir menutupi tubuh putih Aruna? Tanya Anna dalam hati.Aruna melihat ke arah Anna yang masih terkejut, Aruna tersenyum miris dan lanjut membuka pakaian dalamnya."Bisa bantu aku?" Tanya Aruna pada Anna yang masih terkejut."Ten...tu," jawab Anna gelagapan.Anna membantu Aruna untuk membuka celana dan celana dalamnya dan kini Aruna sudah telanjang bulat di depan Anna."Kenapa kau melukai
"Lo itu cuman terobsesi sama gue doang Adrian," bentak Aruna yang sudah muak mendengar omong kosong yang terus keluar dari mulut Adrian."Terserah apapun yang kamu bilang, yang pasti aku gak rela kalau kamu pergi dari hidup aku," kekeh Adrian.Aruna menghela nafas lelah, ia muak berseteru dengan Adrian tanpa akhir yang jelas, entah apa lagi yang harus Aruna ucapkan agar Adrian mengerti tentang semuanya."Aku mau ke kamar," ucap Aruna pelan."Selesaikan makanan mu sayang, nanti aku antarkan ke kamar," perintah Adrian, ia segera mendorong kursi roda Aruna dan mendorongnya ke dekat kursi makan.Dengan tergesa- gesa Adrian membereskan meja makan yang sedikit berantakan karena ulah Adrian tadi yang mendorong meja makan dengan keras.Selesai merapihkan sedikit kekacauan, Adrian kembali duduk di sebelah Aruna."Ayo makan," ajak Adrian.Adrian menyuapi Aruna, Aruna yang sudah lelah hanya bisa patuh dan mulai memakan makanan yang di suapi oleh Adrian.Aruna mengunyah dengan pelan, matanya mena
Italia, kediaman Adrian.Malam pun telah tiba, kini Aruna dan Adrian sedang makan malam bersama di ruang makan yang begitu luas dan megah.Meja makan yang sangat panjang, serta kursi-kursi yang berjejer rapih tapi hanya dua orang yang mengisi kursi tersebut sisanya kosong.Aruna makan dengan tidak mood, sesekali hanya mengaduk makanan yang berada di piringnya.Melihat hal itu Adrian menghentikan aktivitas makannya, "Kenapa mau aku suapi?" Tanya Adrian dengan tersenyum lembut.Wanita lain yang melihat Adrian tersenyum seperti itu pasti akan luluh karena ketampanan Adrian menjadi berkali-kali lipat, tapi tidak dengan Aruna dia sudah muak melihat senyum Adrian."Gak! Aku bisa makan sendiri," jawab Aruna ketus."Makan yang banyak, biar kamu cepat sehat," ucap Adrian lagi dengan suara lembut."Percuma badan yang sehat, kalau kaki gak bisa jalan lagi," "Run, jangan bilang kaya gitu aku gak suka," ucap Adrian memperingati Aruna."Kenapa gak suka? Lo kan yang buat gue cacat kaya gini, apa lo
Karena terus di desak oleh Joni, dengan sangat terpaksa Amar menemani Joni untuk mencari makan.Padahal mereka bisa memesan makanan dari dalam kamar tapi tetap saja Joni bersi keras menolak dan ingin makan secara langsung di tempatnya, katanya suasananya berbeda jika ia makan di dalam kamar hanya berdua dengan Amar."Makan di mana?" tanya Joni yang kini mereka berdua sudah berada di dalam lift. "Di tempat makan," jawab Amar malas. "Gue tau kalau itu," kesal Joni. "Mau makan apa?" tanya Joni lagi. "Terserah," jawab Amar. "Lo kaya cewek lama-lama nyebelin," emosi Joni. Amar mengedikkan bahunya acuh tak acuh. TingPintu lift terbuka mereka berdua tiba di lantai dasar, mereka pun berjalan ke luar lift menuju restoran yang berada di dalam hotel. Ketika sudah sampai di restoran, Mereka berjalan untuk mencari meja makan yang masih kosong. Setelah mendapatkan kursi yang kosong mereka pun segera duduk dan memesan menu yang sudah tersedia di daftar menu. Amar memesan soto ayam nasi p
68Aruna ketakutan ketika melihat tatapan mata Adrian yang begitu liar, apalagi kini Adrian yang sudah telanjang bulat tanpa memakai sehelai benang pun di tubuhnya, membuat badannya terekspos sempurna, dan di bagian bawah Adrian yang sudah mulai mengeras dan membesar siap bertempur kapan saja. "Jangan lakukan itu lagi Dri," mohon Aruna sambil menangkup tangannya memohon pada Adrian. "Kenapa sayang, apa kau tak suka?" tanya Adrian terkekeh pelan, membuat Aruna semakin ketakutan. Aruna terisak ia sungguh tak bisa membayangkan, hal selanjutnya yang akan Adrian lakukan itu sungguh akan sangat menyakitkan bagi Aruna. "Jangan menangis aku tak suka, melihat air mata yang keluar dari mata indah mu itu Aruna," ucap Adrian sambil menghapus air mata Aruna. Aruna menepis tangan Adrian yang berada di pipinya. "Kau begitu kasar sayang," ucap Adrian tak suka. Adrian semakin mendekatkan dirinya ke tubuh Aruna, ia menaiki tubuh Aruna dengan segera agar Aruna tak bisa kabur atau berontak darinya
Pov Jakarta Amar dan Joni telah sampai di bandara Soekarno-hatta Jakarta, mereka kini akan menuju hotel terdekat karena penerbangan menuju Maldives malam hari. Ia sudah memesan 2 tiket menuju Maldives, karena penerbangan mereka nanti malam dan menuju Maldives butuh waktu 10 sampai 11 jam jadi mereka berdua memutuskan untuk istirahat sementara di hotel, yang kebetulan hotel tersebut tempat Aruna menginap dia minggu yang lalu. Amar menghentikan taxi, mereka segera menaiki taxi tersebut dan pergi ke hotel tempat yang di tuju. ......Kini Aruna tengah beristirahat di kamarnya, ia merasa bosan karena setelah sesi perkenalan dengan pegawai yang bekerja di sini, Aruna di suruh kembali ke kamar untuk beristirahat suruh Adrian. Tapi yang membuat Aruna curiga kenapa pintu kamarnya di kunci, apakah selama ini Adrian selalu mengunci Aruna di dalam kamar tanpa dirinya sadari? Aruna mencoba menggapai kursi roda yang cukup jauh dari jangkauannya, ia menyeret tubuhnya ke samping kasur tapi teta
Amar mengendarai mobilnya dengan sangat cepat membuat Joni yang duduk di sebelahnya teriak ketakutan. "Mar pelan-pelan elah bawa mobilnya," jerit Joni panik. "Gue kesal sialan," maki Amar. "Lo kesel sama Zia tapi yang di ajak mati gue," jerit Joni. "Kalau dia cowok udah gue adu aku nonton sejak lama," bela Amar tak mau kalah. "Bacot lo, berhenti ga gue takut sialan," jerit Joni, tak perduli bila nantinya Amar akan meledek nya pengecut karena takut di bawa ngebut-ngebutan. Sebenarnya bukan Joni yang takut tapi Amar yang mengemudikan mobilnya di atas rata-rata. "Mar kita bisa kecelakaan kalau lo terus bawa mobilnya kaya gini, ingat Aruna Mar," ucap Joni mengeluarkan senjata andalannya. Amar yang mendengar penuturan Amar segera menghentikan remnya mendadak, untung saja kini mereka berdua di jalan sepi, yang jarang sekali mobil lewat jalan ini.''Lo benar-benar gila,'' bentak Joni.''Sorry gue benar-benar kesal sama tuh cewek gila,'' ucap Amar kembali mengingat Zia yang sudah mem
"Anna," panggil Aruna. "Iya non," jawab Anna.. "Apa kau bisa bantu aku?" tanya Aruna ragu. "Tentu nona Aruna, saya bekerja di sini untuk memenuhi dan melayani nona Aruna," jawab Anna cepat. "Tidak bukan itu maksud ku," ucap Aruna. "Aku ingin kau bekerja bersama ku dan melakukan apa yang aku perintahkan tapi Adrian tak boleh mengetahui nya," jelas Aruna. "Aku tau dia pasti membayar mu besar tapi aku bisa berkali-kali lipat membayar mu," lanjut Aruna kembali agar Anna tak bisa menolak tawarannya. "Tapi nona Aruna aku tidak di bayar oleh tuan Adrian," Aruna mengerutkan keningnya heran, jadi siapa yang membayar Anna. "Aku di pekerjakan oleh nyonya besar, termasuk bodyguard dan semua yang bekerja di rumah ini," jelas Anna. "Siapa nyonya besar itu?" tanya Aruna penasaran. "Aku tidak tahu dia selalu memakai cadar yang menutupi separuh mukanya bahkan namanya lun saya tak tahu kami di sini hanya memanggilnya nyonya besar," jawab Anna.Aruna terdiam mengingat siapa wanita bercadar ya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.